Setiap negara pasti memiliki sistem pendidikan anak yang berbeda dengan negara lain. Selayaknya Indonesia yang punya program wajib belajar 12 tahun. Belanda juga punya program wajib pendidikan anak. Sejak tinggal di Belanda, waktu itu anak pertama saya masih 1.5 tahun sampai sekarang 9 tahun (plus anak kedua berusia 4 tahun), dan bersekolah di Dutch school, saya jadi ikut mempelajari bagaimana sistem pendidikan Belanda. Gak cuma anak saya aja yang belajar di bangku sekolah, saya juga belajar mengenai sekolah di Belanda, mengikuti program sekolah, dan bagaimana anak tangga pendidikan di Belanda.
Walaupun awalnya gagap, tetapi sistem di Belanda sebenarnya gak ribet membuat saya juga jadi gampang mengikuti step-step dalam pendidikan anak di sekolahnya. Memang yang menantang itu semua informasi dalam bahasa Belanda. Tapi setiap informasi diberikan sudah secara terstruktur (baik dari website sekolah maupun dari portal komunikasi sekolah). Jadi ya kita juga harus proaktif mencari tahu untuk tetap update. Kalau kesulitan, bisa bertanya aja ke guru atau orang tua murid yang lain.
Informasi ini juga mungkin juga berguna untuk para pendatang dari Indonesia yang baru sampai di Belanda. Gimana sih sistem sekolah anak di Belanda? Gimana memilih sekolah anak yang sesuai? Saya juga pernah menuliskan mengenai sistem pendidikan Belanda di buku saya, The Power of PhD Mama, terbitan NeaPublishing.
Jadi, secara umum jenjang pendidikan anak bisa dibagi 3:
- Peuteurspeelzaal [PSZ] atau (Playgroup/kindergarten)
- Basisschool (Sekolah dasar/elementary school)
- Middelbare school (Sekolah menengah ke atas/high school)
Peuteurspeelzaal (PSZ] atau Playgroup/kindergarten
Peuteurspeelzaal (PSZ) atau pendidikan anak usia dini dimulai sejak anak berusia 2 tahun. Belum wajib sih, tapi dianjurkan untuk persiapan masuk basisschool di usia 4 tahun nanti. Sebelum anak berusia 2 tahun, orang tua sudah bisa mulai mencari peuteurspeelzaal yang sesuai. Bisa yang dekat dari rumah, yang berbahasa Inggris (ada juga, tapi gak banyak kalau di Groningen), atau yang dekat sekolah tujuan basisschool-nya. Jadwal masuk PSZ ini paling hanya dua hari seminggu, 3-4 jam. Ada dua shift: shift pagi jam 9-12.30, atau shift siang 13-16.30. Harus cek lagi jadwalnya ke masing-masing PSZ. Kalau anak semakin besar, jadwalnya bisa ditambah, jadi 3 hari seminggu, maksimal 4 hari seminggu (sesuai kebutuhan anak), dengan durasi jam yang sama. Kenapa sesuai dengan kebutuhan anak? Misal nih ketika anaknya sudah mau mendekati usia 4 tahun, tapi dia masih dirasa kurang banyak bicara, masih kagokan, nanti dianjurkan untuk menambah durasi sekolahnya. Biar anak lebih siap pas masuk basisschool nanti.
Nah, karena peuteurspeelzaal ini tidak wajib, jadi orang tua harus membayar biayanya. Tarifnya disesuaikan dengan gaji orang tua. Semakin tinggi gajinya, semakin besar ia harus membayar. Kayak subsidi silang gitulah ya. Orang Indonesia di Groningen banyak yang mahasiswa S2/S3. Gaji mereka dihitung gaji minimum, heuheu. Jadi bayarannya murah. Seingat saya sekitar tahun 2020, ada teman saya yang PhD, lalu anaknya masuk PSZ. Ia membayar hanya 20 euro/bulan. Sementara ada teman saya yang bekerja di suatu perusahaan besar, dan anaknya masuk PSZ juga, membayar sekitar 70euro/bulan. Dengan jadwal yang sama 3 hari/minggu.
Kalau misal nambah jadi 4 hari/minggu, nambah bayar ga? Jadi gini, yang memutuskan kalau anaknya perlu tambahan jam di PG itu bukan orang tuanya, tapi biasanya guru/staf di sekolah, yang dikonfirmasi lagi ke pihak posyandu (consultatie bureau). Anak usia 2-4 tahun itu masih rutin lho cek ke consultatie bureau. Jadi di sana bisa dicek. Misalkan, anaknya mendapat rekomendasi dari pihak sekolah dan posyandu untuk menambah jam sekolah karena anaknya perlu lebih banyak paparan ‘pergaulan’. Nanti jadwal sekolah akan ditambah tanpa orang tua menambah biaya ekstra.
