Groningen's Corner, Random Things

Dompet yang Hilang


Kejadiannya pekan lalu. Maunya langsung ditulis biar fresh, tapi ya apa daya molor. Saya bertekad tetap menuliskannya, biar jadi pengingat untuk saya.

Hari Rabu biasanya saya agak lowong, siangnya saya suka mampir ke winkel (pertokoan) untuk membeli bahan-bahan dapur atau lainnya yang stoknya kosong. Kebetulan Rabu tanggal 18 November kemarin saya muter ke beberapa toko di Paddepoel, ada barang yang harus saya beli di toko yang berbeda. Saya menggendong tas ransel, list belanjaan saya cek di hp, sambil menenteng belanjaan. Rasanya puas soalnya sepertinya semua list belanjaan sudah di tangan. Saya pun pulang dengan hati tenang.

Sore dan malamnya saya masih merasa tak ada yang berkurang dari saya. Besoknya saya sudah siap untuk meeting pekanan dengan Ibuk supervisor. Biasanya pukul 18.00 ke atas, saya sudah jarang cek-cek hp, soalnya sudah prime time dengan keluarga. Kadang masih bisa curi-curi lihat pesan whatsapp. Sosmed sudah tidak disentuh sampai anak-anak tidur.

Kamis pagi, biasanya waktu paling riweuh, meeting dilanjut dengan kajian tafsir online dengan RumTa. Waktunya agak berselisihan, jadi konsentrasi saya suka terpecah antara mengerjakan tugas riset dan mendengarkan kajian. Namun Alhamdulillah, meeting berjalan singkat sehingga saya bisa lanjut online di zoom RumTa. Entah mengapa saya suka iseng buka-buka WA dan sosmed pas kajian (heum jangan ditiru yes, ini kebandelan saya. Suka menyimpang dari deep work, *ciyeh baru belajar deep work nih). Kebetulan lagi saya men-cek DM IG saya yang unlisted (bukan dari orang yang saya follow).

Dahi saya berkerenyit, lha sapa nih ada akun dengan nama Londo mengirimi saya DM, tadi malam, pukul 19.00 dan bertanya:

Goedenavond, bent u portemonne verloren? (Selamat malam, apakah dompetmu hilang?)

Saya kira ini orang iseng kali ya, tanpa mikir panjang langsung saya jawab (dengan bahasa Londo juga, sok gaya kali)

Volgens mij niet, hoezo? (Saya kira tidak, kenapa)

Ia pun langsung menjawab panjang bahwa ia menemukan dompet di daerah Paddepoel, ada ID atas nama Monika Oktora. Maka dari itu saya mengirimi pesan ini.

DEGG. Saya langsung panik dan membongkar tas ransel saya yang saya bawa belanja kemarin. Benar saja tidak ada dompet di sana. Saya ingat-ingat lagi, memang rasanya terakhir kali saya menyimpan dompet di kantong jaket. Soalnya lebih gampang untuk mengeluarkan kartu debit untuk bayar-bayar di toko. Sepertinya di parkiran sepeda, saya masih merasa ada dompet di saku tersebut, daannn.. betul saya tidak memeriksa lagi setelah sampai rumah. Kemungkinan dompet itu jatuh di parkiran sepeda.

Saya balas kembali DM IG tersebut, profil picture dari orang tersebut menggambarkan bahwa ia seorang wanita muda, kisaran 25-35 tahun. Tentunya saya sudah lupa untuk membalas dengan bahasa Londo, saya ganti bahasa Inggris haha. Berikutnya saya minta no teleponya agar saya bisa menghubunginya langsung. Untunglah ia fast response.

Ia mengkonfirmasi lagi ke saya apa merk dan warna dompet yang hilang. Saya juga tanya apa masih ada ID di sana. Ia bilang kartu residence permit, rijsbewijs (SIM), ATM, kartu asuransi, kartu-kartu toko, dan lain-lain ada. Tapi ia tidak tahu kalau semuanya lengkap atau tidak. At least barang-barang itu yang ada di dompet itu saat ia temukan. Emang gak ada duit cash sih, haha. Udah gak pernah punya uang tunai di sini, semuanya serba pinnen.

Ternyata ia tinggal di Lewenborg. Rumahnya bersebelahan dengan rumah sahabat baik kami di Kajuit, hanya berbeda 3 nomor rumah. Saya pun langsung menelepon Sofa dan Yudi, bilang bahwa saya akan ada perlu ke Kajuit, dan enaklah kalau sekalian mampir ke rumah mereka. Memang dari kapan udah pingin banget ngobrol sama Sofa, lewat chat WA aja gak cukup. Mungkin ini pas lagi kebetulan, disekalianin aja.

