Sering banyak yang berkomentar ke saya
“Gak kebayang punya anak sambil PhD, gimana repotnya.”
“Aku aja yang single repot ngurus ini itu, apa lagi kamu yang buntutnya dua, pastilah lebih banyak yang diurus.”
Couldn’t agree more sebenernya, saya manggut-manggut.
Saya ngerti sih dengan pandangan seperti itu. Dan saya merasakan juga ada hal-hal yang jadi terbatas setelah kita berkeluarga dan punya anak. Ada yang membatasi kebebasan kita untuk beraktivitas, berkarya, melakukan banyak hal, dan pilihan untuk bersenang-senang.
Tapi ketika kita tilik lagi lebih lanjut, kenyataan gak seperti yang terlihat secara kasat mata. Lihat dengan teropong yang lebih luas, jangan dengan dari bolongan sedotan aja, nanti mindset kita jadi sempit.
Terasa gak ketika kita sedang diamanahi banyak hal, malah kita jadi lebih produktif menyelesaikan amanah kita? Ustadz Hartanto malah pernah bilang orang yang sibuk malah lebih bisa menghapal Al-Qur’an dibandingkan orang yang kurang kerjaan. Karena orang yang sibuk akan memiliki manajemen waktu yang efektif untuk menghapal Al Qur’an sedangkan orang yang kurang kerjaan malah akan sibuk mencari-cari kerjaan (yang kadang gak penting).
Kerasa sih buat saya. Ketika saya lagi banyak kerjaan yang harus diselesaikan dalam beberapa minggu ke depan, sudah terbayang oleh saya, saya harus melakukan ini itu, dengan timeline-nya, biar gak keteteran. Terus saya jadi berpikir untuk mencicil hal-hal yang mengurangi friksi saya waktu saya bekerja. Misal mencicil masak di weekend, mengatur jadwal Runa dan Senja minggu ke depan kalau ada les ini itu. Berusaha membereskan pekerjaan rumah biar ga ketunda terus jadi repot ke depannya. Jadi lebih taktis gitu otaknya. Pas lagi ada waktu leha-leha dari kerjaan, coba apa yang terjadi? Lhoh kok saya bisa scrolling youtube wawancara artis drakor dan spoiler-spoiler drakor. Di jam kerja pula? Alamakjang, tidak sehat. Scheduling juga jadi lebih kendor karena kepikirannya si saya lagi free dan banyak waktu. Malah semuanya berakhir pada procrastination.
Semakin banyak amanah, semakin efektif waktu kita gunakan. Semakin banyak yang dikerjakan, semakin produktif kita bekerja. Anak-anak adalah amanah luar biasa yang Allah beri buat kita. Amanah tersebut bukan mencabut kebebasan kita, malah memberi kita semakin banyak kebebasan.
Kebebasan apa?
Kebebasan untuk hidup lebih teratur. Sejak punya anak, jarang banget kan begadangan nonton drakor ampe mata sepet? *Kadang sih nonton, tapi gak bablas banget. Kita teratur tidur tepat waktu dan bangun pagi. Soalnya anak-anak juga gak boleh tidur kemaleman dan biasanya anak-anak yang bangunin kita di pagi hari, mwahaha.
Kebebasan untuk hidup lebih sehat. Sejak punya anak, bisa dihitung berapa kali makan yang instan-instan, dan yang gak sehat. Soalnya kita mikir anak-anak makannya harus 4 sehat 5 sempurna, sayur buah harus ada, susu, vitamin, protein. Pastilah kita berusaha untuk paling gak masak-masak dan nyediain buah. Kita juga jadi ikut makan sehat dong. *Yaa makan mie instan juga masih ada, tapi kan gak sesering nasip anak kosan dulu.
Kebebasan untuk hidup lebih dekat dengan Allah. Kan yaa anak-anak itu mencontoh orang tuanya. Kalau orang tuanya gak rajin solat dan ngaji, mereka mo nyontoh siapa? Apalagi ini Runa Senja lingkungannya orang Londo, mo belajar dari mana kalo bukan dari ortunya?
Kebebasan untuk terhindar dari procrastination. Kan gak sempet lagi kan ngurusin sosmed seniat itu, scrolling sana sini. Gak sempet lagi ngegibahin orang, kan ngobrolnya sama anak, hahaha.. Gak sempet lagi bengong-bengong ga puguh, kan ngurusin perintilan rumah tangga. *Walaupun masih ada procrastination, setidaknya diminimalisasi lah.
Sekian begitu cuap-cuap dari saya. Yang memanfaatkan kebabasan waktu untuk mengerjakan hobi, nulis, curcol di blog. Yang jadi semakin waktu berharga.