Hari Kamis. Pagi itu saya terbangun lebih cepat, sebab hari itu banyak yang harus saya kerjakan. Saya pikir jika saya bangun lebih pagi, saya bisa mencicil pekerjaan sehingga hari itu tidak akan terlalu berat terasa. Rasanya saya ingin hari itu cepat-cepat berlalu, paling tidak jika saat salat zuhur sudah tiba, artinya setengah dari pekerjaan saya sudah selesai. Saya hanya tinggal menanti sore hari dengan lebih santai.
Sudah lama saya tidak merasakan hari-hari yang padat dalam setahun belakangan ini. Sepertinya saya sudah terbiasa dengan ritme yang saya ciptakan sendiri, tidak banyak variabel yang terikat pada saya. Tahun ini, saya memulai ritme baru, kali ini dengan variabel yang lebih besar dan amanah yang berlipat.
Saya jadi flashback ke masa-masa awal saya kuliah di Groningen. Saya sampai lupa bagaimana semua akhirnya bisa selesai. Yang saya ingat ketika saya berada dalam kondisi repot bin sibuk: semuanya toh akan berlalu juga, saya cukup menanti dengan sabar sampai momen-momen itu terlewati. Saat pagi hari saya menanti sore, saat malam hari saya menanti subuh. Terus begitu berputar sampai semuanya selesai. Tapi semua ternyata belum selesai, yang berhenti hanyalah beban pekerjaan, sementara putaran waktu terus berjalan. Paling tidak sampai pada saatnya jatah waktu dari Sang Pemberi Waktu benar-benar habis.
Seperti pada minggu ini, ketika saya sedang menanti pekerjaan saya selesai satu-persatu, ternyata ada insan lain yang menanti kapan saatnya ia benar-benar dipanggil olehNya. Usianya masih belia, masa depan untuknya masih terbentang cerah, tapi apa daya sakit yang dideritanya membuat ia divonis hidupnya hanya tinggal hitungan bulan, ah bahkan hari.
Saya kembali disadarkan akan makna penantian yang sebenarnya. Sejatinya tiap-tiap dari kita sedang menanti. Menanti sampai batas waktu di dunia yang Allah tentukan. Semoga dalam penantian ini, kita semua senantiasa disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat dan bernilai pahala di sisi Allah. Tentu kita tidak ingin penantian kita sia-sia.
“Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (Al Insyirah: 7-8)
Alhamdulillah, kita sehat begini, banyak hal yang luput untuk disyukuri. Terima kasih pengingatnya mbak.
iya mas, sama2, memang harus banyak zikrul maut