Mindfulnes apaan tuh ya? baru denger.. Yang kepikiran pertama kali setelah denger kata itu adalah itu tentang “penuh kesadaran”. Tapi memang mindfulnes ini bikin lebih tenang dan fokus ternyata. Penasaran? Yuk simak resume Kulwap Adjie Silarus.
Adjie Silarus adalah seorang lulusan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada yang merupakan praktisi mindfulnes. Penulis dari buku Sejenak hening dan Sadar Penuh Hadir Utuh. Ia juga founder dan CEO dari SukhaCitta. Perusahaan yang membuat perencanaan, mengelola sesi pelatihan, seminar, dan konsultasi yang berkaitan dengan hidup bahagia dan juga bahagia berkarya melalui pendekatan “mindfulness”.
Berikut adalah resume Kulwapnya
Mindfulness for Writer
#ODOPfor99days
Selasa, 19 April 2016
Pk 9.00 – 10.30 WIB
Materi Pembuka:
Langkah Kecil untuk Fokus Menulis
Kegagalan meraih impian seringkali karena kebiasaan menunda yang terus dipelihara. Saking terbiasa menunda, sampai jadi ahli menunda. Sering gagal mewujudkan impian, bahkan ada yang sampai takut punya impian.
Kebiasaan menunda juga terjadi dalam kegiatan menulis saya. Penyebab menunda menulis yang biasa saya alami adalah karena ada satu atau malah banyak pilihan kegiatan selain menulis yang menggoda untuk saya lakukan. Godaan biasanya terasa lebih nikmat ‘kan? Alhasil saya tidak mampu menahan godaan, tidak jadi menulis.
Pernahkah kamu berada di situasi di mana kamu ingin menulis tapi selalu tertunda?
Atau pernahkah kamu susah fokus saat melakukan sesuatu?
Kira-kira mengapa itu bisa terjadi?
Seolah meskipun sudah punya niat yang begitu besar, tetap saja kita sering menunda menulis dan lebih memilih cek email atau baca linimasa Facebook atau Twitter, atau seperti saya, menunda menulis tulisan ini dengan menyibukkan diri melakukan kegiatan-kegiatan lainnya yang lebih sepele, atau lebih merasa nyaman ngobrol tanpa arah melalui aplikasi messenger.
Menunda menulis juga merupakan tantangan yang saya hadapi. Kesadaran penuh akan penundaan itu atau terlalu banyak yang harus saya lakukan membuat saya berupaya untuk mengatasinya.
* * *
Apa kesibukan Adjie Silarus saat ini?
Lebih sering di rumah, menepi, menyepi, menghindari riuh kemacetan lalu lintas dan gangguan-gangguan yang lain. Fokus hanya pada beberapa hal berikut ini:
Keluarga
Menulis blog: AdjieSilarus.com
Menulis buku
Sesi hening 2 jam dan 8 jam untuk umum maupun perusahaan
Menjalin komunikasi dengan penikmat karya.
SukhaCitta
Komunitas Sane Step
Baca buku
Belajar bahasa asing
Jalan kaki, meditasi, yoga, makan sehat
Tulisan mengenai apa yang saya lakukan sekarang, saya tuliskan juga di blog saya:
http://adjiesilarus.com/apa-yang-saya-lakukan-sekarang/
Banyak ya?
Saya menuliskan apa yang saya lakukan sekarang agar fokus dan jadi acuan skala prioritas saya.
Pertanyaan-pertanyaan:
#1 Nia Tania – Banjarmasin
Saya baru belajar tentang mindfulness dari kulwapnya Mas Adjie. Yang saya tangkap, kita harus fokus pada aktivitas yang sedang dikerjakan, tanpa memikirkan hal-hal lainnya. Kita belajar untuk menikmati aktivitas keseharian kita. Saya sudah coba praktekkan, dan pas bisa ternyata memang menyenangkan.
Nah terkait menulis, saya sedang berada di titik kegalauan.
Saya tahu pentingnya menulis dan dalam bulan-bulan kemarin sangat menikmati menulis di blog. Kegiatan menulis waktu itu juga menjadi pemicu semangat untuk bisa menyelesaikan pekerjaan rumah supaya malamnya bisa me time dengan menulis. Tapi makin lama, saya merasa kelelahan dan memutuskan untuk tidak memaksakan diri menulis. Karena ingin fokus dulu ke pekerjaan rumah dan momong anak.
