Note: Postingan ini berakhir di draft. Tapi sayang dibuang.. Ya udah diselesaikan saja yang sudah dimulai. Sekalian sebagai perekam jejak saya di Ramadhan 2016 kemarin.
Minggu pertama Ramadhan meskipun puasa 19 jam tapi terasa lebih mudah dijalani daripada tahun kemarin. Karena kangen suasana Ramadhan dan masakan di Indonesia, saya mencoba menelurkan beberapa karya yang cukup niat di dapur. Semuanya kebanyakan masakan Padang dan resep Mama, hoho. Ini contohnya:
Karya di Dapur
1. Roti srikaya – ta’jil favorit orang rumah di kopo. Itu berupa roti tawar yang disiram kuah srikaya. Resepnya cuma bikin kuahnya aja kok. Rasanya yang manis cocok untuk berbuka
Bahan: gula merah, kayu manis, telur, santan, daun pandan, garam
Cara membuat: Gula merah direbus dengan air, tambahkan santan, biarkan mendidik. Kocok telur, tuangan sedikit demi sedikit ke rebusan gula merah, aduk-aduk. Tambahkan daun pandan dan serutan kayu manis (sekalian masukan juga kayu manisnya). Tambahkan garam secukupnya. Koreksi rasa.
2. Sate Padang lidah sapi
Seumur hidup akhirnya ada record juga saya bikin sate padang, haha. Lidah udah lama ada tapi gak dibikin-bikin. Akhrnya pakai resep dari Uni Novie dan dari Buku Resep Nusantara yang dikasih Mama dan Kakak. Saya tulis ulang aja resep dari Uni Novie biar ga lupa.
- Siapkan lidah sapi: Bersihkan lidah sapi, potong dadu. Lumur dengan jeruk nipis/lemon supaya tidak amis. Diamkan sebentar.
- Siapkan bumbu: Bawang putih, bawang merah, cabe, jahe, kunyit, ketumbar, jinten, merica, garam, haluskan dengan blender.
- Merebus lidah sapi: Rebus bumbu halus dengan air (boleh juga dengan santan). Tambahkan daun jeruk, daun kunyit, serek, cengkeh, pekak, kapulaga. Kalau gak punya semua gak papa, lanjutkan saja. Uni Novie bilang kalau ga enak tambahkan aja bumbu indomie, hahaha. Biarkan bumbu mendidih baru masukan lidah sapi, juga asam kandis. Rebus sampai matang dan empuk.
- Menyiapkan sate: Keluarkan lidah dengan cara disaring sehingga kaldu bebas dari partikel kasar. Tusuk lidah, lumuri dengan bumbu tadi, panggang di oven sampai matang. (Gak pakai babakaran soalnya)
- Menghidangkan sate: Tuang bumbu di sate dan tambahkan bawang goreng. Bisa dimakan pakai lontong juga


Minggu kedua si tamu datang
Ternyata kondisi tidak puasa malah lebih gak enak daripada puasa. Saya pikir awalnya lumayan bisa istirahat dari puasa yang panjang, malah rasanya sebaliknya. Pengen cepet-cepet puasa lagi. Saya gak nafsu makan juga. Mungkin ini yang menyebabkan berat badan turun, hoho. Makan seperlunya saja, sekedar menunaikan kebutuhan perut, sekalian nemenin Runa makan. Tapi walaupun saya gak puasa, saya tetep nemenin suami sahur dong, cuma dua kali kayaknya saya gak ikut sahur. Biar tetep kebiasa bangun sahur soalnya, daripada bablas nanti melanjutkan kebiasaan bangun sahur dini hari jadi lebih susah
Minggu ketiga memasuki masa kritis penyelesaian thesis dan presentasi
sampai tidak terasa kalau Ramadhan sudah di minggu ketiga. Idul Fitri jatuh tanggal 6 Juli. Seminggu sebelum idul fitri rasanya padat banget. Tanggal 1 Juli saya harus presentasi, sebelumnya harus finish final thesis. Jadilah berkutat dengan itu semua didampingi oleh shaum Ramadhan, terasa nikmat, meskpiun degdegan, akhirnya selesai juga. Senaaaang! saya bisa idul fitri tanpa beban, Alhamdulillah.
Tapi minggu akhir Ramadhan ini saya sempet tumbang karena migren dan maag. Mungkin karena runtutan kegiatan sebelum dan sesudah sidang. Pertama hari Rabu, tanggal 29 Juni kami nganter Mbak tina dan keluarga ke Schiphol untuk pulang for good, capek juga PP Groningen-Schiphol. Kamis persiapan presentasi, disusul Jumat presentasi dan evaluasi di hari yang sama. Pulangnya langsung migren, tapi tetap ingin puasa nanggung soalnya. Sabtu jemput tante dan om ke Schiphol yang akan liburan di sini, PP lagi. Alhasil migren dan maag nyamperin lagi. Besoknya pas sahur sampai gak bisa bangun karena perut perih. Ya terpaksa gak puasa deh hari itu takut makin parah. Allah Maha Mengetahui kondisi hambaNya.
Ramadhan kali ini sangat berwarna dan bermakna, Alhamdulillah. Beberapa target Ramadhan ada yang tercapai ada yang belum. Semoga masih ada usia untuk bertemu Ramadhan lagi.. di Groningen, hehe.. atau dimanapun. Aamiin. 🙂