Lebaran sudah berlalu hampir sebulan, Syawal sudah mau habis, tapi saya baru sempat bikin tulisan mengenai Idul Fitri tahun ini sekarang. Telat gak apa-apa ya. Sayang kalau juga gak ditulis, bisa jadi kenang-kenangan selama merantau di Belanda. Ramadan dan Idul Fitri akan selalu spesial di hati.
Jadi apa saja yang disiapkan untuk menyambut Idul Fitri? dan yang dikerjakan saat lebaran?
1. Membuat kue kering lebaran
Membuat kue lebaran menjadi tradisi saya bersama mama dan kakak setiap menyambut lebaran. Dulu kan belum ada atau jarang ya yang jual kue kering. Kalau ada pun mahal. Jadi kami sering bikin kuker sendiri. Menunya hampir sama tiap tahun: nastar, putri salju, semprit, kue kacang bertabur gula palem, dan kastengels. Saya dan kakak bagian ngerecokin bantuin Mama. Kadang Mama suka ngomel kalau hasil yang saya dan kakak kerjakan tidak sesuai instruksi Mama, misalnya kuenya bentuknya mencong, tidak seragam, nyomotin adonan, dll. Dulu saya suka kesel, yaelah Mama, gitu aja ngomel. Sekarang ketika punya anak dan udah bikin kue kering sendiri baru sadar. Bikin kue kering itu capek, kalau hasilnya gak sesuai, pasti gondok. Apalagi bahan-bahan kue kering kan mahal ya (Di Indonesia, dulu eman-eman bahan kalau bikin kue bahan premimum). Kalau di sini Alhamdulillah bahan-bahan kue termasuk murah. Jadi begitu anak-anak campur tangan, dan hasilnya sesuai karya mereka, ya udah gak apa. Saya gak ngomel deh, yang penting anak-anak happy. Kan ini untuk konsumsi pribadi aja.
Saya, Runa, dan Senja cuma bikin dua menu kuker, yang paling gampang aja: putri salju dan kue semprit. Paling gampang sih putri salju, bahannya gak ribet, nyetaknya juga bebas mau bentuk apa. Kuker lainnya kami pesan ke tim kuker ibu-ibu Groningen: nastar, lidah kucing, sagu keju, kue kacang, dan kue cokelat, Walaupun kami cuma bikin dua menu kue, tapi itu repeat order terus lho! Bikin, habis sendiri. Bikin lagi, kasih buat teman-teman Runa. Bikin lagi, untuk teman kantor suami. Bikin lagi, untuk stok di rumah. Alhamdulillah.


2. Membuat kartu lebaran
Ini program dari Pengajian Anak DeGromiest (Cek Instagram dan website DeGromiest). Sebelum lebaran, Alhamdulillah sempat mengadakan pengajian anak, dengan agenda: belajar praktek salat Id dan membuat kartu lebaran. Anak-anak belajar bagaimana salat Id yang takbirnya 7 kali di rakaat pertama dan 5 kali di rakaat kedua. Untuk membuat kartu lebaran, itu idenya Tante Aidina. Anak-anak membuat kreasi sendiri, lalu kartunya discan, supaya bisa diprint masing-masing. Nanti anak-anak bisa mengirimkan kartu lebaran ke teman-temannya. Waktu SD, saya juga dulu paling senang kalau bisa milih kartu lebaran lalu dikirimkan ke teman-teman. Soalnya kami kan juga gak ketemu pas libur lebaran, jadi saya dan teman-teman suka saling berkirim.




3. Kajian/Silaturahmi Pengurus DeGromiest dengan salah satu Founder DeGromiest
Kebetulan yang menjadi imam dan khatib salad Id kali ini adalah Pak Eko Hardjanto, dari Eindhoven. Pak Eko adalah salah satu penggagas berdirinya komunitas muslim di Groningen. Waktu itu Pak Eko pernah tinggal dan bekerja di Groningen. Bersama diaspora yang lain beliau membentuk DeGromiest. Alhamdulillah komunitas ini terus berkembang dari generasi ke generasi. Momen Pak Eko ke Groningen kemudian kami manfaatkan untuk bertemu pengurus incumbent DeGromiest. Pak Eko memberikan kajian singkat dan semangat untuk kami.

4. Menyiapkan bingkisan lebaran
Beberapa tahun belakangan ini, DeGromiest menyiapkan bingkisan lebaran untuk para diaspora senior (yang sudah lama tinggal) di Groningen, untuk menghormati dan menginklusifkan mereka. Gak cuma yang muslim yang dapat, tetapi juga yang non muslim. Isi paketnya kue kering dari tim kuker, hehe. Mantaps. Tidak lupa juga kami menyiapkan hampers (kenapa hampers sih ya, dulu namanya parcel?) untuk anak-anak. Isinya cemilan manis dan asin. Supaya anak-anak merasa spesial di hari Lebaran ini. Thanks to ibu-ibu pengajian anak.


