Just Learning, Lifestyle, Motherhood

Tentang Anak – Orangtua


Mengacu pada postingan saya sebelumnya tentang membesarkan anak, memang  pengaruh orangtua pada kondisi psikogis dan mental anak terasa sangat besar. Kenapa? Karena pada saat anak masih sangat kecil orangtualah yang banyak berinteraksi dengan anak, mulai dari mengajak berbicara, tersenyum, mengajarkan segala macam, sampai memarahinya. Dan memang memori masa kecil seorang anak akan sangat terpatri sampai dia dewasa. Baik secara sadar maupun dari alam bawah sadarnya.

Sebutlah saya memang masih hijau sebagai ibu, sebagai orangtua, dan memang gatau banyak tentang metode-metode membesarkan anak. Tapi saya ingin belajar bagaimana supaya bisa menumbuh-kembangkan *halah* anak saya dengan baik, sehingga nantinya dia akan jadi anak yang berhasil dan tentunya jadi pribadi yang lebih baik dari bundanya ini. Bundanya ini banyak sifat bututnya, nak: pesimistis, pundungan, nyinyir-an, self-blaming, dll.. mangkanya jangan dicontoh (Bukan berarti orangtua saya ngajarin saya jadi kaya gini juga sih, bentukan lingkungan dan terpaan hidup *double halah* juga sepertinya).

Pernah denger cerita zaman Rasulullah, lupa tepatnya.. tentang didikan orangtua terhadap anaknya. Anak pertama ini tidak sengaja menghilangkan anting mutiara yang ibunya berikan. Dengan takut ia mengadu pada ibunya, takut dimarahin kalau udah ngilangin barang mahal. Tapi ibunya bilang gini: “Barang itu milik Allah, jadi kalau hilang, berarti bukan rezekimu, kalau nanti ketemu lagi berarti Allah masih memberikan rezeki itu padamu. Lain kali hati-hati.” Dan anak kedua juga dengan tidak sengaja menghilangkan sepeda yang ayahnya berikan, sama takutnya ia mengadu pada ayahnya. Ayahnya malah memarahinya dan berkata bahwa ia ceroboh, sepeda itu mahal, dsb.

Nah apa yang terjadi pada kedua anak itu ketika dewasa? Anak yang pertama tumbuh menjadi anak yang pemaaf dan pantang menyerah. Ketika dia gagal, dia ingat pesan ibunya saat kecil, bahwa itu belum rezekinya, sehingga ia ikhlas dan terus mencoba. Sedangkan anak kedua tumbuh menjadi anak yang pemarah dan pendendam. Semasa kecil ia merasa kesal karena ayahnya memarahinya, padahal ia lebih marah lagi pada dirinya karena menghilangkan benda kesayangannya. Saat ia butuh ditenangkan eh malah dimarahin.

Begituuuu ceritanya..

Memang memori masa kecil tu nempel banget ya. Sekarang gimana caranya supaya bisa membentuk kenangan masa kecil yang baik untuk si anak supaya gedenya dia jadi pribadi yang mulia (jeileee..).

Yuk ya yuuu..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s