Sejak pertama kali saya menjejakkan kaki di Madinah dan melihat Masjid Nabawi, saya langsung terpukau. Tidak henti-hentinya mengucapkan Subhanallah dan Masya Allah. Ini lho Kota Nabi, kota suci tempat hijrah Rasulullah SAW. Tempat di mana Rasulullah SAW meletakkan dasar-dasar pemerintahan Islam dan membangun masyarakat madani. Setiap sudut Kota Madinah sepertinya memancarkan kedamaian. Meskipun hawa panas luar biasa terasa (ya iya atuh daerah gurun), saat kami ke sana masih dalam musim panas.
Mayoritas muslimin yang melaksanakan ibadah haji dan umroh ke tanah suci Mekah pasti akan menyempatkan diri untuk mengunjungi Madinah, berziarah dan beribadah di Masjid Nabawi. Meskipun ziarah dan ibadah di Masjid Nabawi bukan termasuk rukun dan syarat sah haji dan umroh. Seperti rombongan haji reguler dari Indonesia biasanya akan menghabiskan waktu sekitar 8 hari di Madinah, untuk mengejar shalat arba’in (shalat 40 waktu), meskipun menurut sumber yang saya baca haditsnya dhaif, tapi poin pentingnya maksudnya beribadahnya tho. Rombongan kami Euromuslim dari Belanda menghabiskan 5 hari 4 malam di Madinah. Lalu setelahnya baru melaksanakan umroh dan haji di Mekah. Opsi yang menurut saya cukup baik karena kami bisa menikmati Madinah dulu sebelum melakukan prosesi haji yang cukup melelahkan.
Kalau sekarang setiap melihat foto-foto Masjid Nabawi, membaca Sirah Nabawiyah saat Rasulullah SAW di Madinah, terbayang-bayang suasana di sana. Ingin rasanya bisa menghabiskan hidup di Kota Suci tersebut. Mimpi gitu ya bisa kuliah di University of Madinah. Mimpi dulu mah gapapalah ya..
Banyak sekali spot-spot yang menarik di Madinah, utamanya tentu Masjid Nabawi yang terletak sangat strategis di tengah-tengah Madinah.
Madinah Al Munawwarah
Saat Rasulullah SAW hijrah di tahun ke-14 kenabian, Madinah masih bernama Yastrib. Dalam piagam Madinah yang dibuat Rasulullah SAW, nama Madinah belum muncul. Yastrib-lah yang masih tercantum di dalamnya. Rasulullah SAW mengganti Yastrib menjadi Madinah karena arti kata Yastrib sendiri yang kurang baik. Yastrib berasal dari kata tatsrib (celaan/makian) atau tsarab (hancur). Maka Rasulullah SAW menggantinya dengan nama Madinah (Ibnu Hisyam dan Ibnu Majah) (1). Madinah pun terkenal sebagai Madinatun Nabi (Kota Sang Nabi) dan Madinah Al Munawarah yang artinya kota yang bercahaya. Selain itu Madinah juga memiliki nama thabah (yang baik) atau thayyibah (yang suci) (2).
Keutamaan Madinah
Banyak sekali keutamaan Madinah sehingga dijadikan kota suci yang diharamkan selain muslim masuk ke dalamnya. Jika kita mengetahui keutamaan sesuatu, niscaya kita akan semakin mencintainya. Begitu juga jika kita mengetahui apa saja keutamaan kota Madinah. Dia antaranya: Madinah adalah kota yang penuh keberkahan, Rasulullah banyak berdoa untuk Madinah. Madinah (dan Mekah) juga merupakan tempat yang tidak akan bisa dimasuki Dajjal. Selain itu orang yang meninggal di Madinah akan mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW. Dan tentunya Madinah merupakan tempat Rasulullah hijrah, tinggal, menyusun peradaban Islam, tempat Rasulullah menyusun peperangan melawan kafir, dan juga tempat Rasulullah dan sahabat-sahabat wafat. Lengkapnya bisa dibaca di sini.
Madinah Landmarks
Waktu selama 5 hari 4 malam memang tidak cukup untuk mengeksplor seisi kota Madinah. Pastinya selain ziarah dan berkunjung ke tempat-tempat peninggalan sejarah Rasulullah SAW, Kami juga banyak menghabiskan waktu untuk shalat di Masjid Nabawi. Sebisa mungkin shalat lima waktu dijalankan berjamaah di sana. Terutama menghabiskan waktu sepertiga malam hingga subuh dan terbit fajar.
Berikut adalah beberapa landmarks di Madinah. Kami sendiri tidak mengunjungi semua tempat tersebut. Keterbatasan dari biro haji di Belanda memang tidak banyak mengadakan “jalan-jalan” ke berbagai spot seperti halnya jemaah haji Indonesia yang jadwalnya sudah sedemikan teraturnya.

