Alhamdulillah, akhirnyaa beres juga submit naskah untuk ikut event Gramedia Writing Project (GWP2020), The Writer’s Show. Ini naskah fiksi saya yang selesai pertama kalinya lho, *prokprokprok. Sejak zaman saya masih belum baligh, saya udah punya cita-cita pingin bikin buku, hihi.. Dulu pikiran saya bikin buku itu sama dengan bikin cerita fiksi, mungkin karena bacaan saya dulu banyakan cerita-cerita ya. Fast forward setelah saya punya menikah, punya anak, merantau jauh-jauh, baru bisa bikin buku sendiri, Alhamdulillah. Buku pertama yang bisa saya kelarin, buku nonfiksi, semacam jurnal, catatan hati, baca Groningen Mom’s Journal. Menurut pengalaman saya, membuat tulisan nonfiksi rasanya lebih mudah, entah mengapa. Ketika menulis fiksi, kreativitas dan imajinasi saya rasanya dituntut lebih keras.
Udah berapa kali saya nyobain bikin novel, idenya selalu ganti-ganti terus, dan ujungnya gak pernah selesai. Sedih sih. Draft-draft cerpen dan novel saya teronggok gitu aja di laptop, sampai laptop saya yang zaman zebot itu rukzak, dan lenyap semua. Tapi ya sayang gak sayang, soalnya naskahnya gak beres juga. Saya selalu gak pede dengan tulisan fiksi saya. Setelah lama, pake banget, akhirnya ada juga naskah novel yang bisa saya selesaikan melalui event GWP2020 ini.
Tujuan saya ikutan GWP2020 sebenarnya sih gak muluk-muluk. Cuma pingin naskah rampung. Di awal pendaftaran di bulan Juni, kan cuma disuruh upload 3 bab. Dipaksainnn, akhirnya bisa juga upload 5 bab, hihi. Ketika dulu saya masih muda belia dan manis manja, saya pinginnya bikin novel cinta-cintaan gitu, wkwkwk.. tapi tentunya saya tuh takut melanggar batas-batas tertentu, entah gimana, saya selalu merasa punya border sendiri dalam nulis fiksi. Mungkin batasan-batasan tersebut yang membuat saya terus urung menyelesaikan tulisan fiksi saya. Sampai saya pernah mengikuti kelas tausiyah dari Habiburrahman El-Shirazy di bulan Ramadan lalu, saya akhirnya menancapkan dalam hati tujuan saya menulis novel. Waktu itu saya bertanya via kolom chat pada beliau, intinya bagaimana menulis novel yang tetap dalam jalur-jalur Islam, yang selaras dengan aturan agama. Beliau berkata, ini pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Itu kembali lagi dari apa tujuan Anda menulis cerita tersebut. Hakikatnya menulis cerita itu bisa jadi ladang dakwah dan amal jariyah. Baiklah, bismillah.
Kalau begitu menulis nonfiksi dan fiksi gak ada bedanya untuk saya, tujuan saya tetap sama. Tujuan nulis saya yang cetek itu untuk hobi dan kesehatan mental. Tingkatan selanjutnya untuk menyimpan kenangan dan berbagi dengan orang lain, supaya bisa mengambil hikmah dan informasi dari cerita saya. Yang paling tinggi adalah untuk dakwah. Hanya ketika saya nulis nonfiksi semuanya lebih jelas dan terarah. Ketika saya nulis fiksi, semuanya lebih ribet, hehe. Bisa juga karena saya gak terlatih. Dakwah dalam fiksi, berat cuy. Ilmu agama saya aja masih cetek, tapi sisi baiknya, saya jadi malah ingin terus memperdalam Ilmu Islam. Asma Nadia juga pernah sharing bahwa saat dia nulis fiksi pun tujuannya ya untuk dakwah, Masya Allah.
