Catatan Hati, Motherhood

Freedom

Sering banyak yang berkomentar ke saya

“Gak kebayang punya anak sambil PhD, gimana repotnya.”

“Aku aja yang single repot ngurus ini itu, apa lagi kamu yang buntutnya dua, pastilah lebih banyak yang diurus.”

Couldn’t agree more sebenernya, saya manggut-manggut.

Saya ngerti sih dengan pandangan seperti itu. Dan saya merasakan juga ada hal-hal yang jadi terbatas setelah kita berkeluarga dan punya anak. Ada yang membatasi kebebasan kita untuk beraktivitas, berkarya, melakukan banyak hal, dan pilihan untuk bersenang-senang.

Tapi ketika kita tilik lagi lebih lanjut, kenyataan gak seperti yang terlihat secara kasat mata. Lihat dengan teropong yang lebih luas, jangan dengan dari bolongan sedotan aja, nanti mindset kita jadi sempit.

Terasa gak ketika kita sedang diamanahi banyak hal, malah kita jadi lebih produktif menyelesaikan amanah kita? Ustadz Hartanto malah pernah bilang orang yang sibuk malah lebih bisa menghapal Al-Qur’an dibandingkan orang yang kurang kerjaan. Karena orang yang sibuk akan memiliki manajemen waktu yang efektif untuk menghapal Al Qur’an sedangkan orang yang kurang kerjaan malah akan sibuk mencari-cari kerjaan (yang kadang gak penting).

Continue reading “Freedom”
Cerita Runa dan Senja, Journey, Motherhood

Ramadan 1441 Project by Runa

Tahun ini adalah tahun kedua Runa mulai belajar puasa lagi. Qadarullah bertepatan dengan adanya corona. Jadi hikmahnya Runa bisa lebih merasakan hawa Ramadan, bisa mencoba sahur dan puasa lebih panjang. Sebab tahun lalu kan meski mencoba sahur, tapi Runa harus bangun pagi untuk sekolah, takutnya ia masih mengantuk. Lalu di sekolah banyak kegiatan outdoor, olahraga, dll, jadi bagi anak-anak rasa lapar dan haus jadi lebih terasa.

Alhamdulillah tahun ini DeGromiest kinderen punya kegiatan Ramadan, untuk membuat anak-anak lebih semangat menyambut Ramadan dan memiliki kegiatan positif untuk dilakukan bersama keluarga di rumah. Cek IG DeGromiest untuk lengkapnya. H-7 ini kegiatannya adalah membuat Proyek Ramadan dan  Ibadah Tracker untuk anak-anak 6 tahun ke atas. Di sini lengkapnya.

Tahun lalu Runa membuat 30 Days Ramadan Project. Tahun ini pun Runa (saya dan suami) membuat program serupa.

 Tujuannya menjaga antusiasme Runa terhadap bulan Ramadan. Ramadan bulan yang spesial untuk umat Islam, sayangnya semaraknya kurang terasa di Belanda. Jadi kami ingin membuat Ramadan ini begitu berkesan bagi Runa, hingga ia bisa mengingat dan mengamalkannya sampai dewasa. Ramadan pun semakin terasa meriah. Masa kalah dengan perayaan event lain di Belanda, seperti Sinterklaas, Natal, Koningsdag, Paskah, dll.

Jadi inilah Ramadan Runa:

30 days project

Alat dan bahan: Continue reading “Ramadan 1441 Project by Runa”

Motherhood

Happy Mom – Happy Little Soul

Happy Little Soul – Retno Hening

Sudah lama saya pernah dikasih tahu oleh kawan saya, katanya ada IG seorang ibu yang anaknya gemesin banget, celotehnya banyak dan anaknya lucu. Saya pun melihat sekilas ke timeline IG tersebut (@retnohening) dari smartphone kawan saya itu. Nama anaknya Kirana. Usia Kirana kayaknya waktu itu 2 tahun-an, beda setahun dari Runa.

Continue reading “Happy Mom – Happy Little Soul”

Just Learning, Motherhood

Menjaga Anak Perempuan

Ada satu berita perkosaan lagi yang muncul ke permukaan. Baca sekilas beritanya saja bikin saya gak tahan untuk menyelesaikan bacanya. Saya yakin kasus semacam ini tidak hanya terjadi pada korban ini saja, banyak kasus-kasus lainnya yang tidak terkuak ke masyarakat. Banyak hal, banyak sebab, tak usah dibahas.

Betapa tidak punya otak, hati, pikiran para pelaku. Bejatnya Naudzubillah. Untuk korban dan mungkin korban-korban lainnya, saya kirimkan doa banyak-banyak, semoga tenang di sisiNya, aamiin.

Berita ini menyisakan banyak hal buat saya. Saya merenung agak lama. Saya bertanya-tanya:

  1. Kenapa siihhhh orang bisa jahat seperti itu?
  2. Bagaimana saya bisa membesarkan anak perempuan di dunia yang gila seperti ini?
  3. Bagaimana saya bisa melindungi anak-anak saya dari orang-orang jahat itu?