Masjid Nabawi
Bahasan mengenai Masjid Nabawi khususnya saya ceritakan di postingan terpisah. Silahkan baca di sini
Makam Baqi
Ketika setiap selepas shalat berjamaah di Masjid Nabawi (dan juga Masjidil Haram), jangan heran ketika imam langsung menghimbau lagi untuk shalat: Asshalatu minal mayyiti… Jadi hampir selalu ada shalat mayat setelah shalat fardhu di lima waktu. Setelah shalat mayat selesai, jenazah akan dibawa ke makam Baqi. Yaitu pemakaman utama yang letaknya berseberangan dengan Masjid Nabawi. Di sanalah, para keluarga serta sahabat Nabi dikuburkan.
Saya sih tidak melihat di mana letak jenazahnya lalu ke arah mana dibawa untuk dikuburkan. Lagipula cuma jemaah laki-laki yang boleh mengantar jenazah sampai ke kuburan. Suami yang berkunjung ke makam Baqi. Makam Baqi hanya tanah lapang biasa, tanpa ada batu nisan ataupun bentuk makam. Terlihat hanya gundukan tanah saja dengan batu tanpa tulisan apapun. Berikut foto-foto yang diambil oleh suami ketika ke makam Baqi.



Masjid Quba
Alhamdulillah kami sempat mengunjungi Masjid Quba ketika di Madinah, letaknya sekitar 2,3 km dari Madinah. Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan para sahabat ketika dalam perjalanan hijrah ke Madinah. Inilah masjid pertama yang didirikan dengan fondasi takwa setelah masa kenabian. Pada tahun 1986, di masa pemerintahan King Fahd ibn Abdul Aziz, Masjid Quba direnovasi sehingga dapat menampung kurang lebih 20.000 jamaah(1).
Dalam konteks tersebut, turun ayat At Taubah ayat 108: Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.
Mendirikan shalat di Masjid Quba memiliki keunggulan tersendiri, seperti tertuang dalam hadits: “Barangsiapa bersuci di rumahnya kemudian mendatangi masjid Quba & shalat di dalamnya dua rakaat, maka ia akan mendapatkan pahala umrah.” (Ibn Majah no. 1412).
Kami singgah di Quba, dengan berwudhu sebelumnya. Di sana kami melaksanakan shalat sunah, lalu shalat Ashar berjamaah. Tidak lama, kami berangkat lagi menuju Jabal Uhud. Saya tidak sempat banyak mengambil foto di sana. Hanya sekedar memfoto bagian dalamnya sebagai pengingat akan masjid ini.




Masjid Al Qiblatain
Sayang sekali kami tidak sempat bertamu ke Masjid Qiblatain ini. Masjid ini terlatak di dekat lembah ‘Aqiq, di Jalan Khalid ibn Walid. Masjid ini dinamakan Qiblatain (masjid dengan dua kiblat) karena adanya wahyu pemindahan kiblat dari Baitul Maqdis (Masjidil Aqsa) ke Masjidil Haram di surat Al Baqarah: 144. Ketika itu Rasulullah SAW mendapat wahyu pemindahan kiblat saat shalat sedang berlangsung. Saat turun perintah tersebut, Rasulullah SAW pun memindahkan arah shalat ke arah Masjidil Haram. Hal ini dilakukan tanpa membatalkan shalat.

Jabal Uhud dan Makam Syuhada Uhud
Jabal Uhud terletak sekitar 4 km dari Masjid Nabawi, terletak di batas Madinah sebelah utara, membentang dari timur sampai ke barat. Gunung ini memiliki banyak bukit dan terkenal sebagai tempat terjadinya peperangan Uhud. Perang yang terjadi di bulan Syawal, tahun ketiga Rasulullah SAW hijrah. Di dekat Jabal Uhud ada Jabal Rummat (juga dikenal dengan Jabal Ainain), tempat 50 orang pemanah ditempatkan di sana. Saat itu jumlah kaum muslimin 700 orang dan tentara kafir 3000 orang.
Di peperangan tersebut 70 sahabat Rasulullah SAW syahid, termasuk Hamzah bin ‘Abdul Muthallib RA dan Mus’ab bin Umair RA. Para syahid dimakamkan di Makam Syuhada Uhud. Hanya makam Hamzah dan Mus’ab (kalau tidak salah) yang terpisah. Kedua makam tersebut dipagar di sekitar Uhud. Para penziarah tidak bisa masuk, hanya bisa melihat dari luar pagar saja.
Jujur saya sebelumnya tidak pernah tertarik mendengar kisah peperangan, termasuk peperangan di zaman Rasulullah. Tetapi setelah mendengar cerita singkat dari Ustadz Saddam Husain, pembimbing haji kami di Madinah, lalu melihat langsung Uhud dan makamnya. Saya jadi merinding sendiri. Betapa perjuangan dan kecintaan kaum muslimim pada Islam di zaman tersebut begitu besarnya. Malu memandang diri sendiri, tidak ada seujung kuku pun perjuangan saya sebagai muslim dibandingkan para syahid dan tentara perang Uhud.
Inilah poin penting ziarah menurut saya. Mengingatkan kembali perjuangan para Rasulullah SAW dan sahabat dalam menegakkan Islam. Mengenalkan sosok-sosok penting sahabat Rasulullah yang berperan di dalamnya. Saya jadi suka kepo sama sahabat-sahabat Rasulullah yang sebelumnya cuma saya ketahui sedikit. Siapa itu Mus’ab bin Umair, RA siapa itu Hamzah bin ‘Abdul Muthallib RA, siapa Khalid bin Walid, dan lain-lain.



