Europe, etc, Travelling time!

Trip to London (part 1)


Sehubungan dengan ayahnya Runa akan training (dari kantornya) di Aberdeen, Scotland. Maka kamipun memutuskan mungkin ini waktu terbaik untuk sekalian jalan-jalan ke UK. Walaupun bervisa Schengen, paspor Indo tetep ga bs langsung masuk UK, tidak seperti kalo jalan-jalan ke negara Eropa lainnya. Nanti saya share deh proses apply visa UK kami.

Nah, holiday trip kami 7-22 Agt. 7-12 di London, 12-16 di Edinburgh, dan 16-22 Agt di Aberdeen.

Mau cerita day 1 dulu dan kesan pesan pas baru sampe London. Perjalanan kami cukup panjang, dimulai dari Groningen pagi hari naik kereta ke Amsterdam. Lalu Kami ambil flight jam 19.20 dari Schipol Amsterdam, sampai bandara Gatwick sekitar pukul 19.40 BST (British summer time). Belanda (CEST) dan UK beda sekitar sejam. London tu luaaas yaah, bandara utamanya aja ada 5, nyooh.. biasa suka muter-muter Groningen cuma segituan aja bingung deh London gedenya kaya apa. Belanda aja tu segede London! Kita udah kaya orang desa sampe ke kota aja gitu. Orang dari Desa Groningen, Kampung Lewenborg, geret-geret koper en ransel, ga lupa stroller berisi Runa sampe ke London.. melang-meleng, liat sana-sini, mantengin petunjuk jalan dan jadwal kereta. Co urang Sungai Kamuyang tibo di Jakarta. 

Dari Bandara tu ga langsung sampe pusat kota, harus naik dulu kereta ke stasiun2 kereta besarnya. Dari Gatwick kami menuju stasiun Victoria. Di sana kami celingak-celinguk lagi.. ih ini sibuk banget stasiun, ada bus double decker, ada tube (underground), ada train overground. Tapi teringat pesan beberapa rekan di London, pokonya sampe London kudu harus wajib beli OYSTER CARD buat alat pembayaran transportasi. Akhirnya kami langsung cari Information Center dan beli kartu tsb. Di London udah ga terima cash lagi buat bayar-bayar transport, jadi kita beli kartu dan men-tap tiap naik bus, atau tiap keluar masuk tube/stasiun.

image
Oyster Card

Pertama kali sampe London ni, saya dah pesimis.. Ih ni kota rame banget kaya Paris (dan saya ga terlalu suka Paris), wah kayanya bakal rempong dan cape ni selama jalan-jalan di sini. Bahkan saat jam 10-11 malem kita naik tube menuju rumah kawan saya di daerah Seven Sisters, masih aja rame tu tube, stasiun, bus, toko-toko sepanjang jalan pun masih buka.  Kebetulan rumah kawan (yang saya tebengi) berada di zona 3, cukup jauh dari pusat kota (zona 1). Jadi cukup perjuangan juga menemukan rumahnya. Walaupun pada hari-hari berikutnya malah sudah tidak terasa jauh lagi, bahkan kami enjoy aja naik bus dan tube dari rumahnya ke tempat-tempat wisata yang kami kunjungi.

image
Wajah lelah saat akhirnya berhasil naik tube, setelah seharian berangkat dari rumah sampai London

Melihat sistem transportasi London yang padat dengan segala macam jenisnya saya jadi inget Hongkong. Seingat saya rasanya dulu waktu ke sana bus double decker dan tube (kalo di Hongkong Mass Transit Railway/MTR dan Octopus card-nya) pengaturannya mirip London, terutama pemetaan jalur tube-nya. Kemudian saya ingat oh iya.. Hongkong tu dulu jajahan Inggris, termasuk persemakmuran Inggris, tentunya yang bikin sistem transport Hongkong sangat maju terutama airport dan MTR nya itu ya dana dari Inggris.. Enaknyaa. Ih kenapa Indonesia dijajahnya sama Belanda sih, asa ga ada untungnya, heu.

Anyway, ternyata kesan pertama tentang London ga seburuk hari-hari berikutnya yang saya jalani di sana. Petunjuk jalan sangat jelas, arah untuk tujuan tube dan kereta juga lengkap (ga akan pusing banget cari-cari jalan), di tiap stasiun dan tube petugasnya pun selalu siap sedia untuk ditanya. Londoners termasuk cukup ramah, masih suka senyum (mending dari Paris, walaupun masih kalah dari Nederlanders) beberapa kali ada orang yang melihat kami gotong-gotong stroller menawarkan bantuan. Ah iya, dan kelebihannya lagi di sini ga ada kendala bahasa, kayak kalo di Perancis, Jerman, atau Belanda. Semua petunjuk arah pakai bahasa Inggris, mau nanya orang, pasti dia juga pake bahasa Inggris-lah, hehe.. Saya malah jadi rada kagok sama bahasa inggris mereka yang aksennya British, biasa juga telinga denger ‘ghe’ berdahak ala Dutch.

Nah kalo mo lihat jalur-jalur tube yang kita tumpangi dari mana-ke mananya, pindah ke mananya, bisa liat di sini https://tfl.gov.uk/modes/tube/

imageLondon’s Rail and Tube Services

Di bawah ini foto penampakan kami kalo lagi jalan-jalan dengan tube di London. Tidak semua tube di London punya fasilitas lift yang bisa dipake untuk stroller atau wheelchair. Yang ada lift itu hanya di stasiun/tube utama seperti King’s Cross dan juga stasiun/tube paling ujung. Jadi terpaksa kami angkut-angkut stroller Runa naik turun tangga atau elevator. Rada bahaya emang kalo pake elevator dengan stroller kayak gitu, tapi ya mo gimana lagi.. Mo dilipet tiap ketemu elevator ribet juga. Kami sebisa mungkin hati-hati dengan posisi begini.

image
Di elevator tube London

Ok, nanti saya lanjut lagi ke hari-hari berikutnya di London.

So, tips untuk newbie saat jalan-jalan di London adalah: kenali sistem transport di sana, bekali peta London dan jalur tube/overground/bus, tak lupa siapkan osyter card. Kalau ga tau arah atau bingung dengan jalur transportasi, ga usah malu nanya, terutama sama petugas di sana.

Oiya satu hal penting lagi. Selama di UK jangan lupa bawa adaptor utk colokan listrik yg matanya 2 (Belanda sama Indonesia sama) karena di UK defaultnya 3. Bisa sih beli pas sampe di UK, tapi lebih baik siap-siap aja.
image

Advertisement

1 thought on “Trip to London (part 1)”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s