Mecca, Mekah, Makkah, nama yang begitu membuat hati para muslim bergetar. Kota suci, tempat Rasulullah dilahirkan dan tumbuh. Kota di mana ada kiblat bagi ibadah seluruh muslim di dunia. Bagi saya, tidak pernah terbanyangkan bentuk kota Makkah seperti apa. Dalam pikiran saya Makkah adalah gurun pasir, tandus, ada pohon kurma, banyak debu berterbangan, dan ada unta. Mungkin dulu iya seperti itu, tapi sekarang … Makkah adalah kota yang sangat maju. Bahkan hampir sama dengan Jakarta atau Hongkong, Makkah bagai kota yang tidak pernah tidur. Orang-orang lalu-lalang untuk beribadah ke Masjidil Haram. Toko-toko sudah buka sejak subuh hari sampai tengah malam.
Satu yang membuat perasaan saya sangat damai adalah … mendengar suara adzan yang merdu lima kali sehari, Masya Allah.
Katanya, Makkah itu berada di tanah Hijaz dan dikelilingi gunung-gunung, meski saya tidak merasa ada gunung mengelilinginya. Mungkin fokus saya terlalu banyak terarah ke Masjidil Haram, mungkin juga gunung-gunung tersebut sudah tertutupi dengan bangunan tinggi pencakar langit, berupa hotel, mall, penginapan, perkantoran, dan lainnya.
Untuk kita, mungkin kita hanya akan bisa memasuki Makkah ketika akan umrah atau haji. Kota ini suci, tidak boleh dimasuki selain oleh umat muslim. Beberapa keutamaan kota Makkah adalah: (1)
- Tempat dibangunnya rumah Allah (Baitullah)
- Kota kelahiran dan kenabian Rasulullah SAW
- Tempat beribadah umat muslim di seluruh dunia
- Tempat yang dimaksudkan untuk menghapus dosa-dosa masa lalu
- Tempat yang diwajibkan oleh Allah untuk kaum muslim mengunjunginya (bagi yang mampu)
- Tempat yang di dalamnya banyak tempat-tempat mustajab untuk berdoa.
Rasulullah bersabda: “Tidak ada bumi yang lebih baik dan lebih aku sukai daripadamu (Makkah), seandainya kaumku tidak mengusirku darimu, maka aku tidak akan tinggal di selainmu.” Hadits Hasan Shahih Gharib
Makkah disebut berulang-ulang dalam Al Qur’an, dengan nama yang berbada: Al Balad (negeri), Ummul Qura (erkampungan tua), Bakkah, AL Baldah (negeri), Haram Amin (tanah suci yang aman), Ma’ad (tempat kembali), Qaryah (Negeri/ampung). (1)
Sebenarnya tidak banyak yang bisa saya ceritakan mengenai Makkah ini. Sebab, dalam seminggu yang kami habiskan di Makkah. Kegiatan kami hanya berpusat di Masjidil Haram dan Zam-zam Tower. Memang sedikit kekurangan ketika menjalankan haji/umrah dari Belanda adalah paket tur-nya tidak selengkap tur haji dari Indonesia. Bisa jadi karena waktu yang kami miliki cukup sempit. Kawan kami yang menghabiskan lebih dari dua minggu di Mekah (haji dari Indonesia) sudah berkeliling ke macam-macam tempat, Laut Merah, Museum Dua Masjid, atau bahkan masjid-masjid di sekitar Makkah lainnya seperti: Masjid Tan’im, Masjid Ji’ranah, Masjid Al Hudaibiyyah, dan lain-lain. Kalau mau pergi ke tempat-tempat tersebut ya harus mengurus sendiri, pihak biro kami tidak memfasilitasi. Tapi kelebihannya, ya kita di Makkah memang fokus pada Masjidil Haram, sebagai jantung Makkah, untuk beribadah sepuas hati.
Cerita lainnya akan saya kupas lebih lanjut di bagian Masjidil Haram. Sebab di sana banyak terpusat kegiatan kami selama haji dan setelah haji.

Sumber:
(1) Ghani, Muhammad Ilyas Abdul, Sejarah Mekah, Madinah Al-Rasheed, 2003
1 thought on “The Holy Makkah Al Mukarramah”