Museum Al Qur’an
Museum Al Qur’an ini letaknya di sebelah selatan Masjid Nabawi. Museum ini terbuka untuk umum, tidak ada biaya masuk. Di sela-sela waktu Ashar ke Magrib, rombongan kami mengunjungi Museum Al Qur’an ini. Senangnya lagi ada pemandu orang Indonesia (sepertinya student dari University of Madinah) yang menjelaskan seluk-beluk dan isi museumnya. Sangat membantu penjelasannya, kalau tidak ada Beliau mungkin Kami cuma bengong-bengong saja sambil berdecak kagum melihat isi museum tersebut. Ada mushaf Al-Qur’an tertua di dunia, terbesar, sejarah penulisan mushaf, bahkan mushaf yang ditulis dengan tinta emas murni. Lengkap!
Kalau berkunjung ke Madinah, pastikan berkunjung ke museum ini. Lebih baik jika ada pemandu yang tahu detailnya. Insya Allah akan menambah kecintaan kita pada Al Qur’an. Dulu kan mati-matian ya sulitnya menulis ayat-ayat Al Qur’an, di pelepah kurma, di batu, di tulang hewan, dll. Lalu belum ada harkat dan petunjuk bacanya, seperti arab gundul gitu. Pada masa khalifah Abu Bakar RA Al Qur’an dituliskan atas usul Umar bin Khattab RA. Zaid bin Tsabit RA lah yang kemudian menuliskannya, karena dia adalah penulis suhuf-suhuf di zaman Rasulullah. Lalu pada masa khalifah Utsman bin Affan RA, Al Qur’an dibukukan dan disebar ke seluuh penjuru negara, sehingga terkenal dengan Mushaf Utsmani. Sampai sekarang Al Qur’an bisa kita nikmati dengan nyamannya, Masya Allah. “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” [QS. Al-Hijr ayat 9]



Pasar Kurma Madinah
Bicara mengenai Jazirah Arab, tentu tidak lepas dari makanan khasnya, yaitu kurma! Kurma Madinah memang lebih terkenal dibandingkan dengan kurma Mekah. Selain karena harganya lebih murah, juga karena lebih banyak macamnya. Saya dan suami sebetulnya tidak begitu paham mengenai perkurmaan. Untunglah kami diajak Mbak Vicka dan suaminya Mas Holly, untuk berbelanja kurma di Pasar Kurma. Mbak Vicka dan suami sudah pernah tinggal di Qatar selama beberapa tahun, jadi sudah berpengalaman dengan kurma yang banyak macamnya. Ya sudah saya ngintilin aja Mbak Vicka beli kurma apa, saya ngikut beli juga, hehe. Dari Mbak Vicka saya jadi tahu ada kurma susu (sukkary), kurma maryam (kurma mabroom), kurma ajwa, kurma ambhar, kurma muda, kurma majdoul, dan lain-lain
Katanya kalau beli kurma di pasar ini bisa lebih murah dan tentunya lebih beragam. Tidak hanya kurma, ada juga produk kurma olahan, seperti cokelat isi kurma, kurma isi kacang, kismis, biskuit selai kurma, dll. Oiya, letak pasar ini masih di pusat kota. Jaraknya sekitar setengah kilo dari Masjid Nabawi, ke arah selatan. Kira-kira hanya 10 menitan lah.
Kurma yang terkenal di Madinah salah satunya adalah kurma ajwa. Disebut juga kurma favorit Rasulullah SAW. Bentuknya bulat tidak lonjong, dengan warna hitam dan keriput. Banyak orang yang meminati kurma ini karena ada hadits Rasulullah SAW mengenai kurma ajwa ini: Barangsiapa mengkonsumsi tujuh butir kurma Ajwah pada pagi hari, maka pada hari itu ia tidak akan terkena racun maupun sihir” (Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim).
Kalau belanja di Pasar Kurma Madinah ini jangan takut menawar. Mbak Vicka sih sudah tahu harga dan pinter nawar, ditambah dengan belanja banyak. Jadilah harga yang kami bayar cukup murah. Satu kg kurma ajwa kalau tidak salah bisa dapat 30 riyal. Harga rata-rata untuk kurma lain berkisar dari 20-60 riyal/kg. Saya lupa detailnya. Para pedagang juga banyak yang bisa berbahasa Indonesia kok, tidak usah khawatir akan kendala bahasa.



