Cerita Runa, Cerita Runa dan Senja, Cerita Senja, Children in the Netherlands

Yang Unik Mengenai Kebiasaan Anak di Sekolah Belanda (1)


Haloo Bunda… mau lanjut lagi nih topik mengenai upbringing children in the Netherlands from my Indonesian’s emak-emak prespective. Selalu seru untuk dituliskan, dan menurut saya penting juga, supaya emak-emak lain, baik yang di Indonesia maupun yang di Belanda bisa mengambil hikmah dan pengalaman yang saya ceritakan di sini.

Baca postingan-postingan sebelumnya di kategori ini: Children in the Netherlands.

Kali ini saya mau membahas mengenai hal-hal unik di lingkungan pergaulan dan sekolah anak di Belanda. Kenapa unik? Karena biasanya beda dari yang biasa ditemukan di Indo, atau beda dari pengalaman masa kecil saya dulu (hyaelayah.. kamu masa kecilnya udah berapa abad yang lalu kali Monik, haha).

Waktu baru-baru masuk ke lingkungan sekolah Belanda, yaitu waktu Runa menginjak usia 4 tahun, banyak hal-hal baruyang saya temukan di lingkungan sekolah dan pertemanan anak. Semakin lama, jadi lebih ngerti, dan menambah perspektif baru juga. Apalagi Runa juga semakin besar, dan sekarang di grup 6, ditambah Senja pun masuk basisschool juga di usia 4 tahun.

Healthy lunch

Di sekolah Belanda, anak HARUS bawa bekal, soalnya gak ada warung, jajanan, apalagi mamang gerobak yang jualan di sekolahan, wkwkwk. Bekalnya terdiri dari dua jenis biasanya, karena istirahatnya juga dua kali. Istirahat pertama sekitar jam 10. Anak-anak disarankan (lebih ke harus sih) untuk membawa buah, bisa pisang, apel, pir, jeruk, anggur, dll. Asal gak durian aja sih, haha. Selain mahal dan cuma dijual dalam bentuk frozen, itu gak lazim juga, wkwk. Kalau anak-anak Londo biasanya bawa apel tu satu buah aja gitu, gak dipotong apalagi kulitnya dikupas. Tapi karena Runa dulu susah makan buah, jadinya apel dan pir selalu dikupas dan dipotong, biar tinggal disodok pake garpu. Alhamdulillah Senja lebih mudah makan buah, jadi dikasih apa aja mau dimakan. Kalau bawa pisang biasanya anak-anak pake wadah khusus bentuk pisang biar gak benyek atau menghitam.

Istirahat kedua sekitar jam 12.30 sekalian makan siang. Makannya tentu saja roti. Roti dengan selai kacang (pindakaas), selai speculaas, keju, selai buah/jam, daging slice (bisa kombinasi dengan keju), kadang roti dengan selai cokelat atau hageslag (meses), kenapa saya bilang kadang. Karena katanya lebih baik rotinya jangan pakai yang cokelat-cokelat gitu, gak terlalu sehat dan bisa bikin sugar rush. Kalau Runa sukanya roti dengan keju yang ditoast, jadi toasty namanya. Variasi roti kalau menurut kami yang biasa makan nasi tentu sedikit ya, itu-itu doang. Tapi menurut orang Londo ya namanya juga makanan pokok, mereka lebih bisa nrimo dan bervariasi dengan pilihan lainnya.

Emang harus selalu roti bekalnya? Kalau anak Indonesia kan doyannya nasi atau mie-lah palingan, gimana tuh? Nah ini yang sering saya dengar dari teman-teman Indonesia. Katanya beberapa sekolah bilang emang HARUS roti, jangan nasi atau pasta. Mungkin alasannya lebih kepraktisan aja kali ya, terutama untuk anak usia kecil-kecil yang makan nasi masih belepotan, tumpah-tumpah, takut kelasnya kotor, ntar bersihinnya susah. Alasan kedua, ya karena healthy aja. Makanya rotinya disarankan jangan sama selai cokelat. Rotinya juga leih baik yang bruine bread atau roti dengan kandungan gandum yang tinggi, dibandingkan dengan witte bread (roti putih)

Saya dari awal gak pernah coba-coba sih ngebekelin selain roti. Ya karena emang ribet aja nyiapin nasi pagi-pagi tu. Bekel roti itu sangat satset banget, Bun. Ada teman saya yang berhasil membekalkan anaknya nasi goreng, juara sih ini, haha. Dan ternyata dibolehin kok sama sekolahnya, asal dikomunikasikan aja. Soalnya anaknya baru datang dan belum penyesuaian juga. Cuma sepertinya semakin besar anak, mungkin aturan tentang bekal makan siang jadi less strict, soalnya teman Runa ada yang pernah bawa roti sama sosis gitu. Besok-besok saya mungkin mau coba ngebekelin Runa indomie goreng, biar wanginya menguar ke pelosok kelas, haha.. Mie goreng tipikal bekal kita dulu tuh, yang dingin-dingin bentuknya jadi kotak menyerupai kotak bekal, tapi entah kenapa tetap niqmat.

