Pernah ngerasa gak kalau setelah bangun tidur, kok rasanya tadi bermimpi, dan mimpinya masih terasa jelas alurnya. Atau mungkin bukan alurnya tapi tokoh-tokoh yang masuk ke dalam mimpi dan kejadian garis besarnya seperti apa. Saya pernah lho, beberapa kali.
Kalau lagi inget, saya suka iseng cerita ke suami tentang mimpi tersebut. Kadang mimpinya itu suka absurd dan gak nyambung gitu. Apalagi pas diceritain ke orang lain makin terasa ke-absurd-annya, alur dan kelogisannya gak ada (namanya juga mimpi ye, bebass).
Di dalam mimpi saya pernah ingat ada dua orang yang suka mampir cukup sering. Bukan mantan lho yaa, hush! Gak ada mantan juga soalnya, wkwkwk. Keduanya adalah sahabat masa kecil saya (sampai sekarang). Kami masih lumayan sering kontak-kontak, walaupun gak intens banget, dan bukan percakapan yang mendalam. Hanya saling berkabar singkat aja. Tapi entah kenapa ya mereka yang mampir. Sahabat yang pertama adalah sahabat dekat saya yang dari dulu zaman SD sampai kuliah jadi tempat curhatan saya, yang tahu banget kelakuan saya kayak apa. Sahabat saya yang kedua adalah juga sahabat saya di masa kecil, saingan berat di kelas balap-balapan ngejar ranking, dan sekarang dia punya karir bagus di luar negeri.
Waktu saya cerita ke suami, dia malah mulai (dengan sotoyna) menafsirkan arti mimpi saya ini ada sebabnya. Suami menceritakan hipotesisnya, dan saya agak mengakui mungkin dia ada benarnya. Dia bilang, “Ayah tuh udah semakin kenal Bunda itu kayak gimana, kebaca.” Weiss.. inikah kalau soulmate ternyata lebih paham isi pikiran pasangannya?
Jadi gini. Dari beberapa waktu ini saya memang lagi banyak mengalami perpisahan dengan beberapa teman di Groningen. Sebenarnya udah dari tahun lalu sih banyak yang pulang for good ke Indonesia, ditambah pandemi juga jadi intensitas kami bertemu gak banyak. Lalu masih ada lagi di bulan-bulan mendatang, kawan-kawan ada yang bakal mengikuti jejak para perantau yang pulang karena urusannya di Belanda udah selesai. Tadinya saya merasa udah biasa, sebab udah sering banget ditinggalin teman ke Indonesia, dan pakai acara nangis-nangisan. Jadi ya meneguhkan diri.
Ditambah lagi personel yang membantu di komunitas DeGromiest dan Pengajian Anak semakin berkurang, rasanya saya semakin sendiri, dan gak semangat meneruskan amanah. Ah udah apa ya gak usah cape-cape berkomunitas, saya juga udah banyak urusan domestik dan internal.
Lalu suami tuh bilang, “Kenapa coba Bunda mimpiiin sahabat dekat saya yang pertama? Kata suami lagi, saya itu lagi di masa-masa merasa butuh sahabat perempuan yang bisa diajak bicara, ngobrol, berkegiatan, ga mesti untuk curhat-curhat juga. Saya itu lagi merasa kehilangan banyak kawan yang pada pulang dan yang akan pulang, jadi pikiran bawah sadarnya memunculkan sosok si sahabat saya itu.
Apakah benar?
Yang kedua, “Kenapa coba Bunda juga beberapa kali bertemu sahabat kecil saya yang karirnya bagus itu?” Menurut suami, saya pada saat itu ada dalam posisi minder atau baper dengan kerjaan/kondisi saya sekarang. Dan merasa bahwa banyak orang lain itu punya capaian yang baik dan sukses. Mungkin dalam bentuk iri? Bukan iri yang gimana, yang saya jadi baper lihat kesuksesan orang. Tapi lebih pada mengaca pada diri saya sendiri, apakah saya bisa sudah cukup baik dengan apa yang saya kerjakan sekarang? Apakah saya mampu menyelesaikan pekerjaan dan amanah saya? Lalu tanpa tidak sadar, pikiran saya memunculkan sosok sahabat saya yang sukses tersebut.
Apakah itu juga benar?
Saya mengerenyit. Terus kenapa harus kedua orang itu? Sahabat dari masa kecil? Kan bisa aja di mimpi saya bertemu sahabat-sahabat dekat saya yang lain di SMA, atau di kuliah, atau sekalian aja kawan-kawan saya yang di Groningen ini. Dan orang yang menurut saya sukses juga buanyaak, bahkan yang saya iri-in dalam bentuk positif juga banyak, kan gak spesifik si sahabat saya itu.
Suami tetap pada hipotesisnya. Kenapa mereka? Bisa jadi karena di masa kecil itu adalah kenangan yang indah, yang belum ada beban, yang terasa ringan, dan kenangan indah itu melekat lebih erat daripada kenangan di masa-masa sudah lebih dewasa.
Entah mengapa, saya akhirnya menyetujui apa yang dikatakan suami. Mungkin dia benar. Entah benar atau tidak korelasinya. Tapi yang pasti saya merasa terharu suami saya mau mendengarkan cerita receh mimpi saya yang suka gak nyambung.
Entah yaa kak Monik tentang mimpi, tapi mimpi itu memang bisa sebuah petunjuk dan kadang bisa diri kita menafsirkan nya. .ini kalau orang tsb peka
Tapi kembali lagi, mimpi juga ada yang kayak harus di filter gitu, gak selamanya petunjuk dari Nya
Biasanya lebih ke firasat, jadi kayak hati nurani kita tuh yang tiba-tiba berbicara sendiri
MasyaAllah akhi fajar sekarang jadi expert dari takwil mimpi.. Tetaplah di Belanda, kalau di Indonesia bisa disalah gunakan sama kaum togel teh, yang suka membuat model matematis antara mimpi dan nomor apa yg keluar..
Sehat selalu semuanya.. aamiin
Hahahaha… itu mah Mas Fajar aja sok2 menghubung2kan. Ngakak pas baca tentang kaum togel, wkwkwk