Hingga akhirnya, sekarang saya jadi bisa menikmati pekerjaan-pekerjaan rumah, tapi hasrat untuk blogging jadi tidak ada. Saya tidak lagi mentarget tiap hari harus menulis. Saya menulis hanya ketika ada ide dan ingin menulis. Tidak lagi berusaha mencari-cari ide. Padahal sebenarnya saya ingin juga aktif ngeblog seperti yang lain. Saya juga sudah menuliskan rencana, bahkan draft isi buku yang kelak ingin saya terbitkan. Tapi kenapa semangat menulis itu sekarang menguap ya? Namun di sisi lain, saya sekarang menikmati rutinitas yang begini-begini saja. Tapi haruskah begini terus? Hanya pokoknya bisa bahagia meski tak lagi mengejar cita-cita?
Jawaban 1:
Menulis memang baik.
Tapi jika dirasa memberatkan dan malah mengganggu kegiatan-kegitan yang lebih penting maka ga pa-pa juga kalau dikurangi kegiatan menulisnya.
Cukup banyak orang merasa bahagia asalkan cita-cita tercapai.
Tapi bagi para murid kehidupan, bahagia tercipta tak harus saat cita-cita tercapai. Tapi saat merasa berkecukupan.
Mindfulness menjadi semacam alarm jikalau memang kegiatan menulis sudah malah mengganggu kegiatan-kegiatan lain yang lebih penting.
Dan mindfulness melatih diri untuk mampu merelakan keinginan.
Keinginan ga harus selalu dipuaskan.
#2 Wini Nirmala Gunawan – Bandung
A. Bagaimana memposisikan perfeksionis dalam mindfulness? Saat menulis kadang membuat standar dalam diri sendiri agar karya terasa sempurna. Mulai dari jumlah kata, bobot topik penulisan. Apakah perfeksionis itu harus tetap ada, atau sedikit dikorbankan agar selalun produktif?
B. Bagaimana dengan memasak, dalam satu waktu membuat beberapa menu. Itu kan multitasking.
Jawaban 2:
Belajar mengurangi membandingkan, mengurangi ingin menjadi seperti yang lainnya.
You are perfect as you are …
A. Perfeksionis itu tidak salah, bukannya tidak baik juga.
Hanya kalau kelewat batas, maka akan menghadirkan ketegangan yang tinggi, mudah marah, rentan gelisah.
Selalu ingin sempurna membuat tersiksa.
Dalam menulis, lebih penting kejujuran, bukan perfeksionis.
Perfeksionis karena rasa takut berlebihan.
Kejujuran dibekali rasa cinta.
B. Iya, itu multitasking.
Lebih baik dikurangi.
Atau paling tidak, dijaga kondisi pikirannya agar tetap tenang …
#3 Monika Pury Oktora – Groningen, Belanda
A. Apakah mindfulnes itu bisa berupa kegiatan terjadwal setiap harinya? Misal bangun pagi setiap hari selalu jam 4 untuk solat dan ngaji, lalu tidur malam jam 10. Tapi kadang saya ga bisa konsisten dengan jadwal. Kadang tidur kemaleman, atau tidur terlalu cepat lalu kebangun tengah malem dan bangun kesiangan, tergantung deadline dan tugas yang ada. Apakah itu bisa dibilang tidak mindfulness?
B. Bagaimana membedakan saat kita lagi mindful dengan procrastination. Misal merenung sejenak setelah bangun tidur, kalau saya malah jadi leyeh-leyeh di kasurnya kelamaan, hehe..
Jawaban 3:
A. Alangkah baiknya seperti itu. Terjadual setiap harinya, tapi ga terlalu kaku, tetap flexible. Masih membuka diri untuk berbagai kemungkinan yang bisa terjadi.
Sehingga lebih ke acuan, arah, bukan harus jadual setiap jamnya.
Mindfulness melatih diri layaknya air. Mengalir, kalau terkena batu, ya tetap mengalir melalui jalan yang ada.
Jadi kalau seandainya ga bisa mengikuti jadual harian, belum tentu tidak mindfulness.
B. Yang membedakan adalah kondisi pikiran.
Lagi mindful berarti kondisi pikiran menyadari penuh yang terjadi sekarang. Sehingga mindful akan membantu agar tidak melakukan penundaan.
Sedangkan procrastination, kondisi pikiran lebih ke melamun, berkhayal, cek media sosial tanpa kejelasan arah, diselimuti ketakutan berlebihan, ga sadar penuh di sini-kini.
