Pagi ini lain seperti biasanya, suasana rumah agak sepi. Saya sedang tidak ke kampus, Runa sedang sekolah. Suami sedang ada training ke London seminggu penuh ini. Beda ya aura kalau lagi gak ada pak suami di rumah. Masak males, makan males, beberes rumah aja sih yang gak males, hehe. Masa rumah dibiarin kotor. Ya habis, kalau mau masak, buat siapa? Runa makannya roti, saya juga gak terlalu hobi mengeksplor resep kalau yang menyantapnya cuma satu perut aja.
Udah lama soalnya daku gak jauh-jauhan sama suami, haha. Kami dah kayak pasangan perangko-amplop, nempel mulu. Rasa ketergantungannya jadi mengingkat kalau gak ada bau-bau suami di rumah. Ya udah saya buka “tugas” di laptop yang menumpuk (biar keliatan sibuk je). Cuaca mendung, saya orangnya mageran keluar rumah, males kongkow-kongkow juga. Kadang-kadang memang waktu untuk sendiri itu perlu juga. Masih kerasa sepi yang aneh ini, saya puter streaming radio Indonesia dari laptop. Eh ada lagunya Tulus, Ruang Sendiri. Pernah dengerin sih sesekali, gak tahu lagunya tentang apa, cuma seneng aja denger suara Tulus yang empuk. Didengerin lebih seksama lho ternyata..
Ruang SendiriBeri aku kesempatan.. Tuk bisa merindukanmu
(Jangan datang terus)Beri juga aku ruang.. Bebas dan sendiri
(Jangan ada terus)Aku butuh tahu seberapa kubutuh kamu.. Percayalah rindu itu baik untuk kita
(Pagi melihatmu) menjelang siang kau tahu. (Aku ada di mana) sore nanti
Tak pernah sekalipun ada malam yang dingin. Hingga aku lupa rasanya sepi
Tak lagi sepi bisa kuhargaiBaik buruk perubahanku.. Tak akan kau sadari
(Kita berevolusi)Bila kita ingin tahu.. Seberapa besar rasa yang kita punya
Kita butuh ruang(Pagi melihatmu) menjelang siang kau tahu. (Aku ada di mana) sore nanti
Tak pernah sekalipun ada malam yang dingin. Hingga aku lupa rasanya sepi
Tak lagi sepi bisa kuhargaiKita tetap butuh ruang sendiri-sendiri
Untuk tetap menghargai rasanya sepiTak lagi sepi bisa kuhargai