Being Indonesian in the Netherlands, Groningen's Corner

Les Bahasa Belanda Gratis

Ada satu fasilitas yang bagus dari Consultatiebureau Groningen (semacam Posyandu, yang fokus dalam kesehatan dan tumbuh kembang anak). Selain menyelenggarakan imunisasi gratis dan pemeriksaan rutin untuk anak-anak, Consultatiebureau juga sangat memperhatikan tumbuh kembang anak, misalnya bagaimana perkembangan si anak dalam berbicara, berkonsentrasi, dan memahami suatu instruksi.

Ada dua orang kawan Runa (orang Indonesia) yang belum lama tinggal di Groningen lalu mendapatkan fasilitas belajar bahasa Belanda lebih lanjut. Mereka berdua berusia 3 dan 4 tahun. Keduanya sudah memasuki usia sekolah (setara playgroup dan TK). Tentunya karena belum lama tinggal di sini, mereka memiliki kesulitan untuk berkomunikasi dalam bahasa Belanda. Meski sebenarnya untuk mereka bahasa bukanlah kendala dalam bermain di sekolah, tetapi memiliki basic bahasa Belanda akan membantu keseharian mereka.

Fasilitas belajar  bahasa Belanda tersebut ada dua pilihan, menambah jam bermain mereka di sekolah atau mendatangkan fasilitator yang datang ke rumah untuk mengajak si anak mengobrol. Dulu Runa mengambil pilihan pertama, soalnya saya masih kuliah, jadi lumayan kan Runa mendapatkan satu hari tambahan di sekolah (di luar jam wajibnya) tentu tanpa menambah biaya apapun. Continue reading “Les Bahasa Belanda Gratis”

Being Indonesian in the Netherlands

Berbahasa untuk Berkomunikasi

Pernah gak terpikir tentang kok saya sudah belajar Bahasa Inggris dari kecil tapi ketika ngomong pakai Bahasa Inggris balelol (terbata-bata) minta ampun?

Gambar dari sini
Gambar dari sini

Saya pernah. Saya merasa sudah cukup banyak mengenyam dan menelan pendidikan Bahasa Inggris sejak SD sampai kuliah. Sudah ikut toefl dan ielts beberapa kali, sudah menghafal struktur grammar dan punya banyak koleksi vocabulary, tapi begitu saya dihadapkan untuk bercakap-cakap atau presentasi dalam Bahasa Inggris, kok rasanya kemampuan speaking saya malah jongkok, ditambah gak pede untuk ngomong. Padahal dalam hati saya sebenarnya yakin, saya bisa lebih dari itu.

Ternyata akar masalahnya apa? Saya baru sadar, saya menggunakan bahasa bukan untuk berkomunikasi dengan benar, tapi saya lebih memikirkan apakah yang saya sampaikan ini kalimatnya benar atau salah? Apakah saya pakai simple present tense atau pakai past tense, atau pakai future tense. Apakah saya menggunakan vocab yang tepat atau tidak? Dari sanalah saya jadi malah makin lama untuk berbicara dan makin sulit mengutarakan yang saya maksud. Continue reading “Berbahasa untuk Berkomunikasi”

Being Indonesian in the Netherlands, School stuff

Kelas

Saya suka di kelas. Saya suka mendengarkan dan terlibat dalam aktivitas kelas, tentunya kalau yang ngajarnya juga menarik sih, hehe soalnya saya suka ngantuk di kelas kalau isi kuliah/kelasnya monoton banget. Selama saya kuliah di sini saya jarang ngantuk di kelas, ya iyaalah bahasanya beda, kelasnya juga lebih sedikit orangnya. Kalau meleng dikit aja bingung tadi bahasan udah sampe mana, bisa-bisa ga kekejer deh. Kalo saya tidur di kelas sini jadi keciri pisan sih, soalnya kelas yang saya ikuti isinya ga pernah  > 30 mahasiswa.