Ustadz Nouman Ali Khan pernah memberi nasihat kurang lebih begini yang saya ingat, kalau bisa kita menamatkan atau membaca sirah nabaiwyah dua kali dalam setahun. Kenapa? Perjalanan manusia paling mulia ini menjadi pelajaran bagi kita, dan tidak akan habis ibrah yang bisa diambil dari sirah ini. Tentu juga ga akan habis-habis kisahnya, kadang kita juga lupa, bisa jadi pengingat lagi. Mungkin tahun ini baca sirah terbitan A dan B, tahun depan bisa dari nonton youtube mengenai ceramah sirah, dll.
Target ini selalu saya tulis tiap tahun (setidaknya dua tahun belakangan ini), walaupun kadang skip. Dengan menulis ini, saya ingin mengazamkan lagi pada diri saya sendiri untuk menjadikan ini agenda reguler tiap tahun.
Ramadan kali ini, saya ingin membaca kembali Sirah Nabawiyag terbitan Magfirah (gambar buku di bawah). Saya mendapatkan rekomendasi yang bagus mengenai buku ini dari kawan. Ternyata benar, isinya enak dibaca, seperti membaca cerita, tidak membosankan, cukup detail, lengkap dari awal mula sejarah bangsa Arab hingga Rasulullah wafat. Niat banget ini buku seberat 1 kilo lebih saya boyong di koper sampai ke negeri Walanda.
Saya sudah pernah baca sekali, lalu saya banyak skip di bagian perang, kecuali perang-perang utama seperti Badar, Uhud, dan Khandaq. Ternyata Rasulullah dulu mengadakan banyak ekspedisi ke beberapa wilayah di Arab, dengan maksud menyebarkan dan memperlebar wilayah Islam. Di bagian ini cukup bikin saya bosan, lalu akhirnya gak selesai deh bukunya.
Kali ini, saya mengulang lagi bacanya dari awal. Benar saja kata Ust. Nouman, manusia itu sering lupa, pas baca lagi dari awal, saya sadar banyak yang udah menguap dari kepala saya mengenai kisah Rasulullah. Makanya saya membaca lagi dengan penuh semangat. Ditambah juga kami sekeluarga sedang mengikuti Omar the Series, terbitan Qatar TV. Menyimak kisah Umar bin Khattab sambil membaca Sirah ini terasa jadi saling relevan dan nyambung semuanya. Jadi lebih tergambar apa yang diceritakan di buku ini.
Insya Allah saya akan meneruskan membaca sirah lagi. Menggali lebih banyak manfaat dan pelajaran di dalamnya. Kalau ada rekomendasi buku sirah atau ceramah ustadz, boleh dishare ke saya.
(OL): “Yes, we went to Bali for vacation. It was the best place we ever visited!”
Percakapan di atas sudah beberapa kali terjadi pada saya ketika saya berbicara dengan beberapa orang Belanda, di antaranya kolega di kampus, huisart (dokter keluarga) yang memeriksa anak saya, pasangan muda yang membeli stroller kami, oma-opa yang tinggal di apartmen kami, dan masih banyak lagi. Mata mereka berbinar-binar ketika menyebutkan kata ‘Bali’. Siapa yang tidak? Bagi kami yang orang Indonesia asli saja Bali merupakan pilihan wisata utama, apalagi bagi orang Belanda yang tidak pernah melihat Maha Karya Tuhan yang seindah ini? Maklumlah kondisi alam Belanda memang cenderung datar dan kaku. Sekaku orang Belanda pada umumnya, hehe. Tidak ada lekuk liku dari gunung dan lembah, dan tidak ada pantai dengan pemandangan sunset/sunrise yang cantik. Pantas saja orang Belanda begitu sampai di Bali merasa begitu takjub. Mereka selalu berkomentar, best destination ever! Ya iyalah, Bukan cuma alamnya yang bisa dinikmati, tetapi juga keberadaan cuaca tropis plus angin sepoi-sepoi yang membuai, plus kuliner yang kaya.
