Catatan Haji 1437 Hijriyah, Pesona Madinah Al Munawarah

Raudhah -Sang Taman Surga- dan Makam Rasulullah SAW

Ada dua pesan utama yang saya ingat dari pembimbing haji kami, Pak Aziz Balbaid, mengenai ziarah ke Raudhah dan makam Rasulullah:

Satu, kalau ziarah dan berdoa untuk Rasulullah dan sahabat, hendaknya tetap menghadap kiblat, bukan menghadap makam. Ditakutkan nanti malah musyrik.

Kedua, ketika mendapat kesempatan untuk berdoa di Raudhah, berdoalah sesuai kondisi, tidak perlu memaksakan. Jangan sampai kita memaksakan sholat di tengah keramaian orang dengan risiko terinjak-injak. Ada juga rombongan jemaah haji dari salah satu ras tertentu, mereka membuat lingkaran di tengah-tengah karpet hijau Raudhah. Lalu di antara mereka bergantian shalat di dalam lingkaran, sedang yang lain berjaga supaya tidak ada yang lewat di depan teman yang sholat tersebut. Tapi itu kan mengganggu orang lain yang juga akan melewati Raudhah. Apalagi jamaah yang ke Raudhah itu banyak, sedangkan Raudhah tidak terlalu luas. Akhirnya malah mendzalimi orang lain yang lain.

Poin pertama saya mengerti dengan baik. Poin kedua, saya agak bingung, maksudnya gimana sih? gak kebayang. Memang saya baru mengerti maksud dari Pak Aziz itu setelah saya menginjakkan kaki saya ke Raudhah.

Continue reading “Raudhah -Sang Taman Surga- dan Makam Rasulullah SAW”

Catatan Haji 1437 Hijriyah, Pesona Madinah Al Munawarah

Keutamaan Madinah Al Mukarammah

Banyak sekali keutamaan Madinah sehingga dijadikan kota suci yang diharamkan selain muslim masuk ke dalamnya. Jika kita mengetahui keutamaan sesuatu, niscaya kita akan semakin mencintainya. Begitu juga jika kita mengetahui apa saja keutamaan kota Madinah.

1. Rasulullah banyak mendoakan Madinah

Madinah adalah kota yang penuh dengan keberkahan. Sampai Rasulullah SAW berdoa agar dapat mencintai Madinah seperti Mekah, atau lebih dari itu.

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata, “Kami tiba di Madinah, kota tersebut adalah tempat bersarangnya penyakit. Lalu Rasulullah SAW berdoa: “Ya Allah, jadikanlah kami cinta kepada Madinah sebagaimana Engkau berikan kecintaa pada Mekah, atau lebih dari itu. Bersihkanlah lingkungannya, berkatilah kepada kami dalam makanan dan bekalnya, dan gantilah wabah penyakitnya dengan juhfah.” (Shaih Bukhari, Shahih Muslim).

2. Dajjal tidak akan Masuk ke Madinah

Di akhir zaman, akan muncul Dajjal, yang akan menyebarkan fitnah dan kemungkaran. Namun, hanya ada dua kota yang tidak akan bisa dimasuki oleh Dajjal, yaitu Mekah dan Madinah. Malaikat senantiasa menjaga kesucian kedua tempat tersebut.

Dari Anas bin Malik RA, Nabi SAW bersabda, “Tidak ada suatu negeri pun yang tidak akan dimasuki Dajjal kecuali Mekah dan Madinah, kerana tidak ada satu pintu masuk pun dari pintu-pintu gerbangnya kecuali ada para malaikat yang berbaris menjaganya. Kemudian Madinah akan bergoncang sebanyak tiga kali sehingga Allah mengeluarkan orang-orang kafir dan munafik daripadanya” (Shahih Bukhari)

3. Keutamaan meninggal di Madinah

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mampu untuk mati di Madinah maka lakukanlah. Sesungguhnya aku akan bersaksi bagi mereka.” (Ibn Majah 3112)

