Life is Beautiful, Project

Resolusi oh Resolusi

Apa kabar 2020? Yes, I know, banyak yang mengungkapkan bahwa 2020 adalah tahun penuh tantangan, penuh perjuangan. Banyak kehilangan, banyak kesulitan, banyak penyesuaian. Saya pun masih berjuang untuk itu. Namun, 2020 pun patut diingat sebagai tahun di mana kita menjadi manusia yang lebih kuat, lebih sabar, dan lebih toleran dari sebelumnya. Insya Allah.

Tiap tahun biasanya kami bikin resolusi. Yaa.. resolusi singkat aja. Tadinya mikir, 2021 gak usah muluk-muluk, bisa menyelesaikan 2020 dengan baik saja sudah Alhamdulillah. Tahun lalu, saya dan suami menempel kertas Resolusi 2020 di depan lemari pakaian. Otomatis hampir tiap hari kami membacanya. Ya kalau gak ngebaca banget paling gak selintas tahu ada kertas resolusi dipajang di sana.

Saya bukan orang yang selalu membagi-bagikan cita-cita saya di khalayak ramai, suami saya sebaliknya. Saya introver, suami ekstrover. List resolusi ini kami simpan baik-baik untuk kami berdua saja. Tapi di penghujung 2020, saya mau nulis ini di blog saya. Sebagai pengingat, bahwa ketika kita punya keberanian untuk menuliskannya, dan kemudian kita baca hampir setiap hari, hal itu seperti memberikan motivasi yang tidak saya sadari. Bahkan seperti menjadi doa, menjadi semangat, dalam menjalani hari. Seperti batu yang ditetesi oleh air sedikit demi sedikit, lama-lama akan lunak juga. Seperti cita-cita yang setiap harinya ditiup oleh doa dan semangat, ada titik di mana ternyata hal tersebut dapat tercapai, Qadarullah.

Tadinya di pertengahan tahun saya baru ngeh, lho ini list yang tercentang baru beberapa poin saja. Lalu tiba-tiba pandemi, banyak rencana berubah, dan sepertinya semakin mustahil untuk menyelesaikan list tersebut sampai di akhir tahun. Gak kebayang gitu, ini belum itu belum, kokkk yaa..

Meski sempat pesimis, tapi masa-masa pandemi ini juga akhirnya bisa terlewati juga. Well ya belum lewat sih, tetapi sudah bisa berdamai dan bersyukur dengan kondisi. Sebelum penghujung tahun, saya cukup surprised bahwa hampir 100% list tersebut bisa saya centang juga. Masya Allah, karena izin Allah.

Oleh karena itu, tahun ini saya akan kembali menuliskan Resolusi 2021. Optimis adalah bagian dari izzah kita sebagai muslim. Insya Allah bisa! Semangat karena Allah, mengejar cita-cita demi kemuliaan dunia dan akhirat, aamiin

Listnya udah dicorat-coret Runa karena dia penasaran ini apaan sih

Tahun ini kertas Resolusi 2021 kami tempel juga di lemari pakaian, masing-masing milik saya dan suami. Menariknya, Runa juga kami ajak untuk menuliskan resoulsinya. Eh Runa malah semangat. Resolusi Runa juga ditempel di lemari baju di kamarnya.

Bismillahirrahmaanirrahiim semoga dimudahkan. Semangat 2021!

Project

Inheart Resolusi

2019. Pergantian tahun dirasa jadi saat yang tepat untuk sebagian besar orang menuliskan resolusi. Saya setuju, untuk mencapai sebuah cita-cita dan target, diperlukan momentum. Saya pun menuliskan list resolusi 2019, tentu suami juga turut serta, kan satu biduk.

Separuh jalan, sebersit pikiran lewat. List resolusi kebanyakan seputar hal-hal yang bisa diukur, materi, fisik. Misalnya baca 20 buku/th, menambah hafalan, submit paper, menyelesaikan naskah, lari 2x/mnggu dst. Betul, untuk mencapai goals diperlukan plan yang SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Based). Gak ada yang salah dengan plan dan list tsb. Hanya.. apakah dalam mencapainya saya akan menjadi orang yang bahagia?

Suami bilang, mungkin yang harus diresolusikan adalah diri kita, bukan goalsnya. Tak melulu membuat capaian yang dapat diukur. Kondisi jiwa, moral, hati juga perlu dijadikan parameter. Continue reading “Inheart Resolusi”

Project, Tentang Menulis

TERCELIK [Open PO]

Tercelik. Antologi Cerpen

My first antology (fiksi) book in 2018!😎 Alhamdulillah. Kali ini saya menjajal nulis fiksi berupa cerpen. Dan ternyata, nagih! Dua cerpen saya ada di dalam fiksi antologi berjudul Tercelik ini.