Contoh bekal makan Runa dan Senja. Roti isi selai kacang (Senja), roti keju (Runa), dan potongan apel, yang ini pasti lagi buru-buru soalnya kulit apelnya ga dikupas. Tapi emang kadang lebih sehat kalau kulit apelnya gak dikupas sih.
Roti isi hageslag (Senja), roti isi mentega keju (Runa), dan potongan apel yang udah dikupas kulitnya
Roti isi selai kacang (Senja), roti isi selai keju/smeerkaas (Runa), dan potongan jeruk

Pokonya untuk bekal, emak anti ribet-ribet club. Alhamdulillah anak-anak juga gak pernah protes sama bekalnya, meski kalo menurut saya eta-eta wae bekel teh, minim bervariasi. Pasti sangat berbeza dengan bekal anak Indonesia yang emaknya super niat dan banyak macemnya.

Playdate

Tipe bermain anak Londo ini unik sih menurut saya. Jadi pulang sekolah anak-anak ini suka mengajak teman sekelasnya main ke rumahnya atau rikues pengen main ke rumah temannya. Kalau si anak sudah merasa nyaman dengan temannya, biasanya dia bilang, pengen main bareng dong. Ketika pulang sekolah dan dijemput ortu baru anak-anak ini bilang ke ortunya masing-masing: boleh ga si A main ke rumah? atau boleh gak saya main ke rumah kamu? Misalnya bisa ya cus, kalau gak bisa ya bikin janji lain waktu. Atau bisa juga bikin janji dulu sebelumnya dengan nge-whatsapp ortunya, misal hari ini boleh gak si anak kamu main ke rumah saya.

Kalau jadi main bareng, diarrange deh, gimana cara ke rumah yang bersangkutan, jam berapa jemputnya. Kalau pertama kali main bareng, kita bisa mensyen kalau nanti anak saya makan di rumah kamu, anak saya gak makan daging ya dan gak makan permen yang ada gelatine-nya. Mereka respect kok. Walaupun seringnya emang gak dikasih makan (berat) sih, paling snack-snack atau cookies.

Kenapa bisa gampang main bareng gitu pas pulang sekolah? Soalnya rata-rata jarak rumah anak-anak dan sekolah gak terlalu jauh, masih bisa dijangkau dengan sepeda. Kalaupun jauh gak lebay banget kayak sekolah di Indo (contoh saya sekolah di SD tengah kota Bandung dekat kebon kelapa, rumah saya di Kopo, ya kan ribet ya mo janjian main bareng temen kalau si temennya rumahnya di Cimahi. Bisa habis waktu di jalan). Durasi bermain paling 2-3 jam. Misal pulang sekolah jam 14, main di rumah teman sampai dijemput lagi jam 16, 16.30, atau 17. Simpel kan. Keunggulannya main bareng ini tentunya biar anak ada aktivitas di rumah, daripada nonton atau minta main gagdet. Kalau main sama temen pasti ada aja yang dikerjain. Ini juga bikin ortu di rumahnya ga rempong nemenin anak main, jadi bisa disambi kerja yang lain. Terus biasanya suka gantian gitu, kalau hari ini main di rumah si A, besok-besok kita yang jadi host buat si A main ke rumah. Saling menawarkan dan gantian gitu. Dan ga selalu sama satu anak, kadang mainnya gantian-gantian sama si B, C, D. Atau kalau udah agak gede kayak Runa, bisa mainnya tiga anak sekaligus di rumah. Kan mereka gak harus banget didampingi terus.

Kalau jaman saya dulu mah kan temen sekolah ya di sekolah, temen di rumah ya anak tetangga. Kalau mau main ke rumah, manggil aja di depan pager, “Euiiss… main yuk!”. Kalau di sini kadang tetangga ga selalu ada yang seumuran. Tapi kalau teman sekolah bisa diajak main ke rumah, karena aksesibilitasnya tadi yang mendukung.

Feestje (birthday party)

Feestje atau pesta ulang tahun gak selalu ada, tapi kalau ada pasti seru. Tentunya gak seheboh perayaan pesta ultah anak di Indo sih, yang hiasannya pake balon-balon lengkap, kue taart gede, dan bahkan ada yang nyewa gedung plus event organizer nya segala. Anak yang diundang juga banyak, satu kelas plus sama guru-guru dan ortunya sekalian! Tapi di Belanda beda banget. Pesta ultah anak biasanya simpel, lebih intimate karena yang diundang gak semua anak sekelas (biasanya yang teman dekat aja), dan gak ada hiasan heboh segala.