Ngomongin Bali memang selalu bikin mellow, bawaannya jadi ingin liburan aja … Soalnya di Belanda sudah mulai mendekati libur panjang musim dingin. Biasanya sebagian besar orang di sini sudah merencanakan libur panjang untuk menghabiskan natal dan tahun baru, sekalian escape winter, menghindari udara dingin yang menggigit dan langit yang senantiasa berwarna kelabu sepanjang hari.
Merencanakan libur ke Bali memang bukan kemewahan yang bisa direncanakan oleh setiap orang. Namun, Bali selalu menjadi wishlist hampir semua orang.
Saya sudah tiga kali mengunjungi Bali, Alhamdulillah. Pertama waktu berlibur bareng Mama dan Kakak (sekitar tahun 2005 mungkin, waktu saya SMA, agak lupa). Yang kedua, waktu babymoon anak pertama, tahun 2012, pas kebetulan suami ada dinas dari kantornya juga. Dan yang ketiga, waktu babymoon anak kedua, tahun 2017. Waduh ternyata dua kali pas saya sedang hamil ternyata, padahal gak direncanakan khusus untuk babymoon sih. Tempat yang saya kunjungi beda-beda di tiga kali liburan tersebut, tapi tentu saja semuanya berkesan.
Garuda Wisnu Kencana (GWK)
Sepertinya GWK adalah tempat yang saya kunjungi setiap saya ke Bali. Bukan karena ini tempat wisata favorit saya sih, murni karena ada di dalam list tour yang saya ikuti. Saya juga gak terlalu menikmati melihat hasil karya seni berupa patung. Aslinya saya juga sebenarnya gak terlalu mengerti apa sih GWK itu? Kenapa begitu populer ya? Yang saya ingat ada patung kepala-badan orang yang gede banget dan patung kepala burung. Waktu tahun 2017 saya ke sana, saya baru ngeh, ternyata patung sepotong badan itu belum selesai. Potongan bagian patung yang lain sudah ada dan akan digabungkan. Jadi patung itu akan berdiri kokoh setinggi hampir 120 meter. Desain jadinya adalah patung Dewa Wisnu (dalam agama Hindu) yang sedang menaiki Garuda. Ohhh.. pantesan namanya Garuda Wisnu Kencana … ya ampuun, baru tahu … kemana ajaa? Tapi memang pembangunan GWK sendiri sudah memakan waktu 28 tahun lebih. Hampir seumur saya dong, jadi, dimaafkanlah ya ketidaktahuan saya.
Salah satu spot di kawasan GWK Cultural Park, yang luasnya sampai 60 hektar
Pura Uluwatu
Menurut saya, Pura Luhur Uluwatu adalah salah satu pusat wisata yang unik, perpaduan dari karya seni manusia dan lukisan alam Allah. Mungkin tadinya pura ini dibangun memang untuk beribadah karena lokasinya yang memberikan suasana sakral. Pura ini terletak di bukit karang dengan ketinggian hampir 100 meter dari permukaan laut. Dinamakan Uluwatu sebab lokasi pura ini berada di atas tebing karang (Uluwatu = puncak batu karang; Sanksekerta).
Yang menarik perhatian saya bukan pura-nya, tetapi dahsyatnya hamparan Samudera Hindia dengan anak-anak ombaknya yang menghantam kaki tebing. Ditambah dengan pemandangan rona matahari terbenam yang cantik. Saat saya ke sana, kebetulan sudah mau masuk waktu sunset. Suami langsung sibuk dengan kameranya merekam lukisan alam yang tidak akan kami temui di Belanda. Masya Allah.
Oiya, ada dua hal lagi yang unik di Uluwatu. Pertama adalah keberadaan monyet atau kera yang cukup banyak, dari jalan masuk sampai masuk pintu utama pura, Di sekitar sana ada hutan rimbun, yang merupakan habitat para kera ini. Kera-kera ini agak iseng lho, hati-hati saja. Beberapa pemandu atau staf di Uluwatu meningatkan agar kita tidak memegang atau menggantungkan barang-barang (berharga) di tangan dan di badan, seperti kalung, kacamata kamera, handphone, dll. Bisa-bisa kera akan mengambilnya secara tiba-tiba dari tangan kita. Bahkan saya terpaksa melepas kacamata minus saya, daripada dicuri oleh si Kera.
