Salahnya kalau menunda-nunda suatu pekerjaan, malah akhirnya gak jadi-jadi. Tadinya saya mau menuliskan secara lengkap seluruh catatan haji dari Belanda 1437 Hijriyah, tahun 2016 silam di blog.
Sebab:
- Tentu untuk reminder saya sendiri
- Untuk memudahkan rekan-rekan yang ingin berhaji dari Belanda
Awalnya saya cukup rutin menulisnya, sampai akhirnya beberapa tulisan tertunda. Lama-lama saya malas memulainya lagi. Dan sekarang sudah mau dua tahun menuju Haji 2018.
Alhamdulillah tahun 2017 kemarin, jumlah jamaah haji (orang Indonesia) dari Belanda semakin meningkat. Beberapa sahabat saya pun sudah menunaikannya, dengan segala perjuangannya. Ada yang menitipkan anaknya pada orang tua di Indonesia, seperti saya dulu. Ada yang membawa orang tua, adik, atau tantenya ke sini untuk mengasuh anaknya. Dan macam-macam kisahnya, Masya Allah.
Tahun 2018 ini, Masya Allah calon jamaah haji dari Belanda semakin banyak. Mungkin setelah mengetahui dan mendengar cerita dari rekan-rekan yang sudah menunaikan haji sebelumnya, orang-orang makin yakin bahwa menunaikan haji dari Belanda itu sangat mungkin dan Insya Allah mudah, mengapa?
- Tidak perlu mengantri
- Biaya yang dikeluarkan hampir setara dengan biaya haji regular (ONH) Indonesia
- Waktu yang dihabiskan saat menunaikan haji tidak selama jika berangkat di Indonesia. Maksimal 3 minggu waktu yang harus disediakan. Cukup dong dengan mengambil cuti dari kerja
- Jarak dari Belanda ke Arab Saudi lebih dekat
- Proses pengurusan tidak terlalu ribet
Paling yang menjadi concern utama (terutama bagi yang sudah berkeluarga) adalah urusan anak. Apakah anak mau dibawa, ditinggal, atau mengangkut keluarga dari Indonesia untuk membantu menjaga anak? Urusan perlengkapan dan persiapan haji Insya Allah tidak sulit.
Tahun ini banyak rekan saya yang berniat haji, dengan segala lika-likunya. Mendengarnya saja saya jadi terharu. Ada yang ingin membawa bayi ke tanah suci, ada yang ingin membawa dua anaknya juga, ada yang harus mengimpor orang tua dan mertuanya ke sini, ada yang di injury time baru merasa bisa berangkat sebab ternyata ada rezeki berlebih, lalu berpikir kapan lagi momennya? Masya Allah. Semoga dimudahkan, semoga dikuatkan, semoga ada jalannya, aamiin.
Ada rekan-rekan yang bertanya bagaimana pengalaman saya dan suami dulu. Itulah lemahnya manusia yang mudah lupa, kadang saya lupa bagaimana urutan kejadian di sana dan prosesi lengkapnya. Itulah juga kekurangan saya yang lebih bisa bercerita detail melalui tulisan daripada melalui lisan. Untung dulu saya mencatat singkat di notes hape kejadian setiap hari selama di tanah suci, hanya poin-poin saja, harus diurai dulu nih.
Nah dari situlah, tolong doakan saya pembaca yang budiman, untuk bisa melanjutkan catatan perjalanan haji ini, sebelum bulan Zulhijah datang. Agar bisa dibaca dan bermanfaat bagi yang ingin melaksanakan haji dari Belanda.