#4 Rinda Sukma – Sidoarjo
Sekilas memahami mindfulness mengingatkan saya akan suami; kepribadian yang tidak pernah risau akan masa lalu atau masa depan. Tidak pernah mengeluh dan tak punya dendam/sakit hati.
Namun, di lain pihak, tidak mengevaluasi/belajar dari pengalaman hidup, kemampuannya memecahkan masalah tidak terasah dan tidak mau repot membuat rencana.
Saya yakin bukan ini konsep mindfulness Mas Adjie meski efek yang diharapkan mungkin serupa.
Pertanyaan saya:
A. Adakah kondisi/syarat yang harus dipenuhi agar mindfulness tidak lantas sama dengan pasif?
B. Saya pribadi meyakini segala sesuatu punya breaking-down point; titik dimana ia tidak lagi berfungsi seperti seharusnya, titik yang menjadi batasannya. Menurut Mas Adjie, adakah titik ini untuk mindfulness? Adakah kondisi-kondisi dimana sebaiknya respon/tindakan kita didasarkan semata-mata pada pelajaran masa lalu atau konsekwensi di masa depan meski itu mengorbankan masa kini? Misalnya suami-istri hidup beda kota demi perekonomian yg lebih baik.
C. Apa bedanya mindfulness dengan self-control? Apakah mereka yang bisa mengendalikan emosinya dengan baik sesungguhnya sedang mempraktekkan mindfulness?
D. Mungkin ini rephrase dari pertanyaan Nia Tania. Bagaimana mindfulness berkontribusi dalam pencapaian tujuan jangka panjang kita ketika kini kita dipenuhi tujuan-tujuan jangka pendek yang sedikit sekali sampai tidak ada kontribusinya dalam pencapaian tujuan jangka panjang tadi?
E. Bolehkah saya mengartikan mindfulness sebagai menyeleksi tujuan dan prioritas secara brutal (kalau dibandingkan dengan pemikiran mainstream tentang produktifitas dan gaya hidup modern)?
Saya pemikir kelas berat, Mas Adjie, tingkat kronis. Saya merasa mindfulness bisa sangat membantu saya lebih menikmati hidup. Di umur 40 ini saya sampai pada kesimpulan kita tidak akan bisa menjadi manfaat yang besar bila kita tidak bahagia dengan kini kita.
Terima kasih banyak atas kesabarannya.
Jawaban 4:
A: sudah pasti mindfulness bukanlah pasif, meskipun seolah latihannya membuat kita pasif. Tapi yang terjadi pikiran malah lebih aktif untuk sadar penuh.
Alhasil melepaskan masa lalu, tidak terlalu merisaukan masa depan, tapi tetap melakukan pembelajaran akan yang terjadi di masa lalu, dan lebih matang merencanakan.
Karena tidak dipenuhi penyesalan dan kekhawatiran.
Jadi kondisi/syaratnya adalah lebih tekun berlatih mindfulness maka akan mengetahui bahwa mindfulness tidak lantas pasif.
Kalau pasif, berarti sama saja dengan pemalas.
B. Mengenai breaking down point, di mindfulness ada.
Layaknya langit, ada kalanya mendung, hujan disertai petir, ada kalanya panas dan cerah.
Salah satunya bukan untuk dibenci, tapi untuk diterima apa adanya.
Mengenai mengorbankan masa kini, dan semata-mata hanya berdasarkan masa lalu atau masa depan, di mindfulness tidak ada.
Pembelajaran masa lalu hanya bisa dipetik ketika sadar penuh di sini kini.
Perencanaan matang masa depan hanya bisa dibuat ketika sadar penuh di sini-kini.
Suami-istri hidup beda kota tidak masalah jika memang keputusan yang diambil berdasarkan kesadaran penuh, bukan hanya berlandaskan ketakutan semu belaka.
C. Mirip.
Self control jadi salah satu manfaat dari berlatih mindfulness.
Pengendalian emosi dengan baik berarti mempraktekkan mindfulness.
D. Mindfulness melatih diri untuk tidak terlalu khawatir akan masa depan. Toh masa depan belum pasti terjadi seperti apa, masih misteri.
Dengan bekal kondisi seperti ini, maka perencanaan akan masa depan lebih matang, keputusan yang diambil lebih tepat, dsb.
Praktisi-praktisi mindfulness di bidang bisnis mendulang kesuksesan karena strategi dan perencanaan yang kreatif dan tepat sasaran.
Mindfulness melatih diri bukan untuk berinovasi (cepat), tapi lebih ke kaizen (perlahan tapi pasti).