5. Menghias rumah dengan dekorasi Lebaran
Tentu untuk membuat anak-anak merasa hype Lebaran terasa, saya juga berusaha membuat rumah jadi lebih “beda” dari biasanya. Saya membeli hiasan balon bertuliskan ‘EID MUBARAK’ yang sepaket juga sama hiasan dan balon-balon lainnya. Hiasan itu kami pajang di ruang tengah. Balon-balon ditiup dan dipajang di tangga. Saya juga membeli ornamen lampu-lampu yang dirangkai di dekat pajangan ruang tamu. Pas gelap, bisa nyala-nyala deh. Saya ingat sih, dulu pas lebaran di Indo, saya gak pernah menyiapkan hiasan-hiasan di rumah. Soalnya hype-nya udah terasa juga, gak repot bikin “momentum” sendiri. Tapi di Belanda, saya rasa, saya harus lebih bisa menghidupkan momentum spesial ini untuk anak-anak. Kalau gak nanti kalah sama perayaan natal, tahun baru, pesta ultah, atau perayaan lain-lain yang festive dan dianggap seru sama anak-anak. Gak lupa kami juga menyiapkan kado spesial buat anak-anak sebagai hadiah udah menjalankan ibadah selama Ramadan (terutama Runa sih, Senja tahu Ramadan dan puasa, tapi belum ngeh banget). Kado ini kami siapkan dengan budget yang lebih besar daripada kado ulang tahun. Dengan harapan di pikiran mereka, ulang tahun bukan jadi perayaan paling penting. Anin dan Atuk juga ikut nyumbang untuk kado anak-anak ini, hehe.

6. Masak-masak Idul Fitri
Gak pernah kebayang kalau saya bisa masak lontong, dua panci opor ayam, dua panci gulai nangka-daging-buncis, dan 5 kloter wajan sambel goreng ati-kentang untuk lebaran. Encok Masya Allah. Tapi Alhamdulillah bisa juga dikerjain, amazed. Bagaimanapun saya merindukan lebaran di Indo, yang mana saya gak usah repot masak segambreng, tapi bisa makan enak seharian, huhu. Di rumah Mama, Mama yang masak dibantu Bibik, saya juga bantu-bantu. Di rumah Ibu, ada Bibik. Di rumah Tante-tante, tinggal makan. Di rumah alm. Eyang Kakung, ada Lik. Lontong atau ketupat kalau gak sempet bikin, bisa beli.
Di Groningen, setelah salat Id berjamaah, akan ada acara halal bihalal semua warga muslim Indonesia. Jadilah semua ibu-ibu dikerahkan untuk potluck dan bagi-bagi tugas. Saya dan Teh Dhiny memilih untuk bikin sambel goreng ati-kentang. Judulnya sih 70 porsi, tapi gak tahu tuh segimana banyak kami masaknya. Pokoknya ati-ampela jumlahnya 4 kg, kentangnya 6 kg. Untungnya kentang ada yang udah dalam kemasan, berbentuk kotak kecil-kecil, beli di supermarket, dan kami tinggal goreng.

7. Salat Id berjamaah
Salat Id tahun ini diadakan di Tuinpad Buurtcentrum, deket Paddepoel. Alhamdulillah tempatnya cukup luas, cuaca juga cerah mendukung, walaupun paginya lumayan dingin. Jamaah yang datang buanyaak banget, mungkin 300 orang ada kali ya? Masya Allah. Bapak-bapak yang kebagian salat di luar, bagian dalam diisi oleh ibu-ibu dan anak-anak. Kami sudah mulai berkumpul di lokasi sekitar pukul 7 CEST. Pukul 7.30 salat sudah dimulai, lalu ditutup dengan ceramah dan doa. Alhamdulillah, bisa melaksanakan salat Id dan merayakan lebaran dengan proper, setelah dua tahun lebarannya pas kondisi pandemi dan sempat lock down juga. Bersama saudara-saudari muslim. Ada rasa mellow juga tetep sih. Kan kebayangnya ingin berkumpul dengan orang tua dan saudara-saudara di Indonesia. Pas kami baru bangun dan siap-siap untuk salat Id, keluarga di Indonesia udah wara-wiri silaturahmi ke mana-mana (Di Indonesia sudah kira-kira pukul 12an). Foto-foto di grup keluarga bertaburan di whatsapp.



8. Halal Bihalal dan makan-makan warga Indonesia di Groningen
Yang ditunggu-tunggu oleh jamaah salat Id, sesi makan-makan! Tentunya setelah salam-salaman dan maaf-maafan yah. Buat mahasiswa-mahasiswi dan jombloers saatnya nih balas dendam, makan enak, banyak, dan gratis, wkwk. Saya sendiri ngeliat mereka makan aja udah kenyang sendiri. Menunya lengkap dan buanyak, mulai dari menu inti lontong-opor, mie goreng, sampai gorengan, chips, kue-kue, buah, dan minuman.





