Di suatu hari yang mendung, hujan rintik-rintik, dingin menusuk, saya memulai kembali pagi saya. Masih hari yang sama dengan pekan-pekan lalu, di hari Senin. Selesai anak-anak sarapan, kami memulai aktivitas masing-masing. Rasanya berat sekali memulai hari. Saya mengumpulkan semangat dengan menarik nafas panjang.
Oke, katanya kalau harimu terasa berat, mulailah dengan pekerjaan yang paling ringan, yaitu… buka email. Shallow works lah ya, balesin email dan ngurusin yang belom-belom. Soal kerjaan utama, engg.. bentar deh kalo jarinya udah panas dikit.
Pas saya buka gmail (bukan email kantor), ada satu pesan dari yang gak saya kenal, dengan subyek email: Salam Kenal dari Indonesia.
Ternyata emailnya cukup panjang. Saya baca pelan-pelan, menikmati setiap kalimat yang tertulis. Masya Allah, ternyata email dari orang yang tidak dikenal bisa membuat semangat saya muncul kembali. Apa isinya? Si Penulis ternyata adalah pembaca buku saya, Groningen Mom’s Journal. Dia bilang bahwa waktu itu dia ke toko buku, dan gak sengaja menemukan buku saya di rak. Saat itu ia merasa dalam kondisi down dan gagal, dia tahu itu buruk, tapi dia gak punya alasan untuk bangkit. Kemudian dia membaca buku saya, dan menemukan secercah semangat untuk kembali membangun cita-citanya. Dia bahkan sudah membaca buku saya lima kali!
Sampai situ saya sudah menahan napas, apakah betul tulisan saya bisa memberikan impact besar untuk pembacanya? Sekonyong-konyong hati dialiri rasa hangat. Seperti mendapat hangat matahari di saat Groningen sedang dingin-dinginnya sekarang ini (kan lagi musim dingin).
Lalu saya teruskan lagi membaca. Dia juga mengucapkan terima kaish karena telah berbagi inspirasi dan mimpi. Ada selipan doa supaya selanjutnya saya bisa menelurkan karya yang bermanfaat lagi (Kapaaan? Doanya ya guys, semoga bulan Februari ada kabar dari penerbit untuk PO). Si Pembaca buku saya ini juga membagi sebuah link podcast, yang bisa didengar melalui spotify, yang sedang dia garap. Nama podcast-nya Librarian Syndrome. Ia membedah buku GMJ pada episode pertama podcast-nya.: https://open.spotify.com/episode/7xNmCI9X35eY8jR9od5myC?si=uNmIe0xBTeCj2izHjENqeA
Huwaa… saya terharu sekali. Sampai cirambay kalo bahasa Sunda-nya mah, berkaca-kaca. Saya tidak pernah menyangka kalau ada orang yang bisa mengambil manfaat dari tulisan saya yang sederhana. Saya sadar GMJ adalah buku solo pertama saya, tentunya masih banyak kekurangan yang ada. Saya ingat, tujuan saya menulis buku GMJ saat itu hanya ingin merangkum momen kehidupan saya di sini, dan membaginya dengan orang lain. Khususnya untuk keluarga kami kelak nanti bisa kilas balik kembali ke momen tersebut, umumnya bagi pembaca supaya bisa mengambil hikmahnya.
Ada pembaca-pembaca lain yang juga mengirimi saya pesan di email, instagram, facebook, bahkan bertemu langsung, dengan tema yang sama, merasa bisa mengambil hikmah dari buku saya. Saya rasa, dari seluruh rasa yang saya dapatkan dari menulis, inilah hal yang tidak akan pernah terbeli. Buku boleh jadi memberikan keuntungan materi, atau kebahagian moral tersendiri buat penulis karena berhasil menerbitkan karyanya, tetapi mendapatkan hal seperti ini … mungkin tak bisa dicari di mana-mana.
Hari itu membuat saya bersemangat kembali menulis. Bahwa saya masih punya cita-cita menjadi seorang penulis yang bisa menuai amal jariyah, aamiin. Mungkin dengan keilmuan saya sekarang, sebagai seorang apoteker dan mahasiswa S3, saya merasa sangat dangkal, ilmu saya belum bisa saya bagi kemana-mana. Untuk mengerjakan riset saja saya jatuh bangun. Iya ada manfaat bagi saya tentunya, untuk aktualisasi diri, menambah knowlegde saya sebagai researcher. Tetapi untuk berbagi dan bermanfaat? Lain lagi ceritanya. Tapi setidaknya selama saya menjalani peran saya ini, saya bisa sambil menuangkan cerita yang saya punya agar bisa dibaca orang lain, yang bisa mengambil manfaatnya. Aamiin.
Hatur nuhun para pembaca sekalian! You’re the writer’s hero