Tapi kemudian saya paham juga banyak hal

  1. Bagaimana perasaan orang tua saya saat membesarkan dua anak perempuan
  2. Bagaimana mereka dulu sangat protektif pada saya dan kakak. Yang mana kadang saya dan kakak saya anggap adalah hal berlebihan. Pas jaman saya aja mungkin ortu saya udah parno, lha gimana jaman Runa nanti?

Continue reading “Menjaga Anak Perempuan”

Motherhood

Fatherhood (2): Papa

Kali ini saya ga akan cerita tentang suami saya mengenai ke-fatherhood-an-nya, tapi saya akan cerita mengenai papa saya. Sebelumnya saya sudah pernah berbagi kisah tentang uniknya papa saya ini. Tetiba ya kangen aja sama si papa, kok sama mama enggak? Mama baru ke sini sih Desember-Januari kemarin, terus kalo sama mama lebih sering skype-an dan whatsapp call. Sama papa lebih jarang, paling weekend aja. Dan emang jarang ngobrol juga sama papa.

Bilang kangen langsung sama papa? you wish! Saya ga pernah berkata-kata romantis sama ortu, karena kebiasaan kali ya. Bentuk keromantisan kami bukan dari untaian kata-kata apalagi puisi dan lagu. Ya.. “cuma” dari pertanyaan khawatir papa dan mama tentang bagaimana saya sekeluarga di sini, “cuma” dari bentuk perhatian mengenai kapan saya lulus, kapan rencana pulang, gimana Runa dan Mas Fajar. Padahal pengen juga sih bilang ‘I love you Ma, Pa‘ atau Kangen nih sama mama, papa, kakak, dan si Pay2 (adek saya, bukan nama kucing). Ga pernah itu keluar dari mulut saya cuy, meski kami dipisahkan belasan ribu kilometer dan ketemu mungkin setahun sekali. Walaupun memang rasa sayang dan kangen itu makin berasa setelah kami jauh.

Nah, mangkanya sekarang saya selalu membiasakan ngobrol dengan kata-kata manis dan romantis sama Runa, *walaupun kalo ke suami saya juga tetep ga bisa seromantis itu, tapi sekarang agak lumayanlah, saya cukup romantis*. Saya suka bilang “I love you Runa, Runa love Bunda gak?”. Runa akan menjawab “Iya.. Runa love Bunda, Runa juga love Ayaah.”. Mudah-mudahan kebiasaan ini berlangsung sampai Runa besar ya. Continue reading “Fatherhood (2): Papa”

Motherhood

Fatherhood (1)

Sekeren-kerennya cowo, nanti kalo udah nikah yang ditentengnya ya tas cantik punya istrinya

Begitu guyonan para istri.

Bukan cuma tas cantik istri, bahkan tas lucu punya anak.

Jadi, guyonan di atas perlu direvisi

Sekeren-kerennya cowo (suami), kalo dah punya anak, nanti yang ditenteng juga tas lucu punya anaknya

Memang itu terjadi pada ayahnya Runa, haha.

Pas banget bisa dapet foto ini pas lagi nyepeda.

Bahkan kalo istrinya lagi rempong sama anaknya, nanti suami akan jadi seperti ini

Sekeren-kerennya cowo, kalo dah jadi ayah ya nanti yang ditenteng tas cantik istri, tas lucu anak, dan gembolan lainnya yang berceceran ga bisa dibawa sama istrinya.

Fatherhood
Fatherhood

“A truly rich man is one whose children run into his arms, even when his hands are empty.”

Lifestyle, Motherhood

TV or No TV, Nonton or No Nonton?

Kalau di forum ibu-ibu, pasti rame deh ini bahasan.

“Saya NO TV di rumah, biar anak-anak ga nonton sama sekali.”

“Saya masih pake TV, tapi cuma untuk nyetel DVD/VCD aja”

“Yaa.. kadang pake TV sih, kalau acara anak-anak aja dan ada jadwalnya, selain itu dimatiin.”

“Pake TV, tapi lebih sering youtub-an, soalnya tontonan buat anak-anak gak ada yang bermutu sih.”

“Saya masih pake TV, dan saya selalu menemani anak saya tiap kali nonton”

“Saya gak punya TV, soalnya saya yang doyan nonton, takut anaknya jadi ikutan” (lhooo.. kok emaknya yang lebih heboh)

endesbre.. endesbre.. lalala..

Bagus sih diskusinya, jadi tahu pilihan dan kebijakan masing-masing keluarga kayak apa. Yang gak bagusnya kalo udah merasa pilihan dia benar dan menjelekkan pilihan orang lain, heu.. Dan diskusi memanas. Biasa ibu-ibu ga sedep kalo ga ada yang panas-panas getoh.