Hal lain yang menarik adalah adanya pertunjukan Tari Kecak di Uluwatu. Kami mendapatkan selebaran untuk menonton pentas, yang akan dimulai setelah matahari terbenam, sekitar pukul 18-19. Saya ingin sekali menontonnya, terbayang suara “cak,cak, cak” bersahut-sahutan dari sekitar 50-100 penari. Tapi sayangnya, kondisi waktu itu tidak memungkinkan, jadi kesempatan tersebut kami lewatkan deh.
Pemandangan di Uluwatu menjelang sunset
Pantai Seminyak
Dari sekian banyak pantai di Bali, pantai ini merupakan salah satu favorit saya. Pantai ini terletak di sebelah utara Pantai Kuta. Tapi pantai ini tidak seramai dan sepadat Kuta, jadi kesannya lebih eksklusif. Di sepanjang Pantai Seminyak, ada tempat duduk plus payung besar yang disewakan untuk wisatawan. Saya lupa tarifnya, tapi bisa disewa misal sampai setengah hari atau beberapa jam.
Banyak aktivitas yang bisa dilakukan di Pantai Seminyak, berenang, berselancar, berjemur (khususnya buat para bule, kita mah udah cukup menikmati banyak sinar matahari), dan tentunya menikmati matahari terbenam.
Pemandangan sunset di Seminyak
Satu hal yang penting ketika liburan di Bali tentu mencari penginapan yang cocok dan pastinya harganya juga pas. Tiga kali ke Bali, saya menginap di beberapa tempat berbeda. Pernah di hotal kelas Melati, di hotel berbintang, maupun di villa (suami nyari di airbnb). Saya paling terkesan ketika menginap di villa (soalnya ramai-ramai juga dengan tante dan sepupu). Memang ada beberapa pilihan tempat menginap di Bali, mencari villa murah di Bali memang takes time, tapi demi liburan yang nyaman, effort dikit gak masalah dong. Salah satu pilihan untuk mencari penginapan di Bali, baik hotel maupun villa, bisa dilakukan di Pegipegi. Fitur pencarian di Pegipegi sangat user friendly. Kamu bisa mencari lokasi mana yang kamu inginkan, tipe penginapan yang seperti apa (hotel, villa, guest house, bungalow, dst), tarif yang sesuai kantong, sampai fasilitas apa saja yang kamu inginkan di penginapan tersebut. Misal kalau saya sih mencari hotel atau villa yang sudah include dengan kolam renang, soalnya anak-anak pasti happy banget. Nah, cuma klik-klik aja bisa deh nemu penginapan mana yang sesuai, mudah dan nyaman!
Di antara banyak tempat wisata di Indonesia, kebun binatang adalah salah satu pilihan yang paling disukai oleh keluarga. Di tempat ini, semua anggota keluarga bisa menikmati waktu liburan dengan seru. Anak-anak bahagia karena bisa melihat hewan-hewan dan mengenal mereka dari dekat, orangtua pun menambah pengalaman dan pengetahuan dengan petualangan di kebun binatang.
Di antara banyak kebun binatang di Indonesia, beberapa tempat wisata berikut ini adalah yang paling ngehits di negeri ini. Coba cek, mana yang belum pernah kamu kunjungi?
Kebun Binatang Ragunan
sumber: @ragunanzoo
Kebun binatang ini menjadi salah satu ikon Jakarta, dan menjadi lokasi paling menyenangkan di ibukota Indonesia. Di tengah hiruk pikuk Jakarta yang padat dengan bangunan bertingkat, Ragunan adalah tempat berteduh dan menikmati udara segar dari pepohonan yang ada di dalamnya.
Ragunan juga memiliki koleksi hewan yang lengkap dari Indonesia dan berbagai negara di dunia. Dengan jarak yang dekat, kamu dan keluarga sudah bisa seru-seruan di kebun binatang yang jadi rekomendasi Traveloka Aktivitas & Rekreasi ini.