4. Madinah dekat dengan keimanan

Madinah juga disebut dengan kota iman. Penduduk Madinah adalah orang-orang Anshar yang menyambut Rasulullah dan kaum Muhajirin

Kota ini disebut juga kota iman, karena penduduknya adalah orang-orang yang mau menerima ajakan untuk beriman kepada Allah SWT. Penduduk madiahlah yang menerima dan melindungi orang-orang mukmin dari kejahatan-kejahatan orang kafir ketika mereka hijrah ke madinah. sebagaimana firman Allah SWT. Dalam al-Qur’an surat al-Hasyr; 9 :

“dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung.”

5. Tempat Rasullullah SAW hijrah, tinggal, dan wafat.

Rasulullah SAW hijrah di tahun ke-14 kenabian bersama para sahabat. Hijrah yang bertahap dan tentunya menguras harta, fisik, dan mental. Rasulullah SAW menetap di Madinah selama 10 tahun. Membangun Masjid Nabawi, membangun peradaban dan pemerintahan umat muslim, serta mengatur kehidupan beragama yang harmonis di dalamnya. Di Madinah pula Rasulullah menyusun rencana perang, melakukan peperangan, sampai kehilangan banyak sahabat di medan perang. Madinah menjadi tempat berpijak bagi dien Allah yang kemudian berkembang sampai ke seluruh Jaziarah Arab, daratan Eropa dan Afrika, sampai seluruh dunia. Di Madinah pula Rasulullah wafat. Dimakamkan di dekat rumahnya, yang saat ini sudah menjadi bagian dari masjid Nabawi. Rasulullah SAW dimakamkan di bersebelahan dengan Abu Bakar RA dan Umar bin Khattan RA.

Sebenarnya masih banyak lagi keutamaan Madinah. Tidak perlu disebutkan satu-persatu pun Madinah sudah memancarkan keutamannya sendiri. Rindu sekali dengan suasana Madinah dan Masjid Nabawi-nya.. Semoga masih ada kesempatan untuk ke sana atau bahkan menetap di sana. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin

Catatan Haji 1437 Hijriyah, Pesona Madinah Al Munawarah

Madinah yang Penuh Kedamaian

Sejak pertama kali saya menjejakkan kaki di Madinah dan melihat Masjid Nabawi, saya langsung terpukau. Tidak henti-hentinya mengucapkan Subhanallah dan Masya Allah. Ini lho Kota Nabi, kota suci tempat hijrah Rasulullah SAW. Tempat di mana Rasulullah SAW meletakkan dasar-dasar pemerintahan Islam dan membangun masyarakat madani. Setiap sudut Kota Madinah sepertinya memancarkan kedamaian. Meskipun hawa panas luar biasa terasa (ya iya atuh daerah gurun), saat kami ke sana masih dalam musim panas.

Mayoritas muslimin yang melaksanakan ibadah haji dan umroh ke tanah suci Mekah pasti akan menyempatkan diri untuk mengunjungi Madinah, berziarah dan beribadah di Masjid Nabawi. Meskipun ziarah dan ibadah di Masjid Nabawi bukan termasuk rukun dan syarat sah haji dan umroh. Seperti rombongan haji reguler dari Indonesia biasanya akan menghabiskan waktu sekitar 8 hari di Madinah, untuk mengejar shalat arba’in (shalat 40 waktu), meskipun menurut sumber yang saya baca haditsnya dhaif, tapi poin pentingnya maksudnya beribadahnya tho. Rombongan kami Euromuslim dari Belanda menghabiskan 5 hari 4 malam di Madinah. Lalu setelahnya baru melaksanakan umroh dan haji di Mekah. Opsi yang menurut saya cukup baik karena kami bisa menikmati Madinah dulu sebelum melakukan prosesi haji yang cukup melelahkan.