Tujuan jangka panjang dibreakdown sedetail mungkin sampai aneh jika tidak mampu melakukannya.
Misal: tujuan jangka panjang – menulis buku 500 halaman.
Dibreakdown tujuan jangka pendek – menulis satu kalimat setiap jam.
Ga perlu terlalu cemas akan tujuan jangka panjang, fokus yang ada di sini-kini dulu aja.
E. Brutal. Tapi iya juga sih.
Seseorang tidak mampu meraih impian bukan hanya karena ga punya keinginan, tapi juga karena terlalu banyak keinginan dan banyak kegiatan yang ingin dilakukan.
Apalagi di era modern sekarang ini, di masa media sosial begitu gaduh.
Setiap manusia, semua, punya waktu 1 hari 24 jam,
kegiatan yang ingin dilakukan dalam 1 hari berdurasi lebih dari 24 jam.
Jadi solusinya adalah kurangi kegiatan, kurangi keinginan.
#5 Marina Yudhitia Permata – Bandung
Mau tanya mindfulness khusus untuk menulis, bagaimana praktiknya ya? Apa kita juga dilarang multitasking untuk menulis beberapa jenis tulisan sekaligus? Misalnya saya mau bikin buku dan ada timeline bikin outline dkk nya, lalu dalam hari yang sama saya juga mau mengisi blog tentang pengalaman pribadi, lalu sedang ada jadwal untuk ikut lomba menulis juga. Nah, bagaimana menurut mas Adjie dari segi mindfulness-nya kondisi seperti itu?
Terutama saya ini pikirannya suka bercabang. Jadi walaupun lagi nulis X, suka tiba-tiba kepikiran ide tentang Y yang sangat menyiksa kalau nggak langsung dituliskan, jadinya suka loncat-loncat. Makanya draft novel banyak banget di laptop tapi nggak pernah tuntas karena idenya udah pergi kesana kemari. Mohon pencerahan
Jawaban 5:
Salah satu manfaat mindfulness dalam menulis adalah fokus.
Saat nulis 1 hal, dan muncul gangguan, apapun itu,
berhenti sejenak, sadari penuh hal itu, lalu lepaskan, ga perlu dilayani.
Kalau memang berkaitan dengan ide, bisa dituliskan keywordsnya di note, lalu balik ke tulisan yang menjadi fokus.
Ga usah terlalu takut kalau ide yang datang, godaan yang menggiurkan tidak segera ditindaklanjuti.
#6 Anittaqwa Elamien – Surabaya
Bagi saya anak-anak tuh bahagia terus. Mereka selalu menikmati semua aktivitas yang mereka lakukan terutama balitaku. Saat mandi semua mainan diboyong ke kamar mandi walhasil mandinya lamaaa banget. Efeknya nyaris selalu telat berangkat sekolahnya khusus untuk putra saya yang sudah SMP setelah diskusi dengan si Anak saya menerapkan timer, mandi 10 menit, pakai baju 10 menit dan makan 15 menit jadi 35 menit untuk persiapan sekolahnya. Pertanyaannya apakah manajemen timer tersebut berdampak negatif terhadap proses perkembangan Anak? Jika dihubungkan dengan konsep mindfulness.
Pertanyaan kedua dalam islam ada 4 konsep yaitu tumakminah dalam sholat, sabar, ikhlas, dan khusyu. Jika keempatnya dilaksanakan konsisten dalam kehidupan keseharian, Insya Allah hidup terasa ringan dan bahagia. Manakah dari ke-4 konsep tersebut yang sesuai dengan konsep mindfulness atau justru ke-4nya bergabung dalam satu kesatuan mindfulness? Mohon penjelasan. Jazakumullah khoiron katsiron. Terimakasih.
Jawaban 6:
Manajemen waktu akan berdampak negatif kalau melakukannya dengan dilandasi ketakutan.
Menjadi berdampak baik kalau dilandasi kesadaran penuh, benar-benar paham mengapa harus seperti itu.
Dengan kesadaran penuh biasanya malah menjadi tidak bermalas-malasan.
Keempatnya erat hubungannya dengan mindfulness.
#7 Shanty Dewi Arifin – Bandung
A. Tulisan-tulisan Adjie di blog sangat dalam dan bagus. Apa Adjie punya jam menulis khusus? Apakah untuk menulis satu artikel sekali jadi atau mengalami beberapa kali revisi sebelum posting?
