Reli mengenai pendidikan anak di Belanda lanjut lagi nih. Cek tulisan sebelumnya di sini: Bisa cek tulisan sebelumnya di: Sekolah Anak di Belanda (part 1), Sekolah Anak di Belanda (part 2). Sekolah Anak di Belanda (part 3).
Kurikulum yang dipakai di basissschool Belanda tergantung dari sekolahnya masing-masing. Ada beberapa kurikulum yang sering dipakai di Belanda, di antaranya: Jenaplan, Dalton, dan Montessori. Di postingan ini saya menambahkan satu metode pembelajaran di sekolahnya Runa, namanya Teamonderwijs Op Maat (TOM).
Runa udah pernah mencoba sekolah Jenaplan, Dalton, dan sekarang Runa di sekolah dengan kurikulum TOM. Soalnya yang pertama kami sempat pindah rumah, dan yang kedua kami pindah sekolah yang menurut kami lebih pas (bukan secara metode pembelajarannya sih), tapi lebih kepada input dan lingkungan anak-anaknya. Dari semua kurikulum yang pernah saya temui, ketiganya sebenarnya memiliki persamaan karakter pembelajaran, yaitu mengutamakan independen dan rasa tanggung jawab, serta adanya tailored-program (disesuaikan dengan kebutuhan anak).
Jenaplan
Konsep Jenaplan pertama kali diperkenalkan oleh pedagogi Jerman bernama Peter Peterson dari Jena, kota di Jerman. Walaupun katanya konsep ini sudah ada sejak tahun 1924 (mungkin di Jerman ya dulu mulainya), tapi buat saya mah ini baru. Jenaplan memegang konsep bahwa perkembangan anak adalah yang utama. Dalam kurikulum Jenaplan juga dipercaya bahwa setiap anak itu unik, mereka memiliki bakat dan gaya belajar yang berbeda satu sama lain. Oleh sebab itu, perbedaan tersebut harus dihormati.
Ide dasar dari Jenaplan antara lain: (1) independent learning by doing, (2) kerja sama dan sistem komunal, (3) pembagian tanggung jawab antara sekolah, murid, dan orang tua1.
Yang unik dari konsep Jenaplan ini adalah adanya pengelompokkan grup anak. Misal anak grup 1 dan grup 2 (usia 4-6 tahun) berada dalam satu kelas, lalu anak grup 3, 4, dan 5 (usia 6-9) dalam satu kelas, terakhitr anak grup 6, 7, dan 8 (usia 9-12) dalam satu kelas. Ada kombinasi umur anak yang berbeda dalam satu kelas. Diharapkan bahwa anak-anak dengan usia lebih kecil bisa belajar dari yang lebih dewasa, dan yang dewasa bisa belajar bertanggungjawab membimbing adik-adiknya. Mereka akan selalu kebagian posisi sebagai “yang kecil” dan “yang dewasa”.
Approach yang dilakukan dalam pembelajaran adalah:
- Adanya free work atau anak bisa memilih untuk melakukan tugas apa dulu yang disukainya. Biasanya mereka punya ‘papan tugas’ atau ‘list tugas’. Misal dalam satu minggu mereka diberi suatu list tigas tertentu. Mereka diberi kebebasan untuk mengerjakan yang mereka sukai/inginkan terlebih dahulu. Ada anak yang ingin mengerjakan tugas yang sulit dulu biar di mendekati pekan lebih santai. Ada anak yang ingin mengerjakan tugas yang ia sukai baru yang tidak ia sukai belakangan.
- Adanya show atau pertunjukkan sebagai proyek kelasnya. Untuk meningkatkan kepercayaan diri si anak dan kemampuan bekerja sama. Biasanya penampilan ini diadakan sebulan sekali, di akhir pekan. Hanya pagelaran sederhana, seperti menyanyi, drama singkat, dancing, membacakan cerita, dll.
- Diskusi melalui lingkaran di awal kelas (kringetje). Topik yang didiskusikan dari mulai yang ringan-ringan seperti bagaimana akhir pekanmu? Apa ada hal menarik yang ingin disharing?
Tapi dari ketiga poin tersebut, ternyata juga saya temukan di sekolah dengan kurikulum Dalton dan TOM (Kalau Montessori saya belum pernah mengamati). Makanya tadi saya bilang approach yang dilakukan saat pembelajaran hampir sama di tiap kurikulum, mungkin itu konteksnya lebih pada kurikulum “khas Belanda”