Intinya semua ibu dan ayah punya kebijakan sendiri deh buat anaknya, pastinya semua ingin yang terbaik. Menyambung tulisan saya sebelumnya mengenai tontonan Runa, saya dan suami, serta keluarga lain pasti punya filter masing-masing buat anaknya. Continue reading “TV or No TV, Nonton or No Nonton?”

Mommy's Abroad, Motherhood

Mengatasi Kekacauan di tengan ke-multi-tasking-an

Menurut penelitian otak wanita memang dirancang untuk lebih bisa menyelesaikan beberapa pekerjaan dalam satu waktu, multi-tasking bahasa kerennya. Entah karena pengaruh otak kanannya yang lebih bekerja, pengaruh hormon yang lebih banyak memproduksi ‘ketenangan’ sehingga bisa menghandle banyak kegiatan, atau karena.. memang tuntutan hidup?

Entahlah. Bisa dicari alasan ilmiahnya.

Tapi saya yakin ibu-ibu semua punya kemampuan tersebut. Udah terbiasa.

Saya juga. Ketika banyak kerjaan melanda, saya sendiri yang men-set bahwa saya harus bisa multitasking urus ini itu.

Tapi kadang saya merasa cape juga ya.

Kenapa ya perempuan harus multitasking? Kadang saya iri sama bapak-bapak yang (katanya) memang lebih fokus untuk satu pekerjaan sampai selesai. Di suatu waktu saya ingin cuma fokus pada satu pekerjaan saja. Tapi memang dasar wanita, itu gak bisa.

Ya udah deh disyukuri aja.

Cuma yang pentingnya itu gimana memanajemen stres saat multitasking itu ternyata tidak berjalan dengan baik. Masakan gosong, anak nangis, tugas kuliah belom beres, rumah berantakan. Huwaaaa.. Continue reading “Mengatasi Kekacauan di tengan ke-multi-tasking-an”

Cerita Runa, Just Learning, Motherhood

Kapan Mengajak Anak Membaca Buku?

Salah satu pertanyaan yang sering muncul di forum ibu-ibu adalah, “Kapan sih ngajak anak membaca buku?”

Mungkin karena kepikirannya, emang anak umur kurang dari satu tahun udah ngerti? emang anak bakal tertarik? wong kita aja udah gede gini males buka buku ya kan, apalagi baca buku pelajaran, hihi.. Atau mungkin juga kerasanya sayang kalau beli buku pas anak masih bayi, nanti malah gak kepake juga.

Saya sendiri dulu pas hamil dan baru punya anak sebenarnya ga terlalu kepikiran kapan ngajak anak baca buku. Hanya pas hamil saya seneng beli buku anak-anak, hehe.. Saya beli buku dongeng anak sebelum tidur dan saya iseng bacain bukunya keras-keras ke perut, berharap si janin juga denger. Saya juga beli buku untuk saya sendiri sih, dulu saya paling seneng ke Gramedia (deket juga sih sama apato yang di Bekasi), jadi me time saya adalah baca buku, apalagi semenjak saya resign yaa.. hiburannya kalo ga dari tv dari buku.

Pengalaman saya waktu kecil juga saya gak inget apakah mama dan papa sering mengajak saya untuk baca buku. Tapi yang pasti saya inget, saya punya banyaaaaak sekali koleksi buku. Mulai dari buku dongeng anak-anak, buku cerita nabi, buku cerita rakyat, novel-novel Enid Blyton, Lupus, Goosebumps, novel islami, komik-komik segala rupa, buku WWP (yang ensiklopedi itu lho), sampai langganan majalah bobo, yang kemudian majalah tersebut dibundel jadi buku gede saking banyaknya dan sayang kan kalo hilang/rusak/berceceran. Saya gak kehabisan buku untuk baca deh. Berarti saya akui mama dan papa lumayan royal untuk soal buku. Saya inget juga dulu setiap dapet THR lebaran pasti kita belanjain uangnya untuk beli buku (yaa.. selain beli mainan dan jajan sih), tapi rasanya tuh puas banget kalau bisa beli buku pake uang sendiri. Akhirnya semakin banyak koleksi buku kita, mama dan papa bikin lemari guede di lantai atas untuk nyimpen semua buku, ceritanya jadi perpustakaan, namanya “Rinnik” (dari moRIN dan moNIK). Continue reading “Kapan Mengajak Anak Membaca Buku?”

Mommy's Abroad, Motherhood

Menjadi Mahasiswa Dulu dan Kini

Jadi mahasiswa lagi setelah punya anak, tentu rasanya dan perjuangannya beda. Tapi saya menikmati momen-momen di mana saya menjadi mahasiswa, baik dulu saat masih jomblo, dan sekarang saat sudah punya keluarga.  Meskipun dulu mah pas jadi mahasiswa banyak labilnya, sekarang lebih stabil dong kan ada stabilisatornya si suami haha..

Perbedaan yang terasa menurut saya sih lebih positif, hmm.. yaa mungkin ada sisi minusnya, tapi itu dikiit.  Continue reading “Menjadi Mahasiswa Dulu dan Kini”