Catatan Haji 1437 Hijriyah, Diary Perjalanan Haji

Diary Haji 2016 – Lima Hari di Madinah (part 2)


Panjang lebar juga menuliskan pengalaman lima hari di Madinah, makanya saya bagi menjadi dua part. Part 1 bisa dilihat di sini

Selasa, 6 September 2016

Aktivitas di Madinah tidak terlalu melelahkan, hanya seputar hotel ke Masjid Nabawi dan sekitarnya. Kadang kami pergi berbelanja ke Bin Dawood (supermarketnya Saudi), ke toko-toko sekitaran hotel, juga belanja kurma di pasar kurma (jaraknya dekat juga, cuma 10 menit jalan kaki dari Masjid Nabawi). Hanya cuaca yang panas menyengat yang membuat kami senantiasa haus dan lemas. Biasa di Belanda cuaca gak lebih dari 30 derajat celcius saat summer, ini bisa sampai 40 derajat celcius lebih.

Ngadem di mall yang berada di sekitaran Masjid Nabawi. Soalnya cuaca panas, begitu masuk mall ada AC-nya, hehe

Subuh ini saya berencana ke Raudhah lagi, tapi karena sudah tahu medan, saya akan lebih santai. Pukul 06.00 setelah subuh, saya balik dulu ke hotel untuk sarapan. Pengalaman sebelumnya, saya baru bisa keluar dari Raudhah pukul 09.00. Perut terasa melilit banget setelah berdesakan di Raudhah. Lumayan sudah ada tenaga nih, pukul 07.00 kami sudah kembali lagi ke Nabawi. Lewat gate Ali bin Abi Thalib saya dan beberapa teman saya masuk. Sudah agak sepi. Saya masuk saja, tanpa grasak-gurusuk saya mengikuti arahan askar. Berbaris di antara orang-orang Indonesia lainnya.

Tapi ternyata di gate kedua sebelum Raudhah sudah ramai sekali. Saya lebih kalem deh, gak ikutan lari-lari. Kalau kata askar maju ya saya manut. Saya menunggu sampai akhir-akhir, sudah lumayan lowong. Pukul 08.40 akhirnya saya masuk Raudhah. Akhirnya saya bisa menemukan tempat di karpet hijau untuk bisa salat dengan agak tenang, bisa sujud pun. Alhamdulillah dua rakaat selesai, untung tidak ada yang menginjak kepala saya. Walaupun masih penuh orang, tapi lebih manusiawi-lah daripada pengalaman saya sebelumnya. Lega rasanya sudah bisa menunaikan salat di sana, meski sebentar.

Sebelum Zuhur, biasanya kami kembali ke hotel untuk mandi dan beres-beres. Makan siang pun lebih mudah sebab kami sudah hapal spot-spot resto Indonesia.

Menu di resto Indonesia
Rumah Makan Indonesia

Zuhur dan Asar seperti biasa kami tunaikan di Masjid Nabawi. Selepas Asar, kami diajak rombongan Euromuslim ke Pameran Asmaul Husna. Di dalamnya banyak tulisan-tulisan dengan ilustrasi dan penjelasannya, mengenai kebesaran Allah, arti nama-nama Allah, dan hikmah di baliknya. Pemandu di pameran tersebut sepertinya juga orang Indonesia, sepertinya masih mahasiswa Universitas Madinah yang menjelaskan seluk-beluk pameran dengan detail. Masya Allah.

Salah satu spot di Pameran Asmaul Husna

Rabu, 7 September 2016

Tidak terasa, hari ini adalah hari terakhir di Madinah. Rasanya berat meninggalkan kota Nabi tercinta ini. Saya menikmati tahajud dan subuh di Masjid Nabawi. Rasanya ingin berlama-lama di sana. Kadang saya teringat anak saya, Runa,  yang dititipkan ke neneknya di Indonesia, jadi mellow, hikshiks. Tapi saya kemudian berjanji suatu saat akan mengajak Runa ke Madinah, beribadah di Masjid Nabawi, dan mengunjungi makam Rasulullah SAW. Insya Allah, ada saatnya … Insya Allah.

Setelah Subuh, saya mengikuti tahsin for visitors oleh ustadzah yang stand by di masjid. Kami membentuk lingkaran dan mengaji bersama-sama. Saya menyetor An Naba, dengan teliti ustadzah membenarkan pelafalan saya sampai ke makhrojul hurufnya. Di grup saya ada ibu tua yang menyetor Al Baqarah, luar biasa semangatnya. Ada juga ibu paruh baya dari Bangladesh yang ingin menyetor bacaan salatnya, agar dibetulkan makhrajnya. Ia sangat antusias mendengarkan koreksi dari ustadzah. Lainnya ada jamaah dari India, Arab, dan lain-lain, saya sampai gak tahu dari mana. Bahasa yang digunakan ustadzah biasanya bahasa Arab, kadang campur Inggris. Tetapi peserta juga tidak semuanya bisa berbahasa Arab dan Inggris. Namun entah mengapa komunikasi nyambung saja.

Kami kembali ke hotel setelah Dhuha. Kami diminta untuk segera mengumpulkan koper dan barang-barang untuk diangkut pukul 11.00. Untunglah beres-beres tidak terlalu rempong. Kami masih sempat makan siang di resto Indonesia dan salat Zuhur di Masjid Nabawi. Hotel sudah dipadati oleh jamaah yang menunggu diangkut bus. Lobi hotel pun penuh dengan koper-koper.

Pukul 14.00 rombongan kami berangkat menuju Aziziyah (sekitar 5 km dari Makkah, sebagai tempat persinggahan kami). Kami akan berhenti di miqat, Bir Ali, untuk berniat umrah. Di Bir Ali kami melaksanakan salat Asar. Kami bertemu dengan rombongan jamaah haji dari negara lainnya. Tidak lupa niat umrah diazamkan, esok hari Insya Allah kami akan segera menunaikan umrah. Di perjalanan tidak berhenti kami mengumandangkan kalimat talbiyah.

Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syarika lak (Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan bagi-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu).

Oiya, jarak antara Madinah ke Makkah menurut peta sekitar 450 km, bila ditempuh dengan mobil/bus akan memakan waktu sekitar lima jam. Lumayan panjang juga. Waktu itu kami tidak disediakan makanan di bus. Lebih baik sedia makanan sendiri untuk jaga-jaga takutnya sudah keburu lapar di jalan. Kami berhenti satu kali saja di pertengahan jalan (saya lupa di mana) untuk menunaikan salat Maghrib dan Isya serta mengisi perut. Di tempat pemberhentian ada musola dan warung makan.

Perjalanan dengan bus pun dilanjutkan … sampai menuju Aziziyah

bersambung ke bagian Umrah dan Manasik Haji

Advertisement

4 thoughts on “Diary Haji 2016 – Lima Hari di Madinah (part 2)”

  1. Mba moniiiikkk, alhamdulillah khatam baca diary hajinya. aku tunggu tulisan tulisan yg lain 😃

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s