Being Indonesian in the Netherlands, Cerita Senja

Checklist Babyuitzet


Sebelum bayi lahir, pasti nih ibu-ibu udah mulai hunting perlengkapan baby segala rupa demi menyambut babyborn. Kalau dulu pas lahiran anak pertama saya di Indonesia, list perlengkapan yang saya siapkan gak terlalu banyak. Soalnya banyak yang ngasih kado juga mwahaha.. Kayak stroller, baby box, bouncer, car seat, Alhamdulillah ada yang ngasih kado. Perlengkapan inti lainnya kayak baju, selimut, topi, sarung tangan, itu sudah pasti nyiapin sendiri, di samping ada yang ngasih kado juga. Cuma rasanya gak ada barang yang “wajib” banget harus punya gitu. Soalnya baby box pun malah ujungnya hanya kepake sebentar banget, bayi jadinya tidur sekasur sama emaknya. Stroller juga jaraang banget dipake. Masa iya make stroller kalau cuma nge-mall doang, heu.

Kalau di sini? Ternyata ada list barang inti yang memang harus dimiliki ketika bayi lahir. List-nya sendiri malah sudah diberikan jauh-jauh hari oleh pihak Kraamzorg. Lengkapnya bisa dilihat di sini: Checklist babyuitzet. Sedangkan perlengkapan untuk ibu, seperti pembalut nifas berbagai ukuran, alas tidur untuk jaga-jaga kalau tembus air ketuban/nifasnya, kain kasa dan alkohol untuk membersihkan bekas luka sudah disiapkan dari kraampakket dari asuransi.

Ini ada beberapa perlengkapan yang berbeda dengan yang dulu saya siapkan di Indonesia pasca melahirkan, apa saja?

1. Baby box

Ternyata wajib untuk seorang bayi punya tempat tidur sendiri. Alasan utamanya ya safety. Kalau bayi tidur sama orng tuanya, takut gak sengaja ketiban atau ketutupan selimut, kan bahaya. Jadi ya kalau tengah malem bayi nangis minta mimik, harus diangkat dari boxnya dan disusui, habis itu taruh lagi di box. Gak bisa tuh maen taro aja di kasur, kalau nangis tinggal sodorin mimik aja, haha. Dulu saya kayak gitu pas anak pertama. Kali ini saya mau coba cara orang Londo aja. Memang mau gak mau ortunya harus effort. Disiplinnya bagus sih. Jadi kalau saya mengakalinya begini. Baby box akhirnya kami simpan di sebelah kasur kami. Sisi tempat tidur kami yang dekat baby default-nya jadi tempatnya suami. Jadi kalau bayi menangis di malam hari, ia yang bertugas mengambil bayi dan mengganti popoknya. Selanjutnya saya yang menyusui, setelah itu suami yang meletakkan bayi di box. Jadi adil, sama-sama punya bagiannya, dan sama-sama gak tidur, haha, gak ada yang begadang sendirian.

Untuk baby box, kami gak beli, Alhamdulillah dapat lungsuran yang masih bagus.

Baby box

2. Kommode & Aankleedkussen

Jadi ternyata kalau mau ganti baju bayi, ganti baju bayi, atau ngelap-ngelap gitu bagusnya gak di sembarang tempat. Kalau dulu mah saya ganti pampers bisa di mana aja, asal ada perlak dan alasnya. Kadang saya ganti pampers bayi di tempat tidur, kadang di sofa, kadang di karpet. Tapi di sini, kami diajarkan kraamverzorgster untuk selalu melakukan aktivitas tersebut di meja khusus, namanya kommode. Di atas kommode itu nanti ditaruh kasur busa lengkung, namanya aankleedkussen, atau kasur untuk ganti baju. Semua peralatan ganti baju dan popok di simpan di meja tersebut atau di dalam laci lemarinya. Jadi ringkas kan, semua dalam satu meja, gak berceceran ke mana-mana. Ini juga salah satu cara disiplinnya orang Londo.

Kommode & aankleedkussen

3. Kruiken & kruiken zakjes (hot water bottles dan kain pembungkusnya)

Ini nih yang beda banget. Teman saya ada yang melungsurkan kruiken-nya. Saya kan bingung. Ini untuk apaan ya? Ternyata botol alumunium ini bekerja sebagai botol penghangat di kasur bayi. Di Belanda kan suhunya dingin tuh. Bayi baru lahir harus menyesuaikan suhu tubuhnya dengan kondisi tersebut, jangan sampai suhu tubuh drop. Jadi si botol ini diisi air mendidih, ditutup rapat, lalu dibungkus dengan kain. Sebelum bayi ditidurkan di atas kasurnya, botol tersebut disimpan terlebih dahulu di atas kasurnya, ditutupi dengan selimut. Agar kasur bayi hangat. Ketika bayi sudah siap ditidurkan, botol tersebut dipindahkan ke sisi kiri dan kanan bayi, atau di bawah kakinya. Posisi botol tersebut di atas selimut, dan di atasnya diselimuti lagi. Jadi jangan khawatir bayi akan terkena panas langsung dari botol tersebut. Posisinya aman. Tentu pentingnya, agar bayi senantiasa merasa hangat sepanjang tidurnya (terutama ketika malam hari). Kerasa sih, Senja juga lebih nynyek tidurnya kalau kasurnya hangat.