Dalton Plan
Katanya metode Dalton yang paling banyak digunakan di basisschool Belanda. Dalton Plan ini diinisiasi oleh Helen Parkhurst, seorang guru, dosen, penulis dari US. Tujuan dari metode ini adalah untuk menyeimbangkan antara bakat/kemampuan anak dengan kebutuhan komunitas. Dalam pelaksanaannya, anak-anak belajar dan bekerja sesuai dengan pace-nya masing-masing, sebab setiap anak punya kapasitas yang berbeda. Sama seperti Jenaplan, mereka juga memiliki check list tugas dan rencana masing-masing untuk menyelesaikan tugas sesuai silabus.
Ada tiga komponen penting dalam Dalton Plan ini:
- The house. Kelas dianggap sebagai base untuk murid-murid. Guru menjadi perantara antara sekolah dan orang tua.
- The assignment. Tugas atau kewajiban sehari-hari para murid, sebagai kontrak antara guru dan murid.
- The lab. Sesi diskusi antara guru dan murid, baik diskusi empat mata, maupun diskusi dalam kelompok, untuk mengeksplor topik-topik, problem yang belum tuntas, dll.
Di Belanda, Dalton Plan menganut 3 prinsip utama, yaitu: Kebebasan, kerja sama, dan dan kemandirian. Kan mirip dengan Jenaplan, hanya di Dalton tidak ada pembagian grup seperti di Jenaplan. Bisa cek lengkapnya juga di sini: https://daltoninternational.org/dalton-education/

Montessori
Kayaknya Montessori ini banyak diadaptasi di Indonesia. Sepertinya ibu-ibu di Indonesia, lebih paham deh. Yang saya tahu kayaknya kalau sekolah di Indonesia yang pakai Montessori ini sekolahnya mahal, heuheu. Mungkin karena diadaptasi dari luar negeri, jadi kesannya gitu. Kalau melihat konsepnya padahal simpel juga, mirip-mirip dengan Jenaplan dan Dalton.
Metode ini dikembangkan di awal abad ke-20 oleh Maria Montessori, seorang dokter dan guru dari Italia. Sistem yang ditekankan dalam Montessori adalah pengembangan natural interest dan kegiatan yang mendukung kompetensi anak-anak. Ada kemandirian dan learning by doing dalam mengeksplorasi kemampuan anak. Tidak ada pengajaran formal seperti guru di depan kelas dan anak-anak mencatat ucapan gurunya, tidak ada pengukuran sistem nilai yang konvensional dengan angka dan urutan (Secara umum di Belanda udah kayak gini sih, apapun kurikulumnya).
Montessori education is student-led and self-paced but guided, assessed, and enriched by knowledgeable and caring teachers, the leadership of their peers, and a nurturing environment.
Teamonderwijs Op Maat (TOM)
Ini juga menarik, soalnya saya juga baru dengar tentang TOM ini. Saat ini Runa dan Senja bersekolah di sekolah dengan sistem TOM ini. Maksudya TOM dalam bahasa inggris adalah customized team education, yaitu pendidikan dengan sistem yang disesuaikan dengan kemampuan/bakat/kapasitas/minat anak (tailored-program).
Ada 4 pilar utama dalam TOM:
- Penempatan personel (tenaga pengajar)
- Organisasi pendidikan
- Penyiapan lingkungan belajar yang ‘ajeg’
- Konten pembelajaran
‘The process of change‘ dalam pembelajaran dan perkembangan murid mengacu pada 4 pilar tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam metode ini antara lain: tanggungjawab, kerja sama, dan active learning atau learning by doing. Jadi anak-anak diminta untuk bertanggung jawab untuk proses pembelajarannya sendiri agar mereka memiliki motivasi dan keterlibatan di dalamnya. Jika anak memiliki keputusan sendiri untuk way of learning-nya, maka guru terbuka untuk ruang diskusi. Lalu, anak-anak juga sering melakukan tugas yang menuntut kerja sama di antara mereka. Tujuannya untuk saling belajar satu sama lain: Children have to learn to work together; how to achieve the best results together, and ensure that all students learn and are actively involved in the learning process. Mengenai active learning, sama-lah ya seperti 3 metode di atas.

Gimana dari keempat metode atau kurikulum yang dibahas, bisa dilihat ya benang merahnya apa? Mirip-mirip sebenarnya, dengan tujuan yang juga hampir serupa. Hanya implementasi pembelajarannya yang sedikit berbeda, dan bergantung pada sekolah masing-masing.
Semoga bermanfaat!
Referensi:
- Janina Neumann: Jenaplan: Ein reformpädagogisches Konzept und sein Potential für den Bereich DaF. AV Akademikerverlag, 2012
Waah nice info! Jadi tau metode pembelajaran yang ada di Belanda. Walau ketiganya sebenarnya hampir mirip yaa. Thanks ka sudah sharing
Semoga bermanfaat Mbak, terima kasih udah mampir