Awalnya aneh juga, ini yang diundang masa cuma lima orang? Emang temen yang lain gak apa-apa kalau tahu dia gak diundang ke feeste? Tapi ternyata anak-anak ini biasa aja tuh. Ya mereka mah cuek dan ga baper, emang kalau gak gitu deket ya gak diundang. Runa juga pernah diundang ke feeste satu temannya, dan tidak ke teman yang lainnya. Dan Runa juga merasa biasa. Kalau di Indo udah piomongeun meureun (Sunda: jadi bahan omongan). Undangannya biasanya dikasih ke si anak sepulang sekolah (pake kartu: foto dibawah). Ada juga sekolah ada yang menganjurkan untuk ngasih kartu undangannya sepulang sekolah, gak pas di kelas, untuk menjaga perasaan anak lainnya. Lucu ya, meski anak-anak gak baper, tapi sekolah memahami juga barangkali ada yang merasa gak enak. Cara mengundang lainnya bisa langsung melalui whatsapp ke orang tuanya. Cuma kalau pakai kartu undangan mungkin rasanya lebih excited ya untuk si anak yang diundang.

Ada beberapa pilihan ketika melangsungkan feestje. Salah satunya yang paling sering jadi pilihan adalah tempat bermain indoor, ada serodotan, lompat-lompatan, kolam bola, panjat-panjatan, dll. Anak-anak bisa bebas main di sana. Di sana juga ada tempat makannya. Biasanya makannya juga simple, cuma kentang goreng dan chips (keripik). Habis makan lalu nyanyi-nyanyi dan buka kado. Pulangnya dikasih bingkisan sederhana isinya permen dan cemilan lainnya. Pilihan ini cocok untuk anak-anak usia 4-10 tahun. Oiya ketika feestje ini, anak-anak ini gak ditemenin ortunya lho. Jadi cuma diantar dan dijemput aja.

Di Monkey Town, sumber gambar: https://www.monkeytown.eu/nl/spijkenisse/home
Undangan ultah temannya Senja di Monkey Town. Yang diundang di kelasnya kalau gak salah ada enam orang

Pilihan simpel lainnya bisa juga melangsungkan di rumah. Karena irit dong, haha! Juga gak ribet di tempat lain, kita bisa solat di rumah, ke WC sendiri juga. Ribetnya paling harus niat menyiapkan acara sendiri. Waktu ultah Runa dan Senja, kami sempat mengundang teman-temannya ke rumah. Agendanya sederhana aja: crafting, baking/cooking, main tebak gambar, main tebak gerakan, teka-teki di dalam balon (balonnya dipecahin dulu), nyumputin kado terus buka kado bersama, dan makan bersama. Makannya simpel aja, yaitu hasil yang tadi dibaking/cooking, taart, buah (biar sehat kan), chips/popcorn, dan sirup.

Ultah Senja bersama teman-temannya. Ada enam orang yang diajak Senja. Kita bikin cookies bersama
Hasil cookies yang dibikin, haha. Berantakan tapi yang penting seru.

Untuk anak-anak usia >7 tahun, biasanya ortunya suka lebih kreatif untuk mengadakan acara ultah. Sahabat dekat Runa pernah mengadakan acara ultahnya di kolam renang, cuma main air bareng aja dan makan kentang goreng. Pernah juga main ke pantai (waktu summer ya), pernah ada yang ngajak main bowling, nonton bioskop, ke tempat kreativitas dan percobaan (namanya De Jonge Onderzoekers/Young Researchers). Ada juga yang menyewa gymzaal (aula tempat gymnastik) dan main dengan alat-alatnya di sana (foto di bawah)

Feestje temannya Senja. Seru main dengan tali, loncat-loncat, keseimbangan, hula hup. Ortunya ini yang menyiapkan susunan acara.

Jadi gak perlu merogoh banyak duit untuk ultah, asal anak-anak senang aja. Yaa, tetap sih ngemodal kalau mau nyewa tempat dan bikin ini-itu. Dan pastinya effort kalau di bikin acara di rumah. Gak apa-apa sekali setahun ini.

Ternyata baru tiga poin udah panjang yak. Kalau gitu saya lanjut ke postingan selanjutnya aja ya, biar gak kepanjangan. Sampai jumpa di part 2. Semoga bermanfaat!

Advertisement

1 thought on “Yang Unik Mengenai Kebiasaan Anak di Sekolah Belanda (1)”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s