Being Indonesian in the Netherlands, Groningen's Corner

Mamak van Groningen


Gak sengaja akhirnya lahir juga perkumpulan IG Mamak van Groningen. Monggo difollow

Foto dan caption pertama – kedua, Mamak ini yang bikin. Dishare di sini yaa..

Mamak van Groningen

Perpaduan antara sapaan ibu yang Indonesia banget (Mamak) dan kata penunjukkan asal yang Belanda banget (van, terjemahan: dari). Menunjukkan bahwa kami adalah ibu-ibu dari Groningen.
Maksudnya kami pernah mencicipi tinggal di Groningen, hidup di Groningen, atau masih berdomisili di Groningen sampai saat ini.
Persamaan kami adalah, kami begitu terikat pada magnet Groningen.

Mulanya, begitu mencicipi hawa kulkas Groningen, kami berjengit kedinginan. Begitu merasakan jauhnya Groningen dari kota-kota lain di Belanda, kami mengeluh sampai bosan. Begitu menyadari monotonnya Groningen, kami berbisik ingin perubahan.

Lambat laun, ternyata kami terhanyut dalam denyut Groningen.
Ikut terpaut pada kotanya yang bersahaja.
Berteman dengan tiap sisi dan sudutnya dengan bersepeda dan berjalan kaki.
Merasakan makna dari kekeluargaan dan persahabatan yang ditawarkan.

Berbagai alasan membawa kami bertolak dari tanah air ke tanah datar ini.
Berbeda tujuan bukan berarti membuat kami berjarak.
Ternyata malah membuat kami berkelindan dalam lipatan waktu.
Hanya Martini Toren, ikon Groningen, yang cukup jadi saksi, perjalanan kami selama di sini.

Kreasi. Resep. Cerita. Curhat. Traveling. Aktivitas. Studi. Kenangan. Ilustrasi. Akan ditemukan di sini. Enjoy! Selamat menikmati! Geniet er van!
.
.
Logo illustrated by: @thecrafterhours

Mamak van Groningen

=========

Diorama Musim Semi

Tahun ini Ramadan menyapa di musim semi.
Mekarnya bunga, terbangnya serbuk sari, bercampur aroma pupuk ikut menghiasi pergantian hari.
Groningen di musim semi masih sama.
Angin sepoi dengan mentari yang seirama.

Berkah Ramadan tidak berkurang.
Musim semi di Groningen masih berulang.
Hanya situasinya saja yang berbeda sekarang.
Tak apa, kami tak gamang.
Kami ada dengan semangat membentang.

Meski tangan kami tak saling menggenggam.
Meski bibir tak bisa saling mengucap salam.
Tapi hati-hati kami terpaut dalam doa yang tersulam.
Sebab doa terbaik adalah saat sahabatmu bermunajat untukmu dalam diam.

Salam dari kami yang saling merindukan,
Mamak van Groningen

1 thought on “Mamak van Groningen”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s