Oiya, gak usah menyiapkan bekal untuk anak. Soalnya makanan akan disediakan oleh pihak PSZ. Pukul 9 biasanya jadwal makan buah. Pukul 12 makan siangnya roti. Yang perlu dibawain paling baju dan celana ganti, kalau kotor.
Kalau bedanya sama daycare apa dong?
Jadi selain peuteurspeelzaal, ada juga yang namanya daycare bagi yang kedua orang tuanya bekerja/beraktivitas di luar rumah. Anak bisa mulai dititipkan di daycare sejak usia bayi. Mungkin minimal usia 3 bulan, mengingat kalau cuti melahirkan untuk wanita bekerja di Belanda bisa 3-4 bulan. Anak kedua saya, Senja, masuk daycare ketika ia berusia 4 bulan. Waktu itu saya sudah harus memulai PhD saya.
Mari kita bahas mengenai ini: Penitipan Anak/Day care, crèche (kinderopvang, kinderdagverblijf)
Badan/organisasi yang membuka daycare bisa juga membuka program peuteurspelzaal, hanya berbeda di urusan durasi sekolah saja. Tentunya jadwal daycare bisa full day, menyesuaikan dengan jam kerja orang tua. Ada beberapa pilihan untuk jadwal daycare:
- Full day (07.30-18.00)
- Shift pagi saja (07.30-13.00)
- Shift siang saja (12.30-18.00)
- Jadwal dengan waktu yang fleksibel (contoh: mengambil slot waktu 20 jam per minggu dan disebar di hari-hari tertentu, Senin 4 jam (8-12), Selasa 5 jam (12-17), dst).


Anak yang sudah ikut daycare, terhitung sudah “belajar” juga di PSZ, soalnya kegiatannya kurang lebih sama aja. Yang beda adalah tarif bayarannya :P. Ini yang menjadi pertimbangan orang tua ketika menitipkan anaknya di daycare atau opvang. Bayarannya per jam. Dulu saya pernah membayar 6 euro-an/jam (sekitar tahun 2015), sampai 7.5 euro/jam (sekitar tahun 2018). Dikali aja berapa jam tuh sehari dan total dalam sebulan. Mahal pastinyaa…
Tapiii, pemerintah juga memberikan bantuan berupa subsidi untuk ini. Jika kedua orang tuanya bekerja dan membayar pajak, maka mereka berhak mendapatkan pengembalian pajak (toeslag) dari total biaya yang mereka keluarkan untuk opvang. Ada kalkulasinya. Sebaiknya harus dicek dan dikonfirmasi dulu apakah kedua orang tua eligible untuk mendapatkan toeslag tersebut. Waktu saya menjadi mahasiswa S2 dan suami bekerja, kami mendapatkan toeslag. Meski saya hitungannya bukan bekerja, tetapi ada poin di peraturannya jika orang tua yang bersekolah juga berhak mendapatkan subsidi. Waktu saya menjadi mahasiswa S3, dan suami bekerja, kami juga mendapatkan toeslag. Walaupun saya tidak mendapat full salary dari universitas (sebab funding studi saya dari Indonesia), tetapi ada porsi universitas memberikan “tambahan” gaji untuk PhD yang ada bagian kena potong pajak. Artinya saya juga membayar pajak. Jadilah kami bisa mendapatkan keringanan untuk bayar opvang, Alhamdulillah. Urusan pajak dan toeslag ini memang harus teliti, sebab semuanya dihitung di Belanda ini.
Bayaran ini udah termasuk fasilitas popok ganti dan makanan seharian. Pukul 9 jadwal makan buah, pukul 12 makan siang roti, setelah makan siang biasanya anak-anak suka tidur siang, dan pukul 15 makan crackers/cemilan lain. Untuk anak bayi yang masih asi, bisa kok nitip asip dan minta dimimikin asip-nya, atau sufor tertentu. Kita juga bisa mention makanan apa aja yang boleh dan yang enggak,. Ada isian formulir lengkapnya.
Oiya, ada portal komunikasi dan aplikasi untuk daycare ini. Ada informasi mengenai kegiatan-kegiatan, jadwal, foto-foto anak (sendiri) yang di-upload gurunya ke portal, bisa berkomunikasi juga dengan gurunya melalui portal tersebut. Misal ada perubahan jadwal atau melapor anak sakit juga bisa lewat sana. Informatif dan praktis.
Wuidih gak kerasa udah panjang aja ini postingan, padahal baru bahas soal playgroup dan daycare, hehe.. Saya sambung lagi ya Insya Allah.
(bersambung ke Part II)

3 thoughts on “Sekolah Anak di Belanda (part 1)”