9. Sesi foto keluarga
Pas momen Idul Fitri, Saya senang banget lihat banyak foto-foto keluarga bertebaran di dunia maya. Yang saya lihat di sosial media atau yang dikirim ke whatsapp grup, Masya Allah tampak bahagia, content, dan hangat. Meski kami gak bisa berlebaran dan berfoto bersama keluarga besar dan saudara-saudara di Indonesia, tapi melihat senyum mereka, saya ikut senang. Melihat teman dan sahabat yang jauh dan udah lama gak saya jumpai, saya juga meresa senang. Kayaknya mereka semua jadi terasa dekat. Alhamdulillah Groningen gak pernah sepi orang, sepi teman, dan sahabat. Merayakan Id di Groningen pun jadi seramai di Indonesia.


Oiya, Alhamdulillah Id tahun 2022 ini bertepatan dengan Meivakantie, atau libur sekolah anak di bulan Mei selama dua minggu. Minggu pertama kami di rumah saja, minggu kedua kami halan-halan. Minggu pertama itu kami fokus untuk 10 hari terakhir. Alhamdulillah Runa juga jadi full puasa selama 10 hari terakhir. Runa hampir full puasanya dalam sebulan ini. Meski tantangannya lebih berat daripada anak-anak di Indonesia seumuran Runa. Hanya beberapa hari ada bolong puasanya.Puasa dari jam 04.00-05.00 subuh sampai 8.30-9.00 malam, dan tidak ada perubahan aktivitas. Runa sekolah, dan olahraga seperti biasa, ikutan klub badminton. Di hari-hari ada olahraga, Runa boleh buka puasa dan lanjut puasa lagi. Oiya, yang bikin saya terharu itu adalah ada teman-teman muslim Runa yang tadinya gak puasa pas waktu sekolah, mereka lalu ikut puasa karena melihat Runa puasa. Saya kan sebelumnya cerita di post sebelumnya, kalau teman muslimnya yang lain hanya berpuasa di weekend. Di minggu terakhir anak-anak libur, saya sempat mengadakan pesantren kilat (sanlat) ala-ala Venuslaan, dengan mengajak teman-teman seumuran Runa nginep di rumah. Nanti saya ceritakan di postingan terpisah ya, siapa tahu jadi inspirasi ibu-ibu di luar negeri. Di Indo mah ya Alhamdulillah anak-anak sanlat sama sekolahnya (saya iri!).
10. Pasca Id, kembali ke kantor
Ok, kembali pasca lebaran, di minggu kedua liburan Meivakantie, saya dan suami mengambil cuti seminggu. Kami berlibur ke Veluwee di Gelderland, liburan santai aja, ke alam, untuk recharge energi. Sekembalinya ke kantor, saya dan suami membawa kuker lebaran untuk dibagikan ke teman-teman kantor. Semoga menjadi jalan dakwah kami, meski ringan, tapi niat baiknya tersampaikan. Suami membawa satu kotak kue untuk bosnya dan rekan kerjanya yang dekat. Kalau saya, saya membawa beberapa kotak kue untuk disimpan di meja departmen saya, siapa saja boleh ambil.
Di departmen saya, biasanya kalau ada yang ulang tahun, lahiran anak, atau merayakan hari jadi di kantornya, biasanya orang-orang bawa traktiran berupa cokelat, kue, snack, lalu mereka simpan di meja dekat sekretaris. Mereka menuliskan sesuatu pesan di traktiran tersebut, dan orang yang lewat bisa ambil. Dulu, saya pernah kepikiran untuk menyimpan kue lebaran di departmen, disertai tulisan. Entah mengapa saya sungkan, emang dasar yah, kenapa juga harus merasa malu. Tapi tahun ini, I felt so different, recharged, and I wanted to share this Ramadan and Eid festive to everyone. Akhirnya saya bawa kue lebarannya, saya share di grup whatsapp kantor kalau saya bawa kue, dan sila diambil. Orang-orang ternyata mengapresiasi, bahkan ada yang gak saya kenal di departmen pun bilang, they are wonderful. Alhamdulillah ya, senang bisa berbagi dan menyelipkan hawa Ramadan dan Idul Fitri di lingkungan kantor.
Pesan saya, kalau gak usah sungkan, malu, merasa aneh, untuk menunjukkan identitas kita sebagai muslim di negara minoritas muslim. We are proud moslem. Kita salat, kita berhijab, kita puasa, kita merayakan Ramadan, kita merayakan Idul Fitri, kita mencintai Rasulullah SAW. Tunjukkanlah! Mereka juga akan menghargai kita, kalau kita lebih dulu menghargai agama kita.

