Pernah gak terpikir tentang kok saya sudah belajar Bahasa Inggris dari kecil tapi ketika ngomong pakai Bahasa Inggris balelol (terbata-bata) minta ampun?

Saya pernah. Saya merasa sudah cukup banyak mengenyam dan menelan pendidikan Bahasa Inggris sejak SD sampai kuliah. Sudah ikut toefl dan ielts beberapa kali, sudah menghafal struktur grammar dan punya banyak koleksi vocabulary, tapi begitu saya dihadapkan untuk bercakap-cakap atau presentasi dalam Bahasa Inggris, kok rasanya kemampuan speaking saya malah jongkok, ditambah gak pede untuk ngomong. Padahal dalam hati saya sebenarnya yakin, saya bisa lebih dari itu.
Ternyata akar masalahnya apa? Saya baru sadar, saya menggunakan bahasa bukan untuk berkomunikasi dengan benar, tapi saya lebih memikirkan apakah yang saya sampaikan ini kalimatnya benar atau salah? Apakah saya pakai simple present tense atau pakai past tense, atau pakai future tense. Apakah saya menggunakan vocab yang tepat atau tidak? Dari sanalah saya jadi malah makin lama untuk berbicara dan makin sulit mengutarakan yang saya maksud.
Kemudian saya melihat suami saya berkomunikasi. Pak suami lebih luwes berbicara dalam Bahasa Inggris. Kata-katanya mengalir begitu saja. Ketika suami saya ditelepon mengenai pekerjaan oleh koleganya, saya juga memperhatikan dia berkomunikasi tanpa kendala. Sesekali ada kesulitan biasa, atau ada kesalahan grammar juga, tapi suami tidak tampak begitu menghiraukan, yang penting urusan “berbicara”nya lancar dan selesai. Padahal suami saya sadar, Bahasa Inggris dia (dulu) jelek banget dan dia gak pernah suka pelajaran Bahasa Inggris, sejak SD sampai SMA. Diapun baru ngambil kuliah Bahasa Inggris conversation saat kuliah, beda sama saya yang ambil les Bahasa Inggris di LIA sejak SMP. Otomatis dia bilang vocab dan grammar dia jelek banget. Bahkan dia baru merasa lancar ngomong Inggris ya sejak di sini lagi. Tapi saya gak lihat itu ketika dia berbicara Bahasa Inggris sekarang. Lancar banget, saya malah yang iri.
Suami saya bilang, kalau dia seperti itu karena tuntutan. Awal-awal dia kerja di Belanda dia juga merasa kesulitan dan dodol banget pas ngomong. Tapi kemudian dia “dituntut” untuk bisa berbicara untuk menyampaikan maksud/pikirannya secara cepat dan tepat. Tak peduli grammar dan vocab. Orang menunggu dia menjawab, lha kalau mikirin ini kalimat benar atau salah, kapan mau selesainya? Akhirnya dia membiasakan diri untuk ngecapruk sebebasnya. Lama-lama ya jadi terbiasa. Dia juga belajar dari komunikasi orang-orang di sekitarnya, ya vocab dan kalimatnya jadi terbentuk dari pola komunikasi tersebut. Diapun jadi lebih pede, memang tidak ada benar salah dalam kalimat yang penting maksudnya tersampaikan dengan baik.
Enak juga sih suami, setiap hari Bahasa Inggrisnya terasah dengan baik. Kalau saya, sudah sejak 6 bulan ini sudah jarang berkomunikasi dengan Bahasa Inggris secara intens karena saya sudah gak ada kuliah dan lebih banyak kerja sendiri dengan laptop. Ada juga sih percakapan dengan teman seruangan atau saat bimbingan dengan dosen, atau ketika berbincang singkat dengan gurunya Runa. Mungkin dalam sehari cuma beberapa kali percakapan “ringan” yang terjadi. Saya butuh lebih banyak latihan, apalagi sebentar lagi mau presentasi akhir (Doakaaann..).
Saya pun tetap ingin melatih Bahasa Belanda saya, yang lebih parah lagi tidak terasahnya, fufufu.. Sesekali saya pakai Bahasa Belanda untuk belanja di supermarket atau pas jajan churros, atau pas ngobrol sama Runa (dan Runa lebih jago tentunyaa), atau ngobrol sama anak tetangga (cemen, beraninya sama anak kecil), atau sok-sokan nyoba ngobrol sama gurunya Runa pakai Bahasa Belanda. Tapi teuteup kemajuannya kecil banget, bahkan habis nyoba ngomong pakai Bahasa Belanda lalu mau ganti ke Bahasa Inggris lagi kok malah loading lama ya haha.. Antara mo ngomong Inggris sama Belanda malah campur gak jelas, hadeuh..