Mendaki jalanan terjal selalu memberi luka yang tak jarang membuat kita makin kuat. Ada banyak kisah tentang bagaimana anak adam terpelanting dan merasakan perih, terjatuh dengan penuh kepayahan. Namun, akan selalu ada seribu alasan untuk kembali berdiri, tegap, dan mengembalikan diri dengan mau bersusah payah bangkit.

Kisah kita memang bukan soal sesakit apa saat terjatuh, tapi sekeras apa kita mau mencoba bangkit dengan tercelik, kesadaran penuh.

Tercelik adalah kumpulan kisah reflektif dalam menemukan tekad untuk bangkit dan kembali sadar.

Buku ini ditulis oleh mentor dan para mentee Kelas Cerpen (KECE) Inspirator Academy Jilid 5 selama empat hari! Continue reading “TERCELIK [Open PO]”

Project, Tentang Menulis

Welkom 2018

Assalamu’alaikum 2018!

Wuidih Alhamdulillah udah 10 hari pertama di bulan Januari. Kalau awal-awal bulan gini antara masih semangat dengan resolusi baru dan masih leyeh-leyeh. Semangat soalnya kan baru nyusun target-target tahun ini, untuk ruhiyah, keluarga, pribadi, cita-cita, dst. Rasanya masih fresh. Tapi juga dalam masa leyeh-leyeh soalnya.. “ah kan baru Januari..” Ini sih yang bahaya. Kalau leyeh-leyeh dilanjutkan bisa jadi terhanyut suasana, tiba-tiba eh udah akhir bulan, udah Februari, eh udah bulan Ramadhan, eehh.. udah musim panas. Lhooo..

2018 ini selain kalender dan jurnal baru, ada juga yang baru di keluarga kami. Adiknya Runa… Alhamdulillah 21 November 2017 lalu Humaira Senja Medina lahir di Groningen. Panggilannya Senja :). Mau cerita lengkap mengenai kelahiran dan proses setelah melahirkan di Belanda nih, menyusul kemudian yaa, Insya Allah.

Nah, untuk menjaga ritme menulis, awal tahun ini saya ikut ODOP l(One Day One Posting) lagi. ODOP di tahun 2016 kemarin sangat membantu Alhamdulillah. Saya jadi bisa mengumpulkan tulisan saya yang terserak di blog ini sampai bisa jadi naskah Groningen’s Journal. Tahun 2017 saya ga konsisten menulis di blog, alasannya saya ikut MMO (Mentoring Menulis Online). Itulah saat saya bisa mengeksekusi naskah jadi buku. Insya Allah 2018 coba lagi ODOP! Saya udah kepincut sama komunitasnya. Doakan semoga lancar 🙂

Segini dulu. Nanti lanjut lagi…

 

Project, Tentang Menulis

Hi, I’m (still) here!

Waduh, ini blog udah kayak ruangan penuh dengan sarang laba-laba saking lama gak dilongok sama yang empunyanya, masih untung gak ada tikus berkeliaran.

Tapi hey, yang empunyanya punya alasan bagus sih dalam rentang waktu dua bulan ini gak nulis blog. Bukan, saya gak berpergi bertapa kok atau pergi mencari kitab suci bersama Sun Go Kong. Saya cuma mengerjakan proyek lain. Hasek, proyek. Biar gaya dikit kita bilang aje proyek. Kan kedengerennya kayak sophisticated bangeud.

Yup, jadi bulan Februari kemarin ini, saya mencemplungkan diri ke sebuah komunitas menulis yang menjanjikan akan menggembleng para pesertanya untuk bisa menyelesaikan naskah dalam 30 hari. Betul, MMO namanya, Mentoring Menulis Online, batch ke 16.

Tadinya saya memang sudah merasakan hawa-hawa menulis saya menurun drastis di awal tahun. Padahal masih ikut ODOP, tapi masalahnya ODOP itu sangat bebas, parameter dan targetnya ya kita yang tentukan sendiri. Di ODOP tahun lalu saya masih bisa mengikuti. Soalnya saya juga sambil pemanasan nulis tiap hari, sing penting mah ada tulisan dalam sehari, terserah isinya apa. Lama-lama, gak ada yang nuntut saya untuk tetap nulis setiap hari, jadinya saya loss deh. Continue reading “Hi, I’m (still) here!”

Project

MeRUTINkan AKTIVITAS

Ini perlu banget ya diCAPSLOCK si judulnya, kalau perlu mah dibold dan underline sekalian meRUTINkan AKTIVITAS saking nepsongnya nih sama ni judul.