Tak lupa saya bungkus muffin mini hasil be-baking-an dengan anak-anak sehari sebelumnya untuk Mbak Londo itu dan untuk Sofa. Dalam waktu 15 menit saya sudah muncul di depan rumahnya. Mbak Londo itu sangat ramah. Ia bilang siang kemarin ia dan temannya nemuin dompet ini tergeletak di parkiran sepeda. Ia lalu mencoba ke kantor polisi untuk mengembalikan dompet. Eh katanya ditolak sama si Pak Polisinya (lho kok bisaa Pak Polisi cuci tangan aja sih??). Kata Pak Polisi, ia juga gak bisa berbuat apa-apa sama si dompetnya. Ia cuma bilang pada si penemu dompet untuk melapor dengan mengisi form penemuan barang di web gementee. Tak putus asa, si Mbak dan temannya ini sepertinya melakukan riset di google, dan akhirnya menemukan akun IG dan fesbuk saya, ia pun mencoba mengontak saya lewat kedua media tersebut. Ini yang nemuin barang kok ya malah lebih repot yak, daripada yang kehilangan? Heuheu. Akhirnya Mbak Londo ini berinisiatif meng-keep dompet saya sampai saya balas pesannya. Ia sepertinya sudah stalker IG dan fb saya, mwahaha. Kebetulan foto-foto di IG saya banyak yang berlatar di Kardinge (daerah Lewenborg), jadi dia berasumsi saya tinggal di dekat rumah dia. Yang bawa dompetnya dia, bukan temannya yang tinggal di daerah lain.

Masya Allah.

Suami saya cuma bisa geleng-geleng kepala dengar ceritanya. Tadinya mungkin dia sudah mau memarahi saya karena kecerobohan saya menjatuhkan dompet. Kadang saya memang suka bandel naro dompet, hape, atau kunci, di saku jaket. Tentunya rentan untuk jatuh kan. Namun, belum sempat sih dia marah sebab dompetnya sudah ketemu dengan selamat. Isinya juga lengkap-kap-kap. Plus kami malah bisa sekalian bertandang ke rumah Sofa-Yudi, dijamu tempe goreng, dan kopi spesial dari mesin kopi baru milik Yudi. Bonus mengobrol dengan mereka akibat dompet yang hilang. Alhamdulillah ala kulli hal.

Kejadian hari itu membuat saya merasa, waw. Merasa banya bersyukur. Makin merasa kecil sebagai manusia. Makin merasa semua adalah mudah bagi Allah. Merasa Allah sangat sayang saya. Merasa saya ditegur dengan halus. Masya Allah. Banyak sekali hikmah yang saya rasakan.

Pertama, saya sangat bersyukur saya “dibuat tidak sadar” kalau dompet saya hilang. Padahal dompet itu hilang dari siang dong! Kalau saya sadar dompet saya hilang sejak saya sampai rumah, atau pas malam hari. Pastilah saya panik berat. Apalagi saya orangnya gampang panik dan cemas. Pastilah saya sudah sibuk menelepon sana sini untuk mengurus barang hilang. Belum lagi memblokir kartu-kartu, dan membayangkan hilang residence permit? Woah, urusannya panjang. Boro-boro saya akan sempat men-cek sosmed untuk lihat pesan dari orang tidak dikenal. Si Mbak Londo padahal bilang ia sudah mencoba mengirim pesan ke IG dan fesbuk dari tadi malam. Yang mana saya itu lagi santai-santai aja di rumah gak merasa kehilangan. IG dari yang bukan friends kan jaraang banget dicek, ndilalah, malah baru terbaca Kamis pagi-nya.

Kedua, saya bersyukur juga, kok tiba-tiba ada niat gitu buka pesan, setelah meeting selesai. Jadinya kan meeting saya tetap berjalan lancar, tanpa saya ada rasa panik atau apa.

Ketiga, dompet saya ketemu dengan mudahnya, Alhamdulillah. Segala sesuatu di sisi Allah itu serba mudah. Apa yang manusia lakukan dan pikirkan, gak akan sampai pada ilmu Allah. Sesungguhnya ilmu manusia itu begitu sedikit. Kalau dipikir-pikir, masak bisa orang yang nemu itu baiknya minta ampun, nyimpenin barang dan ngontak saya. Kalau dia gak pedulian kan bisa aja. Saya percaya, orang baik itu masih ada di mana-mana.

Keempat, senang sekali dapat bonus berkunjung ke rumah Sofa dan Yudi. Bertemu dengan mereka berarti banyak tukar cerita dan saling menguatkan. Rasanya lega sudah ketemu mereka. Kok bisa rumah si Mbaknya itu deketan banget sama Sofa Yudi, sepertinya sudah jadi bagian rencana Allah untuk membawa kami ke sana.

Setelah itu, saya semakin merasa bersemangat dan percaya bahwa Allah menggariskan yang terbaik untuk hamba-Nya. Yang kita lakukan hanyalah tetap berikhtiar dan percaya.

Wallahu a’lam.

Advertisement

5 thoughts on “Dompet yang Hilang”

  1. Alhamdulillah, ikut seneng teh dompetnya ketemu 🙂

    Jadi inget pernah kehilangan HP di kereta NS pas pindah kereta di Amersfoort, pas lagi masih jadi intern dan zaman HP masih Nokia wkwkwkw. Nna baru ngeh HP gak ada pas kereta udah jalan. Sampai Groningen langsung lapor ke lost and found tapi pihak NS gak follow up lagi. besok-besoknya Nna recokin aja terus lost and foundnya sambil pasrah aja. Voila 2 bulan kemudian HPnya dikirim via post.NL, meuni atoh 😀

    1. Iya Nna.. Masya Allah pisan, Untungnya teh aku gak sadar momen2 saat dompet hilang, hampir 24 jam gitu gak sadarnya heu. Wow 2 bulan bisa balik lagi ya HPnya, Masya Allah. Itu udah sempat beli hp baru belum?

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s