B. Kalau memperhatikan blog Adjie, isinya fokus sebagai praktisi mindfulness. Apa tidak tergoda untuk menulis tentang yang lain yang sama sekali berbeda? Atau mungkin punya blog lain untuk tujuan yang berbeda? Seperti kita tahu ada istilahnya ‘beternak blog’ untuk memiliki beberapa blog dengan fokus pembahasan masing-masing.
Jawaban 7:
A. Terima kasih, saya masih belajar menulis.
Iya, saya punya jam menulis khusus setiap hari.
Meskipun kadang masih ga disiplin.
Di satu sisi, bagi saya, menulis tidak bisa dipaksakan.
Ada kalanya di jam menulis, saya pas ga pingin menulis, ya kadang saya ga paksakan menulis.
Saya juga ga bisa kalau menulis berdasarkan pesanan.
Saya jarang merevisi apalagi merevisi berulang kali tulisan saya sendiri.
Paling hanya membaca 1-2 kali sebelum ditayangkan.
Tapi cukup sering, setelah beberapa waktu, saya baca tulisan-tulisannya saya sendiri, dan saya heran sendiri.
Pernah juga mengalami, menulis sudah selesai, maksud hati mau klik untuk ditayangkan, tapi computer ngehang, dan tulisan hilang.
Ya berlatih ikhlas melepaskan kehilangan …
B. Sampai sekarang pun masih tergoda untuk menulis topik yang lain, tapi saya selalu mengingat untuk fokus.
Saya hanya punya 1 blog di: AdjieSilarus.com
Dan dengan tampilan minimalis seperti itu.
Ada yang sarankan beternak blog, diberi sidebar untuk iklan, dsb.
Tujuan saya ngeblog hanya fokus berbagi apa yang saya pelajari, bukan semata untuk cari uang.
Ketika yang lainnya berlomba “menambah”,
saya sebagai murid kehidupan belajar dan berlatih “mengurangi”.
Lalu ada teman praktisi bisnis, tanya tentang rumus kebebasan finansial, yang katanya didapatkan dengan menambah pendapatan.
Saya mengambil arah yang berbeda.
Jikalau memang mau bebas finansial, bukan dengan menambah pendapatan,
tapi dengan belajar kurangi keinginan.
#8 Putri Yudha – Bandung
Aku selalu merasa kesulitan jika mengerjakan beberapa hal sekaligus jika menyangkut yang butuh fokus lebih seperti menulis dan membaca, yang pake mikir gitu deh. Harus nulis hanya nulis aja atau baca hanya baca aja.
Lain halnya dengan kegiatan yang sifatnya make fisik seperti kegiatan domestik,disambi-sambi pun oke.
Pertanyaannya:
A. Aku masuk orang yang fokus atau multitasking?
B. Bisakah fokus ini meluas? Dalam artian mengerjakan beberapa hal tapi tetap fokus dalam tiap kerjaan? Atau ini tetap disebut multitasking?
C.Jika fokus bisa meluas, bagaimana cara meluaskannya?
D. Terkait dengan menulis,bagaimana caranya agar tidak menunda menulis?
Jawaban 8:
A. Kalau hanya berdasarkan cerita sekilas seperti itu, saya tidak bisa menilai, kamu orang yang fokus atau multitasking.
Karena ada yang di satu bidang fokus, di bidang yang lain multitasking.
B. Bisa. Meluaskan cakupan fokus dan kesadaran.
Tapi perlu latihan mindfulness dengan tekun dan sabar.
Perlu waktu.
C. Dengan berlatih mindfulness, diawali dengan menyadari napas, lalu bertahap menjadi menyadari pikiran sendiri dan lingkungan sekitar.
Menjadi lebih jelas kalau saya ceritakan pas sesi.
D. Diawali dengan mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada diri kita masing-masing,
“Mengapa kamu menulis?”
Jawaban dari pertanyaan ini menjadi langkah awal dan bekal untuk tidak menunda menulis.
Pertanyaan dan jawaban, “mengapa kamu menulis?”
lebih penting daripada
“apa yang akan kamu tulis?”
Jawabannya diingat setiap kali menunda menulis.
Biasanya membantu supaya tidak menunda menulis.
Itu sebagai awal, masih banyak langkah yang saya lakukan supaya ga menunda menulis.
***
Sekian materi kulwapnya. In sya Allah bermanfaat, semoga lebih fokus, lebih menikmati hidup, lebih rileks, dan lebih tawakal lagi, tentunya tidak lepas dari usaha juga.
Gambar dari sini
1 thought on “Resume Kulwap – Mindfulnes ala Adjie Silarus”