Jadi begini saudara-saudara, berhubung saat ini saya ini dalam masa-masa bebas merdeka dari penjajahan (baca: pengangguran), saya jadi punya cukup banyak waktu luang. Tapi waktu luang ini sebenarnya seperti pisau bermata dua lho, menyenangkan sekaligus melenakan.. (sayup-sayup ada backsound Ike Nurjanah: terlenaaa.. ku terlenaaaa….. stop sebelum jempol kaki ikut joged). Melenakan karena saya jadi lupa daratan, lupa hal-hal penting yang harus dikerjakan, untunglah gak sampai lupa mandi.

Padahal teringat dahulu janji suci saya sama diri sendiri: saya akan blablablablablahh.. jika punya banyak waktu luang. Hadeuuhh kamana eta janji-janji manis madunya?

Saya sadar sih, saya jadi lebih banyak berprokrastinasi (ini udah jadi bahasa indonesia belum sih?). Saya ini jadi terjebak procrastination, intinya membuang-buang waktu untuk hal-hal yang less important tapi rasanya lebih pleasurable. Continue reading “MeRUTINkan AKTIVITAS”

Project, Tentang Menulis

#ODOPfor99days (semester 2) is now officially started

ODOP Semester 2
ODOP Semester 2

Vakum, sebulan benar-benar vakum menulis di blog. Menulis di tempat lain sih iya, walaupun tidak setiap hari. Postingan di blog hanya mampir di draft dan masih menunggu untuk dilanjutkan. Meskipun akan ‘agak basi’ tapi saya tetap mengusahakan supaya bisa tetap publish, sayang soalnya daripada teronggok lesu di kotak draft.

Well, ada ODOP lagi bikin saya semangat nulis lagi. Seperti anak kecil yang antusias pada tahun ajaran baru di sekolah. Saya memang butuh semacam “pencetus nyata” yang bisa membuat saya bisa bergerak, kalau tidak saya pasti sudah berleha-leha selama beberapa bulan ke depan. Ternyata dorongan menulis dari diri saya sendiri saja belum cukup.

So, how I start this?

Apa yang berhasil dicapai dalam 99 hari sebelumnya?

Tentu ada 99 postingan saya selama periode Januari-Juni yang bisa diubek-ubek di blog saya ini. Beberapa diikutkan lomba dan dikirim ke media, tapi tidak seberapa sih.

Apa yang belum berhasil dicapai dan sebabnya?

Konsistensi dan kualitas kali ya. Untuk menuntaskan satu tulisan kadang membutuhkan waktu lebih dari sehari, tapi demi mengejar setoran harian seringkali kualitas tulisan jadi dikorbankan. Pokoknya asal ada yang “tertuang” aja.

Lalu saya juga belum fokus dalam menulis. Saya mau jadi penulis seperti apa? menulis apa? tema apa yang saya ingin angkat dalam menulis?

3. Apa target untuk 99 hari ke depan sebagai tolak ukur pencapaian selanjutnya?

Target ODOP kali ini sepertinya akan berbeda dari ODOP sebelumnya. Kalau sebelumnya saya seperti latihan menulis rutin. Apapun saya tulis di blog lalu saya posting. Kadang saya juga mencari lowongan lomba atau kompetisi yang bisa saya ikuti sekalian untuk mengisi ODOP. Kali ini saya ingin sedikit lebih terstruktur, hoho. Walaupun mungkin selama bulan September postingan di blog akan terhenti sementara. Saya coba maksimalkan di Agustus ini.

Kalau di ODOP dulu kan semuanya 100% tulisan saya publish di blog. Semester dua ini tulisannya ingin lebih punya tujuan aja. Pokoknya setiap hari nulis, tapi itu bisa untuk proyek pribadi seperti buku atau cerpen, atau juga curcolan di blog. Jadi untuk laporan ke grup ODOP ga strict harus link blog. Bisa berupa apa saja.

Target:

  1. Menyusun buku yang sudah saya outline-kan sebelumnya. Memulai bab demi bab dan menambah bab baru.
  2. Mengikuti setidaknya satu lomba menulis dalam 2 pekan sekali
  3. Menulis ide cerpen setiap hari. Menyelesaikan cerpen dalam 3 hari

Mungkin segitu dulu. Sudah lumayan membuat saya mengencangkan jadwal nih, dibagi dengan tugas lainnya. Semoga bisa dijalani dengan baik.

Aamiin!

Project, Tentang Menulis

#ODOP #Day 100: It’s a wrap!

Alhamdulillah…. Akhirnyaa..

Selesai juga. Het is klaar! It’s finished!

