Just Learning, Only a Story

Gagahnya si Gajah


Kadang saya merasa semua atribut kegajahan ini (baca:ITB) membuat para penghuninya, heum.. let’s say to be honest  a little bit cocky

Mungkin kalimat pertama yang kita baca saat datang ke gerbang Ganesha ini punya salah satu andil di dalam keangkuhan mahasiswa-mahasiswanya:

Selamat Datang Putra Putri Terbaik Bangsa

Ya Well Who’s not feeling like that?

Mahasiswa yang pintar, pilihan, tonggak bangsa, blablablaba. Kadang rasa berlebihan itu membuat kita jadi menepuk dada sendiri.

Yang merasa mungkin akan mengoreksi: “Bukan sombong, cuma merasa PEDE kok”

Oke, saya pernah mendengar kisah berikut tentang sekumpulan anak-anak ITB fresh graduate yang baru saja diterima di salah satu perusahaan ternama. Di perusahaan itu mereka bertemu dan bergabung dengan lulusan universitas lainnya. Suatu kali perusahaan ini melakukan open recruitment karyawan baru lagi bertempat di ITB, dan anak-anak baru itu diminta untuk membantu proses rekruitmennya.

Salah satu sumber (lulusan non ITB yang ikut dalamnya) bercerita pada saya. Ia juga termasuk pegawai yang baru diterima di perusahaan itu dan ikut membantu opreknya barengan dengan anak-anak lulusan ITB itu. Pada awalnya ia merasa jengah karena mereka bergerombol satu sama lain dan they did not too notice someone that not come from their environment. Pada akhir ceritanya, gantian saya yang merasa jengah dan tidak enak sama dia (sebagai lulusan gajah, masih satu almamater juga). Jadi , di proses rekruitmen itu mereka memeriksa lembar jawaban tes pelamar, kalo tidak salah tesnya semacam tes hitungan yan berhubungan dengan fisika, matematika, dan teknik tentunya. Lembar jawaban dicek dengan mencocokan jawaban dan dilihat berapa jawaban yang benar. Ga enaknya, ketika mereka menemukan lembar jawaban yang jumlah benarnya hanya sedikit (ya mungkin kurang dari 50%), mereka menertawakan (atau mengejek): “Eh ini yang gua periksa cuma betul segini, hoo.. pantes dari univ XXX” 

Males banget kan? Akhirnya saya cuma berkomentar: yaa.. mungkin mereka merasa mereka mampu, jadi yaa.. kadang sikap mereka jadi kayak gitu.

But please guys, do we have to despise others just because we (think) more competent than others?

Big NO. Apa yang dimaksud dengan percaya diri bukan seperti itu (in my opinion ya)

Simak cerita berikut ini dan amati adakah bedanya

Tahu Cassius Clay kan? Kalau gak tahu, namanya sekarang adalah Muhammad Ali. He was the greatest boxer ever!  Pada masa emasnya, ia dijuliki “Si Mulut Besar” karena ia begitu yakin akan menjadi juara dunia baru. Suatu saat ia melawan Sony Liston petinju juara kelas berat. Begitu yakinnya ia dapat mengalahkan jawara tinju itu, ia berkoar-koar bahwa akan mengalahkan Liston pada ronde ke 8! Kenyataannya ia berhasil melakukannya! Kalau melihat rekaman-rekaman Ali, Ia selalu memberi statement pada ronde ke berapa ia akan menumbangkan lawannya. Karena sikapnya itu, pantaslah orang-orang kemudian memandang Ali sebagai petinju yang arogan. But in fact, that’s I call confident!

In my viewpoint. There’s a thing that differentiate between Confident and Arrogant

Rasa percaya diri tidak akan membuat kita meremehkan atau merendahkan orang lain. Tidak melibatkan posisi orang lain di dalamnya. Yang ada adalah diri kita, menandang diri kita mampu, melakukan self talk untuk meyakinkan kita mampu, dan melaksanakan kemampuan kita. Well, Ali just mentioned when the time he could really beat his opponent, he didn’t say his opponent was weak or sucks right?

Sedangkan rasa sombong sudah melibatkan kontraksi hidung lebih banyak dan mengembang lebih besar dari sebenarnya (tentu saja bukan). Rasa sombong bukan hanya menganggap diri kita lebih mampu tetapi juga memandang orang lain lebih rendah.

The point is saya hanya ingin sedikit mengingatkan diri saya dan juga teman-teman satu perguruan di kampung gajah. Gajah memang keren, it’s totally awesome to have life in ITB, but it means nothing if we can’t handle the pride and then it turns become an arrogancy . Knowledge is power but character is more (oke saya baru saja menyebutkan semboyan almamater SMA saya). Tapi bener kok semboyan itu, karakter lebih penting dari sekedar kemampuan kita. Sikapi kalimat di spanduk penyambutan itu dengan karakter percaya diri bukan untuk menepuk dada.

So, take it humble guys 🙂 peace yo

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s