Makanan Indonesia
Namanya juga orang Indonesia, pasti ga betah makan makanan luar negeri, segimanapun enaknya. Apalagi buat kami yang tinggal di Belanda, kan juaraang nemu rumah makan yang Indonesia banget. Di Madinah ini Kami dimanjakan sekali. Sebab, nemu rumah makan Indonesia itu gampang, ada di mana-mana. Rasa cocok dan harga pun terjangkau. Terharu banget bisa beli semangkok mie bakso seharga 10 riyal (setara 2.5 euro). Belum lagi ada lauk pauk lengkap ala Indonesia.. Alhamdulillah. Cari makanan yang sesuai lidah pun tidak susah di Madinah. Kalau bosan, ya bisa cari nasi briyani atau nasi lemak, atau juga kebab. Yang pasti semuanya Insya Allah halalan thayyiban. Gak perlu nengok-nengok ingredientsnya lagi.



Supermarket dan Pertokoan
Masjid Nabawi dikelilingi pertokoan dan hotel-hotel besar. Kios-kios tersebut seperti tidak pernah tutup. Ketika pagi hari pukul 7 sudah ada yang buka. Pukul 9 malam selesai Isya, masih pun buka. Mau membeli oleh-oleh apapun ada. Mulai dari gamis, kerudung, abaya, mukena, sajadah. Sampai minyak wangi, lipstik arab, pacar, siwak, dan lain-lain. Sekitar 1 km dari Masjid Nabawi ada Pasar India (saya lupa nama asli pasarnya apa, kata temen sih Pasar India, karena yang jualnya banyak orang India). Bisa juga belanja beli oleh-oleh di sana.
Ada juga supermarket segala ada yang terkenal di Arab, namanya Bin Dawood. Mungkin kayak Giant atau Carefour-lah. Tempatnya pas di depan Mesjid Nabawi, agak jalan sedikit. Mau beli kain ihram pun ada. Jadi tidak usah takut kekurangan barang tertentu, cari saja di Bin Dawood, sambil ngadem di tengah-tengah sengatan cuaca panas.


Panjang juga yaak. Ini sudah saya ringkas dan padatkan. Sampai saya mau buat postingan terpisah juga untuk Masjid Nabawi dan Keutamaan Madinah.
Semoga gak bosen dan semoga bermanfaat!
Sumber:
- Hatta, Ahmad, dkk, The Greatest Story of Muhammad SAW, Maghfirah Pustaka, Cetakan kelima 2014
- Ghani, Muhammad Ilyas Abdul, Sejarah Madinah Munawwarah, Madinah Al-Rasheed, 2005
Aiishh komplit infonya :). Insya allah 2018 aku br bisa umroh mbak.. Ga sabar mau rasain semuanya.. Awalnya krn papa yg udh ngomel2 sambil nyindir krn tiap thn aku slalu traveling ke negara aneh2 katanya, tp kok ya malah ke rumah Tuhan ga pernah.. Jadi kesentil banget.. Makanya lgs bikin planning hrs umroh kesana.. Abisnya mau haji kok ya masa tunggu ampe 17 thn itu ga masuk akal bgt.. Umroh ajalah..
Waah Barakallah… smg lancar mbak Fanny perjalanannya dan ibadahnya ya 🙂
selalu suka dengan aritektur mesjid , selalu indah
Iya Mbak, yang pasti bikin adem 🙂
Alhamdulillah bisa langsung ke museum Al Quran ya mba. Aku belum kesampaian ke sana mba
semoga ada rezeki utk ke sana ya mbak 🙂
Bu hajah monik keren banget ceritanya. Baru baca sekilas aja berasa ada disana. Subhanallah…Allohumma yasirlana hajja wal umrota ziaroh Makkah-Maddinah. Aamiin Allohuma aamiin
aamiin aamiin.. mbak rinda, nuhun 🙂
Wah, bahagianya bisa ke sana. Moga bisa mengikuti jejakmu Mbak, TFS yaaa
aamiin aamiin.. smg dimudahkan langkahnya mbak aamiin