Attending a PhD public defense always brings chill for me. It is like watching all the hardwork, sacrifies, effort, tears, even blood, were paid in one day, with the word HORA FINITA!
Untuk bisa meraih gelar doktor di University of Groningen (RuG), kandidat PhD harus melalui serangkaian proses yang panjang. Di akhir penganugerahan gelar, kandidat harus menghadapi public defense. Semacam sidang terbuka, di mana ia harus mempertahankan disertasinya yang telah ia rampungkan. Ia akan ditanya oleh para expert di bidangnya, beberapa adalah profesor dari RuG, dari universitas lain di Belanda, bahkan di luar Belanda, bisa juga profesor yang merupakan praktisi di bidangnya. Mereka akan bertindak sebagai opponent dan bertanya apapun yang berkaitan dengan research sang kandidat. Sidang ini boleh disaksikan oleh siapapun yang ingin melihat, keluarga, teman, kolega. Syaratnya penonton tidak boleh ribut, anak di atas 6 tahun biasanya sudah bisa mengikuti proses dengan tenang.
Tentu promotor dari kandidat akan menemani “anak asuh” mereka tersebut dalam sidang. Tapi jarang sekali promotor membantu memberikan jawaban (sejauh yang pernah saya saksikan). Ada juga dua orang paranymph (semacam pendamping kandidat) yang akan menyertai kandidat sebelum, selama, dan setelah sidang, untuk memastikan kebutuhan kandidat dalam menjalani proses defense. Ya tugasnya, semacam bridesmaid-lah dalam pernikahan.
Selama sekitar 45 menit, kandidat akan harus menjawab semua pertanyaan dari para opponent dengan baik. Sampai terdengar pintu ruang sidang terbuka dan seorang “pemandu para profesor” (saya gak tahu apa namanya), akan mengumandangkan kata: “Hora Finita!” yang menandakan waktu sidang sudah berakhir.
Hora Finita, diambil dari bahasa Latin yang artinya the time has passed. Kata itu akan membawa kelegaan panjang, tidak hanya bagi kandidat, tetapi juga bagi para penonton yang menyaksikan sidang. Setelah itu, para opponent akan meninggalkan ruangan untuk berdiskusi apakah kandidat akan diberi gelar doktor atau tidak.
Sejauh yang saya tahu, public defense para kandidat PhD selalu berakhir dengan happy ending. Katanya sih asal bisa menyelesaikan semua pertanyaan dengan lancar (tersendat-sendat sedikit itu biasa, namanya juga grogi) sampai hora finita terdengar, kandidat akan sudah pasti menggenggam ijazahnya. Belum pernah saya mendengar ada yang gagal dalam public defense. Kecuali katanya pernah ada kandidat yang pingsan ketika sidang, saking grogi/panik, sebelum ia berhasil menjawab semua pertanyaan. Tapi ujungnya ijazahnya tetap ia dapatkan kok. Bisa sampai ke public defense saja dengan menyelesaikan satu buku thesis saja itu sudah pencapaian yang luar biasa. Public defense ini terasa sebagai formalitas saja. Namun tetap menguji nyali para kandidat.
Di akhir prosesi public defense, kandidat akan diberikan gelar doktor secara resmi serta ijazah dari RuG. Lalu promotor akan memberikan short speech mengenai kandidat. Bagaimana mereka pertama kali bertemu, bagaimana etos kerja si kandidat, bagaimana perjuangannya selama menyelesaikan studi, bahkan hal-hal lucu dalam hubungan mereka, dan mengenai keluarga sang kandidat. Hal itu merupakan bagian paling menyentuh dalam sebuah public defense. Saya selalu merinding ketika medengar sang profesor berbicara mengenai tahun-tahun perjuangan kandidat, terutama kalau saya mengenal baik si kandidatnya.
Akhirnyaaa.. selesai juga, kelegaan yang tidak bisa terbayangkan. Saya saja lega, apalagi si kandidat? Mungkin berjuta-juta ton beban terangkat dari pundaknya
Sudah beberapa kali saya menyaksikan public defense dari kandidat PhD, kebanyakan merupakan rekan-rekan Indonesia. Dari semua yang saya saksikan, tidak semua bisa saya pahami apa penelitiannya, apa inti dari buku thesisnya, apalagi pertanyaan yang dilontarkan para opponent. Cukup mengangguk-angguk saja ketika mendengar jawaban dari kandidat. Tentu, karena bidang penelitian mereka sangat spesifik dan bukan merupakan hal yang familiar bagi saya. Ada yang penelitiannya mengenai edukasi di Indonesia, ekonomi blabla, manfaat ekstrak jatropha curcas, liver fibrosis, dll. Sejauh ini hanya dua public defense yang bisa saya pahami sedikit maksudnya. Itu pun karena saya terlibat di salah satu chapter dalam penelitian mereka. Tentu topiknya tidak jauh dari bidang saya.
Untuk penonton sidang, mungkin berkali-kali menyaksikan sidang akan menjadi pengalaman menarik. Tidak masalah mau datang ke sidang manapun. Tapi yang pasti, untuk para kandidat PhD, cukup sekali saja mengalami sidang maha penting dalam hidupnya itu.
ikutan *merinding disko >.<