Kalau sekarang setiap melihat foto-foto Masjid Nabawi, membaca Sirah Nabawiyah saat Rasulullah SAW di Madinah, terbayang-bayang suasana di sana. Ingin rasanya bisa menghabiskan hidup di Kota Suci tersebut. Mimpi gitu ya bisa kuliah di University of Madinah. Mimpi dulu mah gapapalah ya..

Banyak sekali spot-spot yang menarik di Madinah, utamanya tentu Masjid Nabawi yang terletak sangat strategis di tengah-tengah Madinah.

Madinah Al Munawwarah

Saat Rasulullah SAW hijrah di tahun ke-14 kenabian, Madinah masih bernama Yastrib. Dalam piagam Madinah yang dibuat Rasulullah SAW, nama Madinah belum muncul. Yastrib-lah yang masih tercantum di dalamnya. Rasulullah  SAW mengganti Yastrib menjadi Madinah karena arti kata Yastrib sendiri yang kurang baik. Yastrib berasal dari kata tatsrib (celaan/makian) atau tsarab (hancur). Maka Rasulullah SAW menggantinya dengan nama Madinah (Ibnu Hisyam dan Ibnu Majah) (1). Madinah pun terkenal sebagai Madinatun Nabi (Kota Sang Nabi) dan Madinah Al Munawarah yang artinya kota yang bercahaya. Selain itu Madinah juga memiliki nama thabah (yang baik) atau thayyibah (yang suci) (2). Continue reading “Madinah yang Penuh Kedamaian”

Catatan Haji 1437 Hijriyah, Pesona Madinah Al Munawarah

Masjid Nabawi, Pilar Kota Madinah

Madinah di awal bulan September, di penghujung musim panas. Hawa panas sangat menyengat siang itu, mencapai 48 derajat celcius. Mustahil rasanya berjalan di bawah teriknya matahari tanpa pelindung kepala atau tanpa memicingkan mata karena silau. Topi, sorban, maupun kacamata hitam selalu menemani langkah kami menantang panasnya Madinah. Kami yang biasanya hanya merasakan maksimal 30 derajat celcius di daratan Belanda tentu merasa kelabakan. Bahkan, panasnya tanah ini melebihi teriknya Jakarta di siang hari. Dengan cepat kami melangkah menuju Sang Pilar Kota Madinah, Masjid Nabawi, untuk melaksanakan shalat zuhur. Dari jauh kami sudah ingin merasakan sejuknya lantai mesjid dan terpaan AC. Tapi ternyata kami masih harus bersaing dengan jamaah lain untuk mendapatkan tempat di dalam mesjid, jika tidak ingin shalat di pelataran mesjid.

Kami tiba di Madinah seminggu sebelum prosesi Haji, Kebetulan pada saat-saat itu banyak jamaah haji yang sudah berangkat ke Mekah untuk persiapan haji, terutama jemaah haji ONH dari Indonesia, semuanya sudah berada di Mekah. Hanya tersisa beberapa jamaah dari Afrika, BIP (Bangladesh, India, Pakistan), Turki, dan Eropa. Kata Pak Said, pemimpin rombongan kami, Madinah pada saat itu termasuk sepi. Meskipun Mesjid Nabawi selalu ramai diisi oleh Jemaah. Kami harus tetap datang ke Mesjid jauh jauh sebelum adzan berkumandang jika ingin mendapatkan posisi strategis.

Ah Masjid Nabawi, setiap saya mengingatnya, rasanya masih terbayang kesan yang begitu kuat, begitu tenang, begitu syahdu di setiap tempatnya, pelatarannya, pintu besarnya, raudhah, makam Rasulullah, payung-payung indahnya, kubahnya, suara merdu adzannya, tentramnya shalat berjamaah di sana. Masya Allah, semoga kami masih diberi kesempatan untuk berkunjung ke Masjid Rasulullah tersebut. Aamiin.

Siang hari di Madinah
Menjelang siang hari di Madinah. Pemandangan dari depan gerbang Masjid Nabawi

Continue reading “Masjid Nabawi, Pilar Kota Madinah”