“The propositions should be scientific, not religious, and should be defensible scientifically. I suggest you change both 8-9 into one scientific proposition outside your work.” (EH, my second promotor).
Itu jawaban supervisor kedua saya ketika saya mengajukan propositions (atau dalam bahasa Belandanya stellingen) padanya. Memang propositions itu apa pentingnya? Dan gimana pengaruhnya sih dalam kelulusan seorang PhD?
Penting, sebab propositions adalah salah satu syarat kelengkapan kelulusan PhD sebelum defence. As a PhD in the Netherlands, along with your thesis you have to prepare and defend a few–usually 8 to 10–propositions.
Seperti yang dijawab oleh supervisor saya di atas, propositions are statements that are “opposable and defendable” and also should cover your research topic in the thesis book. Biasanya di urutan awal propositions berupa pernyataan dari chapters yang ada di buku thesis. Lalu, beberapa poin terakhir mengenai topik yang lebih umum, which can resonate or be relatable with everybody outside the research topic. This point can reflect your personality, concern about a specific topic, or what matter to you.
A bit tricky to write propositions, though it seems simple. Beberapa kawan PhD saya bahkan sudah “menabung” propositions dari tahun pertama PhD. Saya? Jangan tanya, saya mah bahkan bertanyea-tanyea, akankah saya mencapai masa dalam menulis propositions? Sering saya terpikir di tengah jalan, di tahun kedua, ketiga, dan keempat PhD saya, ah saya akan menulis ini dan itu. Tapi akhirnya tak ada satupun kalimat propositions yang saya siapkan. Saat itu saya lebih fokus pada membereskan semua riset untuk ditulis di buku thesis dan melakukan submission ke jurnal. Jadi, propositions baru saya tulis sekitar 4 bulan sebelum saya defense, wakwawww.. Itupun ketika diingatkan otomatis oleh sistem monitoring PhD, si ‘Hora Finita’.
Tadinya saya pikir, ah okelah gampang nulis propositions dari chapters thesis, ambil aja secuplik kalimat conclusion atau future prespective dari chapter tersebut, selesai. Lalu sisanya aya berencana mengambil dua poin propositions dari ayat suci Al-Qur’an dan hadits sebagai refleksi PhD journey saya. Tentu saya punya ayat dan hadits favorit yang membuat saya yakin (meski suka pesimis). Statements 1-6 saya ambil dari tiap chapters, statements nomor 7 adalah pandangan/argumen saya untuk topik penelitian saya (yaitu deprescribing) ketika diimplementasikan di Indonesia. Statements nomor 8-9 adalah ayat/hadits favorit tadi.
Eng ing eng, ketika saya ajukan ke supervisor pertama dan kedua, tentunya banyak komen dan perbaikan. Kata Si Ibuk spv tercintah: statements are also not a summary of your findings. Instead, they are based on your findings and should be defendable using your findings when you say (this thesis). I have now rephrased most of them, but feel free to adapt according to what you want to state.
Propositions eike ternyata kena banyak revisi! Karena saya agak ‘menggampangkan’ tadi. Yang saya pikir sebelumnya propositions adalah secuplik kesimpulan dari penelitian. Namun ternyata kita harus agak kritis untuk mencari celah ‘kontroversi’ dari simpulan tadi yang kemudian bisa jadi bahan diskusi saat defense. Akhirnya saya baca baik-baik suggestion dari supervisor pertama saya dan saya perbaiki. Saat itu ia tidak banyak komentar mengenai statements berupa ayat Al Qur’an dan hadits yang saya simpan di nomor 8 dan 9. Supervisor kedua saya yang lalu memberikan komentar pada statements 8 dan 9.
Yang saya tulis adalah:
Whosoever takes a path in search of knowledge, Allah will make easy for him/her a path to Heaven (hadith; HR: Muslim).
Hasbunallah wa ni’mal-wakil. Allah is sufficient, and He is the best disposer of all affairs.
Kedua itu yang menjadi pegangan saya ketika goyah menjalani PhD path ini. Supervisor kedua saya ternyata concern terhadap pernyataan yang saya ajukan di atas. Sebenernya saya sudah beberapa kali mendengar kalau beliau ini against ketika ada PhD yang memberikan statements berupa religious view seperti ayat Al Qur’an. Tapi saking favoritnya kedua ayat/hadits di atas, jadi saya coba aja. Ternyata emang ditolak. Tentunya saya harus nurut dong yaa. Ngeyel mah bisi ntar gak jadi dilulusin kan. Walaupun pernyataan Si Bapak spv saya ini make sense sih. Dengan rendah hati, saya menjawab: I agree with you, it’s true that religion view shouldn’t be debatable. Memang ayat Qur’an bukan sesuatu untuk diperdebatkan karena itu bukan kontroversi.
Akhirnya saya mencari pernyataan yang lebih general untuk bisa saya masukkan ke dalam propositions. Saya ingin tetap memberikan pandangan bahwa Islam adalah agama yang mementingkan ilmu dan pendidikan. Bahkan banyak scholar dari ratusan abad lalu merupakan muslim. Cendekiawan dan penemu yang hasil karyanya dan penelitiannya kita gunakan saat ini merupakan seseorang dengan Islam yang kuat. Yang kedua, saya mencari sebuah statement yang “saya banget”. Apa sih yang menggambarkan PhD journey saya yang penuh liku, tapi kemudian bisa saya lewati juga? Akhirnya jadilah dua statements di bawah yang saya ajukan.
Alhamdulillah akhirnya kesembilan statements yang saya ajukan diapproved: The propositions submitted by you have been judged to be defensible by your supervisors. Kata Hora Finita.
So, saran saya, sebenarnya bagus juga untuk menabung beberapa statements untuk propositions PhD thesis.
- Bisa membuat lebih percaya diri dan visioner, bahwa we shall overcome this PhD journey. Gak kayak saya yang punya penyakit pesimis-an,
- Bisa membuat lebih mengenal penelitian kita dan mencari celah kontroversi yang menarik untuk didiskusikan
- Bisa menjadi bahan refleksi dalam perjalanan ini….. Agar kita menjadi manusia yang lebih bijak (hasek)
Berikut propositions saya:

Oiya, ketika menjelang defense, saya mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan kalau propositions saya ini akan ditanya oleh para oponen. Kadang oponen senang membuka diskusi dengan menanyakan apa maksud dari statement yang kita tulis. Misalnya oponen akan meminta salah satu dari paranim untuk membacakan salah satu statement. Kemudian mereka akan bertanya, “Can you elaborate more of what you state there?” Dari kemungkinan tersebut, saya merangkai jawaban dari setiap statement yang saya maksud: ini merujuk ke chapter berapa, dan apa data/result pendukung pernyataan sata itu. Dengan begitu, saya lebih agak pede menuju persiapan defense.
Begitulaah, sekian dulu. Saya akan post reli mengenai PhD journey in Netherlands. Supaya ada gambaran bagi yang penasaran gimana sihhh S3 di Londo.
Doei!