Journey, Just Learning

Irilah pada yang memang patut kita Iri-i


Ini postingan kayaknya bakal panjang karena bakal penuh baperan (bawa perasaan), tapi karena sering banget ada yang bahas, dengan sudut pandang dan bahasannya yang berbeda, saya jadi ingin juga menuangkan isi hati dan kepala saya tentang ini.

Sudah agak lama sih sebenarnya, teman saya posting mengenai “cemburu” di akun facebooknya. Isinya mengenai iri yang bisa terjadi setelah melihat timeline facebook, mengintip aktivitas teman-temannya di dunia maya, dari foto, check-in tempat, maupun status. Ada yang jalan-jalan ke luar negeri, ada yang lagi bulan madu, ada yang anaknya sudah pintar segala macem, ada yang baru diwisuda, macem-macem deh. Lucunya dia jadi merasa bersalah ketika ada temannya yang berkomentar di salah satu postingannya: “Enak ya kamu bisa kuliah di luar negeri lalu jalan-jalan.”. Beberapa lama setelah membaca postingan itu, eh teh Muthi posting di blognya mengenai iri yang positif. Seperti menjawab status si teman saya sebelumnya.

Iri dan cemburu ini memang bisa dipicu oleh berbagai macam hal, tapi mengingat kita hidup di era sosmed yang booming, tentu sumber kecemburuan bisa berasal dari sosmed ini. Sayapun mengakui bahwa saya pernah juga “memusuhi” sosmed terutama facebook dalam beberapa waktu. Pikiran saya, daripada saya merasa teriritasi melihat kehidupan orang lalu membuat saya iri, lebih baik gak buka timeline deh.

Masa-masa saya sedikit puasa timeline facebook adalah setelah saya sudah resign kerja, di rumah aja, ngurus Runa, di sebuah apartmen mungil di Bekasi. Pada saat itu merasa sedikit pathetic. Mungkin karena sebelumnya sibuk beraktivitas di luar rumah lalu berganti jadi ibu rumah tangga. Kondisi saya kurang lebih begini: dasteran, bau keringet, kerjaannya mimik-in Runa dan main  sama Runa, bolak-balik mencet remote tv, ga punya kegiatan yang oke, ga masak juga (cuma masak MPASI Runa), suamipun sibuk kerja. Saya juga gak gaul, paling banter main ke taman di apartemen atau Indomaret, paling jauh ya ke mall. Runa saat itu juga belum bisa diajak ngobrol. Mangkanya saya suka ngobrol sendiri sama Runa, berharap dia ngerti. Sepertinya efeknya terasa sekarang, Runa jadi ceriwis.

Postingan saya di blog ternyata menggambarkan kegalauan saya saat itu: Super wife-mom-super tired dan drop and down. Postingan saya di sekitaran tahun 2013 itu isinya kegalauan semua. Sayang dulu kenapa saya ga produktif nulis yah, heu. Bisa jadi satu buku padahal kali ya.

Jadi dulu saya juga berada dalam posisi iri ketika melihat timeline fb, ada teman saya yang sudah s2 ke LN, ada yang lagi training dari kantornya ke LN, ada juga teman yang dapat pelatihan kerja-sekalian bisa jalan-jalan keliling kota-kota di Indonesia, atau aktivitas mereka yang keren-keren. Lalu apakah saya jadi menyalahkan mereka yang posting aktivitas dan keberadaan mereka di facebook?? Ya engga.. salah mereka apa, wong itu akun mereka, sesuka mereka dong, hak mereka, mau posting apa. Mereka toh belum tentu niat pamer, bisa jadi saya aja yang buruk sangka.

Akhirnya kemudian saya buka fb hanya untuk buka fanpage olshop saya, lihat fb group yang saya inginkan. Lapak-lapak jualan, group itb motherhood, dan lapak kulakan.. timeline fb saya skip. Dengan itu saya merasa lebih sehat, ga lihat kabar-kabar yang bikin galau dan mulai membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan saya.

Sekarang?

Mungkin kadar kegalauan saya dalam melihat medosos, terutama fb sudah berkurang. Saya juga sudah berhenti main path.. lieur euy kebanyakan medsos. Instagram masih saya ikutin soalnya suka ada info untuk aktivitas anak, info resep, dan quotes atau pics bagus dari public figure. Mungkin yaa kadar kegalauan saya ketika melihat medsos berkurang karena:

  1. Saya sudah sedikit beranjak dewasa (tua maksud lu?)
  2. Saya berada di keadaan yang dulu saya cita-citakan. Saya bisa lanjut S2 di LN setelah nunggu 5 tahun, hehe.. Di saat saya sudah putus asa dan merasa itu gak mungkin.
  3. Saya sudah mulai bijak menggunakan sosmed dan menata hati saya
  4. Saya tidak lagi iri pada hal-hal yang tampak di medsos.

Bener kata teh Muthi, marilah kita iri, pada hal yang memang patut kita iri-i. Betul, Saya iri pada mereka.. yang tidak ada di medsos tapi sangat dekat dengan Allah, saya iri pada mereka yang tidak punya cerita atau foto yang diposting di medsos tapi dekat dengan Al Qur’an, punya banyak cerita dengan Al Qur’an. Sungguh saya iri. Iri banget. Kenapa beliau-beliau bisa seperti itu? Kenapa saya kok masih banyak disibukkan dengan hal-hal duniawi?

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

Tidak boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.”

Artikel tentang iri yang diperbolehkan bisa dibaca di sini

 

Advertisement

6 thoughts on “Irilah pada yang memang patut kita Iri-i”

  1. Kata orang,iri itu muncul krn sawang sinawang. Merasa hidup org lain better. Padahal org lain jg ngliat hal yg sama di kita. Itsn’t funny yeah. Hehehe

    Agree with u mba, iri ama org yg bs deket ama Allah pdhl kesibukan mrk lebih dari kita. Bisa mendahulukan Allah diatas semua rutinitas duniawi yg gak ada habisnya klo dikejer2

    Anyway,gbung ke Komunitas nulis gmn mb. Sy kayaknya butuh hiburan haha

    1. betul mbak, rumput tetangga selalu lebih hijau sih haha,, hijaunya rumput itu perlu perjuangan dari pemiliknya. Kita gak lihat perjuangan/susah2nya, tapi cm lihat hasilnya yang bagus. Kita toh juga punya ladang rumput sendiri yg perlu diurus, hehe..
      Saya ikut ODOP99days mbak, udah mau beres sih tapi programnya.. ada juga Kelas Menulis Online (KMO) tapi saya krg tahu infonya, gak ikutan.. coba aja mbak googling

    1. Sejauh aku tahu mah cowo jarang mas kayak gitu. Beberapa yg pernah membahas ttg iri dan merasa teriritasi dengan TL fesbuk itu cewek semua, yang curhat ke aku ttg itu ya cewek juga, haha.. Kalo cowok gak kepikiran kayak gitu bagus sih, dia lebih fokus sama dirinya. Atau mungkin ada aja yg kayak gitu, cuma ga diumbar ke temennya apalagi curcol di fesbuk haha

  2. Haha aku juga sering ngerasa gitu mba… tapi sering-sering memotivasi lagi.. ga bikin iri terus gerundel di hati tapi ya gimana lagi jalani saja lah yang penting selalu meningkatkan kualitas diri sendiri…

    1. Betul, semangat Mbak.. iri gak ada gunanya kalo ga bikin kita jadi produktif. Mending iri pada 2 hal di atas yg lebih penting, hehe

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s