*Ambil toga dan mic buat pidato kelulusan ODOP*

Lengkap sudah 99 postingan saya di sini. Tidak terasa ya 19 minggu (saya lebih kan beresnya bukan di hari ke 99) atau sekitar hampir 4 bulan saya tergabung di ODOP dan berusaha “memaksa” diri saya untuk menulis setiap harinya. Saya tahu saya suka menulis, tapi kadang saya malas dan ragu menuangkannya. Saya tahu kualitas tulisan saya mungkin belum tingkat tinggi, tapi saya merasa semuanya terasah dan tentu butuh proses.

Meskipun saya tidak tepat waktu menyelesaikan tantangan ini, tapi akhirnya tercapai juga *tepuk pramuka* eh maksudnya tepuk punggung, hehe. Continue reading “#ODOP #Day 100: It’s a wrap!”

Project, Tentang Menulis

Cerpen Anak: Sepatu Merah Muda Dinda

Cerpen Anak ini akhirnya saya posting juga di blog, berhubung sudah dapat feedback dari Hujan Karya jadi rada pede, hoho. Saya masih lebih suka nulis cerpen anak, untuk cerpen dewasa hmm.. belum sempet bikin. In sya Allah akan dicoba. Silahkan masukannya yaa pembaca 🙂

Sepatu Merah Muda Dinda

(Oleh: Monika Oktora)

“Bu.. sepatu merah muda Dinda mana?” tanya Dinda sambal membongkar-bongkar lemari sepatu.

“Terakhir dipakai kan kemarin. Mungkin Dinda simpan di teras.” Ibu menjawab dari seberang dapur.

Dinda menghambur ke teras, tapi sepatunya tetap tidak ditemukan. Dinda mencari ke halaman belakang, garasi, tapi si merah muda tidak kelihatan. Dinda pun menyerah dan terduduk di sofa.

“Belum ketemu, Din?” Ibu menghampiri Dinda. Dinda menggeleng lemah.

“Ya sudah, pakai saja sepatu yang lain. Nanti juga ketemu, mungkin Bik Nah membereskannya, nanti Ibu tanya Bik Nah kalau dia sudah datang.”

Dinda pun mengangguk lemah, walaupun dalam hati dia masih tidak rela untuk memakai sepatu yang lain. Sepatu merah muda itu adalah hadiah dari Nenek Dinda saat kenaikan kelas 2, Dinda sudah memakainya selama 2 tahun. Sepatunya sangat nyaman dan cantik. Nenek Dinda sudah meninggal sejak setahun yang lalu. Dinda merasa sangat kehilangan. Setiap memakai sepatu pemberian neneknya, Dinda merasa seolah-olah melihat senyum Nenek. Ah.. Dinda jadi kangen Nenek.

Dinda sudah mencari sepatunya di semua tempat di rumahnya, tapi sepatunya itu belum juga ditemukan. Dinda terpaksa mengambil sepatu yang lain, sepatu warna hitam berpita putih untuk dipakai ke acara ulang tahun Fani, sahabatnya. Continue reading “Cerpen Anak: Sepatu Merah Muda Dinda”

Lomba, Project

Tulisan untuk Esai 1 Dekade ITB 2006

Jadi juga masukin tulisan untuk lomba esai 1 dekade ITB 2006. Tadinya minat gak minat ikutan karena saya ga punya ide tulisan apalagi yang sesuai teman keprofesian saya, hiks. Malu sebenarnya saya gak bisa menulis tentang apa-apa yang di bidang saya sekarang, mungkin saya kurang ilmu dan kurang baca, atau kurang tertarik membahasnya, haha. Sayapun tidak terlalu mengikuti perkembangan dunia farmasi klinik di Indonesia, jadi tidak terlalu paham juga.. Farmasi di Belanda? Ya.. bidang saya sebenarnya gak farmasi klinik banget juga, “lapangan farmasi klinik” di sini saya juga gak begitu paham, hanya tahu beberapa fakta saja tapi gak mendalam. Bagaimana dengan bidang research saya sekarang dikaitkan dengan implementasinya di Indonesia? Seriously, sayapun belum terbayang. Maafkan saya yang kurang kritis.

Akhirnya karena tetep pengen ikutan nyumbang tulisan, saya mencari ide lain yang sesuai pengetahuan dan pengalaman saya saja. Kan katanya lebih baik menulis yang diketahui dan disenangi biar keluar aura tulisannya *apa siih*. Masalah diterima atau tidak oleh panitia, urusan belakangan. Saya selalu lega kalau sudah bisa menyelesaikan satu tulisan.

Semoga saja rekan-rekan saya di ITB 2006 memiliki banyak tulisan yang bagus, sesuai dengen tema atau keprofesiannya saat ini dan juga memiliki urgensi dan penyelesaian yang menarik dari pembahasannya.

Sukes buat ITB 2006.

*Ya ampun udah 1 dekade ajaaa donggg…
esaiitb2006