Namanya manusia sebagai makhluk sosial artinya ia membutuhkan manusia lain untuk bersosialisasi, berhubungan, sampai saling tolong-menolong dan meminta bantuan. Nah, orang Indonesia itu orang yang sangaaat sosial sekalii.. kami senang sekali berkumpul, senang mengobrol, dan suka tolong-menolong, dan tidak keberatan dengan untuk direpotkan. Sampai di negara orang pun kami tetap seperti itu, dengan ngumpul itu kami merasa lebih “hidup”. Berbeda sekali dengan orang Belanda sini, yang sangat menjaga privasi, untuk bertamu aja harus janjian dulu ga bisa asal ngetok pintu. Mereka juga gak mau direpotin dengan urusan orang lain, lha mereka aja ngurus urusan mereka sendiri, kenapa harus repot sama urusan orang lain. Selama semua bisa dikerjakan sendiri, orang lain ga usah dilibatkan.
Saya punya tetangga di sini, si ibu orang Indonesia, beliau menikah dengan orang Belanda yang menjadi muslim. Mereka dikaruniai 3 anak cowok, usianya 5 tahun, 3 tahun, dan 7 bulan. Ayahnya kerja, ibunya sebenernya S2, lagi nesis tapi udah lama ketunda karena repot dengan anak-anaknya. Dengan 3 anak cowok yang lasak, kebayang dooong repotnya kayak apa di rumahnya mereka? Tapi sekalipun si ibu ini ga pernah terlihat mengeluh. Mengeluh pun gak terasa mengeluh karena dia kalau ngomong sambil senyum dan ketawa, “biasa anak 3 toh.. repotnya.” Tapi habis itu udah aja. Hebatnya, semua urusan rumah tangga ya mereka kerjakan sendiri, mana ada mereka punya bibik apalagi baby sitter. Yaa.. saling bagi tugas aja antara ayah dan ibu. Mereka juga gak pernah mengharapkan kami untuk membantu mereka.
Mungkin si ibu ini sudah terbiasa dengan hawa-hawa orang londo, jadi dia pun terbentuk seperti itu.
Satu hal dari banyak hal yang bisa saya pelajari di sini adalah pola hidup londo yang mandiri dan sangat privasi.
Hmmh.. saya jadi kepikir. Kalau saya yang kayak gitu pasti saya udah stres. Apalagi dengan latar belakang kita di Indonesia yang sering hidup nyaman dan penuh bantuan dari sana-sini. Kita juga sering dimanjakan dengan bantuan orang tua, yang selalu ada untuk kita, orang tua tuh pasti ga bisa menolak kalau anaknya minta tolong kan? Selalu dimanjakan dengan kehadiran sanak famili, adanya bibik dan mamang yang bisa dipanggil untuk membantu pekerjaan rumah, adanya warung makan, tukang jajanan, yang ada di-mana-mana dan ada yang buka 24 jam.
Tapi memang, Selama ada di sini, saya akui saya dan keluarga menjadi lebih mandiri, setidaknya mencoba. Karena tidak ada orang tua dan orang terdekat yang bisa dengan gampangnya dimintai tolong, jadi yaa.. apa-apa harus bisa diurus sendiri. Orang terdekat kami ya tetangga kami sesama orang Indonesia, tapi tentunya mereka sudah cukup repot dengan urusannya masing-masing, ga mungkin kami dengan seenaknya bisa minta tolong mereka.
Walaupun kadang saya masih sangat Indonesia sekali, pengen dibantuin ini itu dll oleh orang lain.. dan mengasihani diri saya, saya harus ngurus Runa dan rumah juga harus kuliah. Tapi saya sadar, lho itu kan pilihan yang kamu ambil, risikonya juga harus ditangani dong, memang kamu mau menggantungkan bantuan ke siapa? kalau gak saling mengandalkan suami-istri, harus jadi super team! dan tentunya jadi lebih banyak menggantungkan diri pada Allah. Kalau bukan pada Allah, pada siapa lagi kita akan kembali?
Ngeblog mulu!
mwahaha.. aku jadi ngespam jgn2 di reader-nya blog mas rully.
Maap, ik lagi ikut tantangan one day one posting for 99 days.. itung2 melatih si hobi nulis aku, biar ga tumpul. btw, mas rully mana naskah iihh???
Haha, ngga kok. Kagum saja, rajin sekali menulis. Sudah dikirim. Cek Gmail ya.