Taman Safari
sumber: @twindyrarasati
Sedikit menjauh dari Ibukota, ada Taman Safari di Bogor yang super seru! Kalau di kebun binatang biasa hewan-hewannya bisa dilihat dari luar kandang, di Taman Safari kamu bisa berinteraksi langsung dengan hewan-hewan yang dibiarkan berjalan di alam terbuka.
Dengan mengendarai mobil atau bus, kehidupan hewan-hewan di Taman Safari nampak seperti sedang berada di habitat aslinya. Selain itu, Taman Safari juga memiliki alam yang hijau segar, lengkap dengan wahana permainan yang pasti membuat anak-anak gembira.
Taman Safari Prigen
sumber: @tamansafariprigen
Tidak hanya Bogor yang memiliki Taman Safari, kawasaan Prigen di Jawa Timur juga memiliki Taman Safari II yang tak kalah serunya. Terletak di kaki gunung, pemandangan di Taman Safari II sangat indah. Koleksi hewannya pun sama lengkap dengan Taman Safari Bogor, cocok buat dikunjungi bareng keluarga.
Kebun Binatang Surabaya
sumber: @anton_bois
Tempat wisata yang lebih dikenal dengan nama Bonbin Surabaya ini menjadi salah satu kebun binatang tertua di Indonesia. Dibangun sejak puluhan tahun yang lalu, hingga kini Bonbin masih jadi junjungan wisata keluarga di Kota Pahlawan itu.
Sekarang, Bonbin tidak hanya menjadi tempat melihat ratusan koleksi hewan yang berasal dari berbagai penjuru dunia. Tapi juga menjadi taman yang ramah pada manula dan anak-anak, dengan berbagai fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Batu Secret Zoo
sumber: @hanlistya
Tempat wisata yang satu ini memiliki konsep yang berbeda dari kebanyakan kebun binatang di Indonesia. Untuk menikmatinya, kamu akan digiring untuk melihat hewan-hewan yang sudah diawetkan terlebih dahulu, lengkap dengan keterangan tentang jenis dan dari mana mereka berasal. Setelah itu barulah kamu bisa masuk ke area hijau dengan hewan-hewan hidup yang bisa ditempuh dengan jalan kaki atau naik kendaraan khusus yang seru.
Selain memiliki koleksi hewan darat yang bisa dilihat secara langsung dengan konsep taman safari, tempat wisata yang satu ini juga menyuguhkan pemandangan alam bawah laut yang memukau. Berbagai jenis ikan ada disana, yang pastinya memberikan pengetahuan beda dari kebanyakan kebun binatang di Indonesia. Kalian juga bisa berburu oleh-oleh ketika travelling ke sini.
Selain beberapa kebun binatang di atas, Indonesia masih punya beberapa tempat lain yang nggak kalah seru. Seperti Kebun Binatang Bandung, Gembira Loka Yogyakarta, Kebun Binatang Pematang Siantar dan banyak tempat lainnya.
Nah, di antara yang paling ngehits, mana yang sudah pernah kamu kunjungi?
Salah satu dari banyak keuntungan yang saya dapat dari Grup One Day One Post for 99Days adalah jadi update akan buku-buku bagus yang beredar di pasaran. Banyak teteh-teteh yang bilang buku ini bagus, buku ini recommended dan lain-lain. Saya jadi ngiler juga dong. Dari situ sayapun akhirnya nge-googling bukunya dan jadi tertarik beli.
Saya beli buku online di bukabuku.com. Ini baru pertama kali saya beli di situ, sebelumnya saya beli di Gramedia online. Tapi untuk buku yang saya cari ini semuanya tidak ada di Gramedia online, heu. Kalau di Gramedia tentunya sudah punya nama besar dong ya, jadi percaya saja dengan kualitas pelayanannya, dan memang lancar kok, setiap transaksi dan pengiriman dilaporkan oleh pihak toko. Continue reading “Beli Buku Online”→
Beruntungnya ikut #ODOPfor99days, bisa ikutan kuliah whatsapp bersama A. Fuadi. Iyaa A.Fuadi yang penulis trilogi Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, dan Rantau 1 Muara. Saya suka tulisan bang Fuadi, memang mungkin gaya tulisannya bukan yang puitis atau kompleks, tapi bahasanya ngalir dan isi ceritanya menarik. Terus beliau juga masih berdarah Minang *terus kenapa?* Ngerasa satu kampuang aja, wkwk..
