Sekitar tahun 2019, saya lupa kapan tepatnya, ada pembangunan infrastruktur besar-besaran di depan kampus saya, UMCG. Yang saya ingat ada baligo besar terpampang di salah satu gerbang masuk UMCG, tertulis bahwa pemerintah kota Groningen akan membangun jalur bus dan halte baru, lengkap dengan perluasan trotoar dan jalan sepeda di sekitarnya. Konstruksi ini juga berimbas pada pelataran kampus juga, yang menyatu dengan jalan. Dengan dibangunnya infrastruktur ini, diharapkan membuat pejalan kaki, penyepeda, penumpang bus, akan lebih aman dan nyaman di intersection tersebut, yang memang sangat ramai dan padat. Ditargetkan pembangunan akan selesai di tahun 2022.
Saya sendiri waktu itu berpikir (agak) skeptis, aduh pembangunan kayak gini kapan beresnya ya, mana pas masa konstruksi itu bikin jalan yang biasa saya lalui dengan sepeda jadi makin sempit dan riewuh banyak pembatas. Ada banyak pula alat berat konstruksi berseliweran, gak cantik untuk dipandang. Ditambah ada halte bus yang ditutup. Kalau saya kebetulan naik bus, saya harus jalan lebih jauh untuk mencapai halte bus lain yang terdekat. Memang betul, masa-masa pembangunan itu mungkin adalah saat “terberat” dalam rencana infrastruktur tersebut.



Sebagai orang yang melihat dari kacamata luar, saya merasa progres dari pembangunan tersebut lama juga. Sepertinya tidak terlihat kemajuan berarti, apalagi ketika pandemi. Semuanya seperti terhenti. Sampai-sampai, saya tidak sadar bahwa ada sedikit demi sedikit ada perubahan di jalan tersebut. Summer 2022, saya ternganga, setelah beberapa lama saya tidak menyambangi kampus, ternyata pembangunan tersebut diresmikan juga. Masya Allah, ternyata rencananya gak omdo (omong doang). Bahkan, saya merasakan nyaman dan enaknya hasil dari infrastruktur baru tersebut. Mahasiswa-mahasiwa yang baru datang ke Groningen di tahun ajaran ini langsung bisa menikmati kenyamanan infrastruktur tersebut, tanpa tahu sebelumnya itu jalan ruwetnya kayak apa.
Ternyata kalau dipikir-pikir, perjalanan konstruksi tersebut bisa diibaratkan perjalanan studi saya selama 4 tahun ini. Terlihat ambisius di awal, lengkap dengan rencana ini itu. Tentunya dalam pelaksanaannya, banyak compang-campingnya, ada sandungan dan tantangan berseliweran, gak cantik untuk dirasakan. Terkadang saya harus mengambil jalan memutar untuk bisa menyelesaikan satu masalah. Ketika pandemi merangsek, semuanya seperti mandek, pikiran terasa luar biasa capek. Tapi toh, dikerjakan juga, sampai akan ada saatnya studi ini bisa dinikmati, oleh saya pribadi atau oleh orang-orang lain.
Continue reading “Tentang Proses dan Hasil”