Dalam proses menulis, seringkali kita terbentur dalam keadaan: “sedang mencari inspirasi” atau “tidak ada inspirasi lewat, jadi menulisnya berhenti dulu”.
Inspirasi lalu dikambinghitamkan sebagai sesuatu yang tidak kunjung datang.
Ya sudah, nanti inspirasi akan datang sendiri kok seiring waktu, tunggu saja. Wah salah kaprah dong!
Sama seperti jodoh, inspirasi itu dicari, bukan dinanti.
“Inspiration does exist, but it must find you working” (Pablo Picasso)
“If you wait for inspiration to write, you’re not a WRITER, you’re a WAITER” (Dan Poynter)
Apakah kamu termasuk WRITER atau WAITER?
Lalu bagaimana mencari inspirasi, mengikatnya, agar bisa dituangkan menjadi tulisan?
Ada 5 cara efektif dalam mencari dan mengikat inspirasi agar bisa dikemas menjadi tulisan
1. Cari hal yang dikuasai
Mulailah mencari tema atau ide besar tulisan dari apa-apa yang kamu KUASAI. Jika kita merasa menguasai suatu bidang, pastilah kita paham seluk-beluk di dalamnya. Bisa dimulai dari membuat daftar hal apa saja yang kamu kuasai. Buat garus besar dan outlinenya. Lalu lanjutkan menjadi tulisan yang lengkap.
Contohnya sangat dekat dengan kita:
Intan Irawati adalah seorang guru. Dalam perjalanan karirnya, Bu Intan menelurkan beberapa buku yang berkaitan dengan profesinya, di antaranya Guru Muslim Abad 21 dan Addicting to Teaching. Isinya tentu berdasarkan hal yang Bu Intan kuasai sebagai guru yang kemudian dituangkan menjadi dalam tulisan. Bu Intan membahas mengenai strategi dan metode pengajaran masa kini, bagaimana seharusnya seorang guru bisa mengamalkan profesinya bukan hanya sebagai guru tetapi juga pembimbing, dan sebagainya.
Contoh lain: Ika Natassa adalah seorang penulis novel yang juga berprofesi sebagai banker. Dalam beberapa novelnya ia menciptakan tokoh yang juga seorang yang bekerja di bank, bagaimana kondisi pekerjaannya, dan apa saja yang terkait dengan banker. Hal itu tentu memudahkannya dalam menulis.
2. Cari hal yang disukai
Coba pikirkan, hal apa kira-kira yang kamu sukai? Bidang apa yang sangat kalian minati? Atau apa yang menjadi hobimu? Ketika kita menyukai sesuatu, tentu akan lebih mudah mengikat inspirasi berdasarkan hal tersebut. Tulisan akan mudah mengalir, sebab kita menikmati saat menjabarkan mengenai hal tersebut. Misalnya kamu menikmati indahnya senja. Bisa tercipta puisi mengenai kekagumamu terhadap senja.
Contoh: Kawan saya adalah seorang penulis indie. Ia memiliki hobi bermain basket sejak SMP. Kecintaanmya terhadap basket kemudian mendorongnya untuk membuat tulisan novel mengenai dunia pemain basket.
3. Cari hal yang dekat dalam kehidupan kita
Menulis apa-apa yang dekat dalam kehidupan sehari-hari kita. Mudahnya seperti menulis curhatan atau diary mengenai apa yang terjadi hari itu. Sesuatu yang setiap hari bersinggungan dengan kehidupan kita tentu akan lebih mudah dideskripsikan dan diceritakan, tanpa harus berkhayal.
Contohnya:
Retno Hening dalam bukunya Happy Little Soul, menceritakan mengenai kehidupannya sehari-hari dalam mengurus anaknya yang menggemaskan Kirana. Sepertinya simple, tetapi banyak disukai oleh pembaca, terutama ibu-ibu dengan anak balita.
Contoh lain: Buku saya yang berjudul Groningen Mom’s Journal juga menceritakan mengenai lika-liku kehidupan saya merantau di Groningen, Belanda. Bagaimana menjadi student mom, bagaimana menjadi muslimah di negara liberal, dan bagaimana menjadi perantau yang rindu pada kampung halamannya. Sesuatu yang menjadi “makanan” saya sehari-hari. Penasarann?? Bisa beli bukunya di toko buku kesayangan Anda, atau bisa juga pesan ke saya (maap sekalian promosi haha)
4. Pengamatan
Menulis memang butuh perjuangan. Salah satunya adalah pengamatan yang jeli. Riset, istilah kerennya. Jika kita tidak memiliki sesuatu yang menurut kita menarik untuk diceritakan dari sisi hal yang kita kuasai atau sukai. Pengamatan bisa menjadi salah satu jalan keluar dalam mencari inspirasi tulisan.
Keluarlah, amati lingkungan sekitar, apa saja yang terjadi di sekeliling kita. Adanya kemacetan, bencana alam, kejadian menarik di pasar, pembicaraan yang lalu-lalang di media sosial, dst. Itu semua sumber inspirasi. Kita hanya perlu mengamati lebih dekat dan lebih dalam untuk mengikatnya menjadi tulisan. Jika kurang, lakukan wawancara, mengobrol-lah dengan orang-orang terkait yang sedang kita amati.
Riset ini tergolong penting bagi sebagian besar penulis.
Contoh: Andrea Hirata, beliau pernah mengatakan kalau proses untuk menulis novel Laskar Pelangi hanya sebentar, kurang lebih satu bulan. Tapi risetnya? Lebih dari satu tahun. Begitu juga buku terbarunya Sirkus Pohon, riset yang ia lakukan sangat lama. Tetapi hasil dari kedua novel tersebut? Best Seller!
5. Pengalaman
Pengalaman adalalah guru terbaik dalam kehidupan kita. Istilah tersebut sudah tidak asing lagi. Tentu ada benarnya juga. Dari pengalaman kita bisa belajar apa yang belum kita ketahui sebelumnya. Dari pengalaman kita bisa merasakan suatu perasaan yang mungkin sebelumnya belum kita rasakan. Contoh paling mudah: patah hati. Nah dari pengalaman patah hati, bisa jadi tercipta berlembar-lembar puisi cinta dan patah hati.
Contoh:
A.Fuadi menuangkan pengalamannya selama menempuh pendidikan pesantren di Gontor menjadi sebuah buku terkenal, Negeri 5 Menara.
Buku 99 Cahaya di Langit Eropa dari Hanum Rais menceritakan pengalamannya ketika ia bermukim di Austria dan melakukan perjalanan ke negara-negara di Eropa.
Begitulah kira-kira sekelumit cara yang bisa kamu praktekan dalam mencari dan mengikat inspirasimu menjadi sebuah tulisan, semoga bermanfaat!
Salam,
Monika Oktora
Ini dia inspirasi keren. Save dulu siapa tau juga bisa ikuti jejak mereka dan menelurkan karya yang dapat bermanfaat bagi orang banyak.😊 Terima kasih bu. Salam..
aamiin,, semangat mas!