Mumbling

Ketika Bunda Sakit


Selama tiga tahun di sini, ini adalah kali kedua saya merasakan sakit yang bener-bener sakit. Maksudnya yang ‘benar-benar sakit’ adalah tidak bisa mengerjakan apapun dengan baik, kecuali berbaring saja. Sakitnya ya sebenarnya standar, demam, sakit kepala, meriang, radang. Meskipun begitu, saat itu saya tidak periksa ke dokter dulu. Harus menunggu tiga hari jika kondisi tidak membaik, baru bisa bikin janji dengan huisart (dokter keluarga). Memang benar, di hari ke-4 biasanya kondisi sudah berangsur-angsur membaik. Tetapi, untuk mencapai kondisi yang membaik itu, selama tiga hari sakit adalah yang paling berat.  Rasanya saya harus berjuang supaya sakitnya gak berkepanjangan.

Pekerjaan domestik rumah tangga, mengurus Runa, dan urusan lainnya tidak bisa saya sentuh. Kali pertama saya sakit adalah di saat winter pertama saya di tahun 2014. Saat itu rasanya nelangsa banget, pengen ada (mama) yang bikinin makanan hangat dan enak atau sekedar warteg untuk beli makanan jadi. Concern utama ketika sakit tentunya asupan makanan kan? Kali kedua ini adalah persis setelah Runa sudah baikan dari sakit radangnya. Mungkin penyakitnya berpindah ke saya. Keluhan Runa pada saat sakit adalah: sakit nelen, telinga sakit, ditambah batpil+demam. Beberapa hari Runa tidak bisa tidur karena hidungnya mampet dan batuk-batuk. Seminggu dia tidak masuk sekolah. Rasanya sedih banget pas melihat anak sakit. Akhirnya setelah ke dokter dan diberi obat, kondisinya membaik.

Lalu giliran saya yang tumbang. Tenggorokan saya sakit luar biasa, sakitnya sampai ke telinga dan badan terasa meriang. Saya gak bisa ngapa-ngapain, boro-boro masak, jalan aja keleyengan. Untunglah suami yang turun tangan. Ia masih bisa mengantar-jemput Runa, mengurus keperluan Runa, dan memasak. Namanya orang sakit yak, pengen makanan yang enak-enak dan spesifik, tapi manaa adaa. Suami bisa menghidangkan makanan aja sudah untung, mau nuntut macam-macam pula.

Di saat-saat sakit itulah saya selalu merasa mellow. Teringat dulu kalau saya sakit pasti orang rumah akan menyediakan macam-macam makanan, baik yang dimasak di rumah atau yang dibeli. Tinggal istirahat di kasur saja, semua sudah beres. Susah makan? ya dibeliin bubur atau nasi tim. Ada juga berbagai macam jajanan supaya selera makan meningkat. Pas hari itu sakit, hari itu juga langsung ke dokter langganan keluarga, gak menunggu tiga hari dulu baru janjian sama dokter.

Maka dari itu, ya saya harus lebih kuat. Harus sembuh sendiri, gak boleh manja (meski tetep manja sih sama suami, hehe, maklum dong orang sakit). Udah gak kuat, ya udah minum dulu parasetamol, si obat andalan, biar demam turun dan nyeri berkurang. Kadang saya merasa ilmu farmasi cetek saya ada gunanya juga kalau diaplikasikan untuk pengobatan mandiri dalam rumah tangga. Lalu ditambah juga doping buah, plus air hangat+madu+lemon. Qadarullah, di hari ke-4, saya merasa baikan. Tenggorokan saya berangsur adem. Meski butuh beberapa hari lagi untuk pemulihan, tapi semuanya sudah harus berjalan seperti biasa.

Terasa memang manusia itu lemah banget. Cuma juga dikasih sakit dikit udah tiguling, Masya Allah. Tetapi selalu ada yang disyukuri di saat sakit. Saat melihat Runa sehat dan saya sakit, saya merasa.. Ya Allah gapapa deh saya yang sakit aja sekarang, asal Runa sehat-sehat aja, bersyukur Runa udah sehat. Segitunya ternyata perasaan seorang ibu pada anaknya. Mungkin dulu mama saya juga seperti itu, daripada anaknya yang sakit mending sakitnya pindahin aja deh ke saya.

Maafkan kecurcolan blog saya kali ini.

Doei!

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s