Makasih Teh Shanty sudah mengundang Bang Fuadi ke kelas dan memoderatori kulwapnya 🙂
Kulwapnya berlangsung pada hari Selasa 29 Maret 2016. Bertepatan pas saya lagi trip liburan Easter, hoho.. walaupun saya telat masuk kelas, karena kulwapnya pagi jam 8.30 dan waktu saya di sini (CEST) masih jam 2.30 tengah malem. Gak papa, setelah subuh saya habiskan meresapi isi kulwapnya pelan-pelan sebelum memulai aktivitas jalan-jalan hari itu. Alhamdulillah masih sempet. Continue reading “Oleh-oleh Kulwap A. Fuadi”→
Minggu lalu suami saya dikirimi link suatu site dari sahabatnya. Kemudian suami men-share-lah si link tersebut ke group whatsapp keluarga. Awalnya saya gak ngeh amat (gak ngecek juga sih) apaan sih itu. Katanya sih isinya bagus, tentang kuliah Islam, mengupas isi Al-Qur’an, sirah Rasul, hadits, berkaitan dengan history-nya juga. Saya cuma nengok sebentar si webnya. Ooh ternyata di situ ada rekaman ceramah/kuliah dari Hesham al-Awadi (gak kenal pun saya, maen ‘ooh’ aja kayak yg tau). Ya udah ga sempet denger isinya lebih lanjut. Tapi ternyata kakak ipar menanggapi dengan antusias isi kuliah tersebut. Continue reading “Kuliah Hesham Al-Awadi”→
Suatu ketika teman saya bercerita dia baru kehilangan laptopnya (langsung berjengit), “hah laptop??”
Iya terus ilangnya pas dari pesawat Ga**da dari Amsterdam ke Jakarta (langsung loncat), “HAHH??”
Inti ceritanya di hilang laptop sebenernya. Jadi si temen saya ini nyimpen semua file pentingnya di laptop (yeah, who doesn’t?) dan belum mem-back-up di manapun! Di hard disk, usb (ga muat keles), di laptop lain, atau bahkan di cloud. Semua file-file penting dia selama kuliah, foto-foto Europe trip-nya, raib. File-file kuliah dan foto-foto kaan penting.. kapan lagi punya foto-foto di Europe kan? Apalagi si temen saya pulang ke Indonesia-nya for good.
Untung teman saya sabarnya luar biasa, dia nampak santai waktu cerita (atau mungkin nangis darahnya udah lewat).
Di grup whatsapp ibu-ibu, di grup motherhood facebook, di timeline facebook, curhatan temen di sini, hampir semuanya pernah membahas: “Anak saya lagi susah makan, gimana ya caranya biar dia mau makan?” atau “Anak saya BBnya ga naik-naik udah berapa bulan, udah coba menu baru dianya tetep ga mau makan .” atau “Anak saya makannya diemut, anak saya makannya harus sambil nonton atau main, aduh gimana yaa?”