Nah kenapa Runa lebih cepat berbahasa Belanda daripada emaknya ini? Padahal emaknya sampe ikut les segala. Selain karena Runa lebih sering menggunakan bahasa Belanda dalam sehari-hari, Runa berbahasa untuk berkomunikasi, untuk menyampaikan pikirannya, bukan untuk urusan benar atau salah berbahasa. Runa tentu tidak akan berpikir grammar ini salah, kata ini seharusnya untuk kata benda bukan kata kerja, dsb.
Bahasa memang penting sekali, untuk bergaul, untuk berkomunikasi, untuk masuk ke dalam suatu komunitas. Apalagi sekarang udah jaman segala-gala internasional, sudah saatnya orang Indonesia tidak hanya mahir berbahasa ibu tapi juga cakap berbahasa internasional. Saya pikir ada yang salah dengan sistem pengajaran Bahasa Inggris kita selama ini, kita terlalu banyak menekankan teori tapi minim praktek. Anak dijejalkan ini itu untuk bekal berkomunikasi dalam Bahasa Inggris tapi ketika dalam prakteknya terlalu banyak dikritik sehingga bikin anak gak pede, kamu salah deh grammar-nya, kamu tidak tepat penggunaan katanya. Akibatnya anak jadi malas mencoba.
Coba kalau lihat ya orang-orang Londo sini, mereka juga sebenarnya gak jago-jago banget kok Bahasa Inggris-nya, kadang saya perhatiin salah juga menempatkan grammar (sorry such a grammar nazy), tapi mereka PEDE, mereka nyerocos terus dengan lancar tanpa overthink. Emang kalau udah ngomong ada yang mau ngoreksi? Ya enggaklah, yang penting maksud mereka dapat dimengerti.
Maksud saya di sini juga bukan berarti ya berbicara sesuai aturan bahasa itu gak penting lho ya, itu tetap penting kok. Tapi itu nomor kesekian, itu bisa diimprove seiring dengan latihan ngomong tadi. Lha kalo ngomong aja berani karena takut salah ya gak akan maju-maju dong kemampuan berbahasanya, ya gak?
Satu lagi, yang penting pede! Orang Londo tu kadang suka kelewat pede, sebenernya bagus sih jadi mereka tu beneran kerja nyata juga gak omong doang, asal gak ngeselin aja jadinya, haha.
Jam terbang, Mon. Fajar dalam sehari minimal 2 jam ngomong bhs Inggris. Begitu pula PhD student (yg dari Indonesia). Umumnya awal studi bhs Inggrisnya masih kurang lancar. Tapi setelahnya diskusi intens dgn spv/kolega minimal seminggu sekali, presentasi di grup, nulis paper. Lama-lama juga jadi lebih lancar.
Kalau soal kemampuan berbahasa internasional, orang Indonesia memang agak sulit. Selain kurikulum di sekolah yg kurang baik, bahasa kita beda jauh dgn Inggris. Beda dgn orang Belanda. Wajar kalau lancar bhs Inggris dan Jerman, lha wong akar ketiga bahasa itu sama. Vocab nya pun banyak yang mirip. Itu sama saja dengan orang-orang Jember yang dari lahir bilingual Jawa dan Madura, belajar ke bhs Sunda (bahkan Bali) pun jadi tidak terlalu sulit.
Ho oh mas setuja,, jam terbang penting beut. Kalo aku lagi ga banyak bergaul sih haha.. lebih banyak dilatihnya nulisnya ey, tapi tetep pengen ya writing ya speaking terasah.. Tapi org Indonesia jg pny kelebihan kok kalau ngomong Inggris, bagus pronunciation-nya, jelas, (daripada org C**A, misalnya) asal lebih pede aja klo ngemeng..
apa kabar daku yang sekarang belajar bahasa inggris (EXPRESSIONS!) cuma dari Starworld, Fox, atau HBO ya hahahahaha…
Nice one Monce, ngakak juga bacanya *hiburan dikala senggang nunggu pulang di kantor baru* #mestibanget9jamkerja #nyampahakhirnya :))
Njuuuuul, njul mah sedari dulu sudah born with fluent English deeeh keknya hahaha.. Dari starworld banget akupun tu ngasah B.Inggris *ngelesnya kalo dibilangin nonton mulu wkwkwk
Thanks Mba Mona atas sharingnya, saya lagi maksa diri buat berbahasa inggris nih mbak, di bela-belain buat blog khusus berbahasa inggris walau… grammarnya amburadul! Hahaha.