Kruiken & kruiken zakjes (hot water bottles dan kain pembungkusnya), sumber dari sini

4. Hydrofielluiers 18 lembar

Awalnya saya gak gitu ngeh, apa sih tujuannya menyiapkan kain hidrofil ini? (bentuknya seperti kain kasa). Saya pikir kain ini tidak terlalu penting, jadi saya cuma menyiapkan 8 lembar kalau tidak salah. Eh ternyata kata kraamverzorgster, kurang dong. Kan di list sudah disebutkan untuk menyediakannya 18 lembar. Saya sampai amazed mereka sangat detail pada jumlah kain “ginian” doang. Jadi mereka banyak memakai kain ini untuk mengelap bayi dan juga sebagai alas di aankleedkussen tadi. Kalau bayi mandi, kraamverzorgster mengajarkan mengerikan bayi dengan kain ini, bukan dengan handuk. Katanya kain ini lebih mudah menyerap air dan mengeringkan di lipatan-lipatan tubuh daripada handuk.

hydrofielluiers. Sumber gambar dari sini

5. Tempat buang pampers 

Sebenarnya gak wajib sih punya ini. Kebetulan saya beli murah dari kawan saya yang sudah gak pakai lagi. Ternyata setelah pakai ini baru kerasa nyaman juga. Kamar jadi gak bau pesing bekas pampers bayi, hehe. Tempat sampah ini memang khusus untuk pampers. Di dalamnya ada plastiknya. Sekali buang, plastiknya diputar. Jadi pampers bekas sudah terbungkus plastik otomatis. Ketika membuangnya pun tidak akan bleber ke mana-mana.

6. Vitamin D dan Vitamin K

Pemberian vitamin D dan K pada bayi yang baru lahir ini wajib lho di Belanda. Vitamin D diberikan dari mulai lahir sampai anak umur 4 tahun. Sebabnya, tahu sendiri di Belanda kekurangan sinar matahari. Padahal sinar matahari dibutuhkan untuk pembentukan tulang. *Mana ada bayi di sini jemur-jemur kayak bayi di Indo*, hehe. Jadilah tambahan vitamin D diperlukan. Vitamin D disebut juga “vitamin sinar matahari” karena tubuh hanya dapat memproduksinya ketika kulit terkena sinar matahari. Nah, fungsi vitamin D  ini ya untuk  membantu penyerapan kalsium untuk membangun gigi dan tulang yang kuat. Untuk bayi harus minum 6 tetes vitamin D setiap harinya. Dulu Runa juga sampai 4 tahun masih mengonsumsi vitamin D. Sekarang Runa minumnya vitamin D tablet yang dihisap.

Sedangkan vitamin K, diberikan 3 tetes setiap hari sampai bayi berumur 3 bulan. Vitamin K diperlukan untuk membantu pembekuan darah pada bayi atau mencegah terjadinya pendarahan.  Bayi tidak dapat memenuhi kebutuhan vitamin K karena beberapa alasan, salah satunya karena vitamin K hampir tidak terdeteksi di plasenta.

7. Termometer untuk bayi dan ibu

Saya tadinya mikir kenapa perlu dua termometer sih? Memang gak bisa cuma satu termometer aja untuk ibu dan bayi? *biar gak repot gitu. Tapi nyatanya emang butuh dua. Pada bayi termometer digunakan untuk mengukur suhu tubuh melalui di dubur. Sedangkan untuk ibu bisa di ketiak. Di awal-awal kelahiran, bayi terus diukur suhu tubuhnya setiap hari. Suhu tubuh bayi harus berkisar di 36,5-37,5. Karena suhu Belanda yang dingin, jangan sampai suhu tubuh bayi juga ikut drop. Tapi juga harus jaga-jaga kalau sampai demam. Begitu juga dengan ibu, untuk mendeteksi demam. Kebetulan saya sempat demam, mungkin karena pasca operas sc, ibu rentan terkena infeksi saluran kemih. Tapi untunglah demam gak berlanjut. Jadi sampai sekarang selalu sedia termometer untuk bayi dan ibu.

Nah, sekian check list perlengkapan bayi dan ibu pasca lahiran, yang kira-kira berbeda dengan yang dulu saya siapkan di Indonesia.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s