Anda gak sendiri ibu-ibu. Saya juga dulu mengalaminya, dan kayaknya hampir 85% ibu-ibu mengalami hal ini (presentase ngasal). Dari semua anak yang saya tahu, saya baru nemu satu anak yang makannya ga susah, namanya Daanish (laki-laki, 3 y.o), temennya Runa di sini. Semua yang dikasih dia makan, ga perlu disuapin, dia masukin sendiri makanan ke mulut, timun mentah aja dia lahap, ortunya kayaknya ga pernah pusing ngasih dia makan. Kelebihan anak emang beda-beda sih ya. Sampai saya bikin teori sendiri “9 dari 10 anak itu susah makan. 1 anak yang ga susah makan itu ya Daanish”
Saya mau sharing sedikit pengalaman Runa ketika MPASI (usia 6 bulan) sampai 2 tahun. Awal-awal gak terlalu susah ngasih makan Runa dan mengenalkan menu MPASI yang bervariasi. Pernah saya jadwal MPASI Runa dan pelaksanaan MPASInya. Masa-masa tersulit kayaknya waktu Runa usia 8m sampai di atas setahun. Runa tipe makannya ga diemut sih tapi dilepeh. Jadi kalau ada makanan masuk ke mulutnya, dan menurutnya ga sesuai sama maunya, ya dilepeh gitu. Saya sempet jungkir balik juga nyari resep terbaru buat Runa, nyari ide ngasih makan untuk anak susah makan, beliin kursi-meja makan dan peralatan makan lucu-lucu, dan googling ke sana ke mari. Kadang berhasil kadang enggak. Yang bikin stres adalah ketika melihat BBnya itu naik sedikit/gak naik-naik. Untungnya ga pernah turun sih.. Tapi kayaknya si kurva BB itu udah jadi momok deh buat ibu-ibu semua. Jangan sampai anaknya berada di bawah garis kemiskinan eh garis batas merah.
Sebenarnya strategi saya ga bener-bener banget. Gak mengikuti “kaidah” memberi makan anak yang benar juga. Yang harus di meja makan, yang harus duduk diam disiplin, yang harus dalam waktu 30 menit habis, yang harus fokus pada makanan (gak boleh dengan aktivitas lain). Tapi ya ibu-ibu.. teori biarlah tetap menjadi teori. Biarlah orang berkata apa, biarlah aturan begitu adanya. Saya sendiri bisa stres kalau terlalu strict sama aturan. Akhirnya saya melakukan yang sesuai keadaan saya aja. Yang penting saat itu Runa mau makan aja udah Alhamdulillah. Nanti juga anak bakal ada saatnya mau makan dengan benar sendiri. Continue reading “Problematika Semua Ibu: Anak Susah Makan”→
Jalan-jalan sambil bawa balita pasti yang kepikirannnya rempong, ribet, anak bisa cape, rewel lagi. Apalagi kalau travelling dengan durasi waktu yang panjang dan naik transportasi umum, pasti bikin kita sebagai ortu merasa harus punya persiapan yang extra lengkap demi menempuh perjalanan tersebut.
Bener sih. Saya termasuk emak yang banyak pikiran kalau jalan-jalan bawa anak. Kepikiran nanti Runa (almost 3 years old) cape terus nangis-nangis selama perjalanan, sakit, kelaperan, bosen, dan sebagainya (plus saya juga tipe yang lebih seneng ngendon di rumah daripada jalan-jalan, hoho –> pemalas detected). Padahal banyak temen saya yang punya anak lebih kecil daripada Runa kayaknya lebih santai dengan perjalanan yang jauh dan muter-muter ke beberapa kota.
Tapiii.. seiring dengan bertambahnya pengalaman sebagai ibu (tsaaahh), saya juga makin belajar kalau mau travelling sama Runa, makin persiapan, makin santai, dan makin kebiasa. Selama ini travelling terjauh Runa adalah dari Bandung-Jakarta-Amsterdam-Groningen dan sebaliknya. Itu di usia 18m dan di usia 34m. Selebihnya travelling dengan pesawat hanya 2 jam, naik mobil paling lama 4 jam, naik kereta paling lama 6 jam, dan naik bus paling lama 2 jam. Belum banyak sih jam terbangnya Runa. Tapi itu udah ditambah sambung-menyambung antar transportasi, seperti pindah kereta, dari turun pesawat harus naik kereta dan bus, plus bermalam di tempat sama sekali baru buat Runa. Alhamdulillah selama ini Runa termasuk yang kooperatif dan enjoy di jalan. Continue reading “Tips Travelling Membawa Balita”→