Being Indonesian in the Netherlands, [GJ] – Groningen’s Journal

Call Your Parents (2)


Suatu kali si Mama cerita, katanya ada anak temannya yang juga di kuliah di Groningen. Teman Mama ini teman sepermainan dulu waktu di Padang. Jadi masih sesama urang awak. Mama bilang kenal gak sama si (sebut saja) Anggrek, anaknya Om (sebut saja) Jati? Saya bilang, kayaknya gak kenal sih, mungkin pernah ketemu, tapi gak pernah mengobrol atau gimana. Maklum kan ya orang Indonesia dan mahasiswa di Groningen ini banyak. Jadi gak selalu setiap sesama orang Indonesia kenal. Apalagi kalau mahasiswa-mahasiswa S1 atau S2 yang “gaul”, udah pasti daku gak masuk lingkaran pergaulan tersebut, haha. Maklum ye, dari dulu mah daku anak cupu.

Intinya Mama dan temannya ini berkomunikasi, ya kali aja sesama anaknya itu di Groningen saling kenal, jadi bisa saling silaturahmi. Namanya orang tua mungkin merasa lega kalau anaknya itu mengenal orang yang dikenal orang tuanya (eh gimana sih, pokoknya gitu).

Tapi memang saya dan Anggrek gak berkomunikasi, seperti yang diharapkan oleh orang tua kami. Ya gimana, gak mungkin juga saya mencari-cari si Anggrek ke mana, dan nanya-nanya. Dia pasti udah besar juga, dan kalau gak merasa butuh orang Indonesia untuk bergaul pasti gak akan nyari juga.

Suatu waktu Om Jati ngirim WA, berupa link berita tentang restoran Indonesia yang terkenal di mancanegara, termasuk ada juga resto Indonesia di Den Haag Belanda. Bukan suatu pesan yang harus dibalas sebenarnya. Tapi ya, menghormati orang tua, saya balas saja WA-nya. Nanya kabarnya bagaimana, dan juga tanya Anggrek gimana kabarnya, saya sudah lama gak kontak dengan Anggrek. Om Jati malah curhat ke saya. Katanya, Anggrek itu sibuk. Kalau ditelepon suka gak diangkat, kalau diWA, balasnya suka lama, dan balasnya singkat-singkat. Omnya bilang, anaknya ada tiga, yang sulung di Jakarta, yang bungsu di Surabaya (satu kota sama dia), tapi yang bungsu ini ya sibuk kerja juga. Anggrek ini anak tengahnya, yang tinggal di Belanda, paling jauh. Kadang si Om dan istrinya ini khawatir. Ya dalam kondisi pandemik gini siapa sih yang gak selalu dilanda khawatir akan keluarganya. Terus mereka juga merasa kesepian gitu.

Om Jati ini malah sampai minta tolong ke saya, supaya kalau saya ketemu sama anaknya tolong bilangin supaya sering-sering menghubungi orang tuanya. Minimal jawab telepon atau WA gitulah. Tapi jangan sampai Anggrek ini tahu juga kalau itu pesan tersirat dari papanya karena takut Anggrek jadi bete. Saya jadi miris nih.

Sebagai anak, memang kadang perasaan sayang kita suka dikalahkan dengan kepentingan-kepentingan yang ada di depan mata. Sibuk kerja, sibuk menata kehidupan, sibuk dengan urusan sendiri, sampai lupa orang tua juga butuh dikabari, meski sedikit saja. Saya bilang sama Om Jati, ya mungkin karena perbedaan waktu antara Indonesia dan Belanda, bisa bikin komunikasi gak lancar. Pas pagi hari di Belanda, kita sedang mulai konsen kerja, ortu nelepon, karena di sana sudah agak sorean, agak santai untuk teleponan. Pas malam hari di sini, ortu tentu sudah tidur nyenyak. Tapi tetap saja sih, no excuse ya harusnya. Kita bisa kabari ke ortu sebelumnya, atau minimal telepon duluanlah. Ngabarin kalau nanti siang kita kerja, jadi kita nelepon lebih awal sebelum kita beraktivitas. Mama saya juga suka gitu, kadang-kadang nelepon pas saya lagi di kantor, sedang berkutat dengan kerjaan. Tapi saya selalu mengangkatnya, ya karena bisa juga sih, kecuali kalau lagi meeting. Tentu setelah selesai meeting saya harus ingat untuk menelepon kembali Mama.

Padahal dalam percakapan telepon sehari-hari, gak ada hal substansial juga yang kita bicarakan sebenarnya (Baca: https://monikaoktora.com/2020/07/19/call-your-parents/). Hanya sekedar untuk melepas kangen dan bertukar kabar saja.

Saya juga jadi berterima kasih sama Om Jati, saya jadi diingatkan kembali untuk lebih sering menghubungi ortu dan mertua. Cuma WA kecil, kirim foto, atau video saja sudah bikin mereka senang. Sebenarnya yang lebih butuh sama orang tua itu kita, bukan mereka. Kita yang butuh didoakan, diberi restu, agar kehidupan kita berkah dunia akhirat.

 

Advertisement

2 thoughts on “Call Your Parents (2)”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s