Sekarang udah masuk tahun terakhir, semester terakhir.. saya udah gak ada kelas lagi. Kadang kangen sih ada di kelas. Pertama kegiatan saya jadi lebih efektif karena ada ketentuan jadwal yang jelas, jadi saya merasa dalam satu hari itu ada hal “penting” yang harus dijalani meski juga cuma 2-3 jam. Kedua, ada sarana dalam bergaul soalnya ada temen kan di kelas.. Walaupun ngobrolnya juga terbatas ga curcol lebay ala saya dan temen-temen kuliah S1 saya dulu. Ketiga, ada ilmu baru yang masuk, sayapun merasa excited. Continue reading “Kelas”

Being Indonesian in the Netherlands

Kenapa Belajar Bahasa Belanda?

“Waarom wil je leren Nederlandse?” (Kenapa kamu mau belajar bahasa Belanda?)

Itu adalah salah satu pertanyaan yang ditanyakan guru kursus bahasa Belanda saat pertama kali masuk  kursus.

Kenapa?

Bahasa Inggris aja belom khatam kok ya mau pusing-pusing belajar bahasa lainnya. Sebenernya itu salah satu to do list saya dari dulu, bisa banyak bahasa, kayak Nirina Zubir, kan keren tuh, tapi sayanya aja yang kurang memotivasi diri saya untuk bisa belajar bahasa lain. Dulu sempet ikut les bahasa Jepang gratisan pas di ITB, cuma betah 2 kali pertemuan. Sempet pengen les bahasa Arab di Salman, tapi gak kesampaian. Nah sekarang momento-nya saya lagi di Belanda, kenapa enggak saya belajar bahasa negara setempat?

Motivasi lainnya saya ingin lancar bahasa ini adalah karena Runa. Ya, Runa di sekolahnya kan berbahasa Belanda. Pas di rumah seringkali Runa berusaha berbicara dengan bahasa tersebut, kadang dimengerti, kadang cuma mumbling aja gak jelas. Bahkan saya juga suka mendengar kosa kata baru dari Runa, mungkin Runa tahu dari Juff (guru) nya. Runa terlihat berusaha sekali supaya bisa membaur dengan bahasa tersebut. Jadilah saya berpikir bagus juga kalau saya bisa bercakap-cakap dengan Runa dengan bahasa Belanda, biar Runa merasa terbantu. Continue reading “Kenapa Belajar Bahasa Belanda?”

Groningen's Corner

A year in Groningen

Time flies. Ga kerasa sudah pas setahun di kami sekeluarga tinggal di Groningen. 24 Agustus 2013 kami menjejakkan kaki di Schipol, masih berasa ngambang dan belum ngegrip banget rasanya pas pindah ke Groningen. Dengan persiapan yang kilat dan masih belum tau gimana nasib kami sekeluarga nanti di sini, kami memberanikan diri untuk berangkat bareng, yang penting pokoknya ngumpul aja.

Sekarang, sudah 1 tahun ini.. banyak mahasiswa baru yang berdatangan. Mungkin juga mereka merasa bingung, jet lag, gak siap, banyak nanya, meraba-raba, dan lain-lain. Ngerti kok, saya juga dulu gitu.

Alhamdulillah dalam setahun ini saya dan keluarga sudah bisa menyesuaikan diri dengen lingkungan sini. Banyak sekali nikmat Allah yang harus disyukuri. Semoga kami termasuk orang-orang yang ahli bersyukur.

Agustus 2013: Dulu sampai sini disambut sama hujan dan dinggiin banget rasanya, pas malem tidur rasanya menggigil padahal udah pake baju berlapis (walaupun masih akhir summer). Agustus 2014: Sekarang kok berasa gerah ya, boro-boro nyentuh selimut, baju aja cuma selapis.. *entah apa karena udah terbiasa sama cuaca galau Groningen atau emang si cuaca emang belum sedingin pas dulu saya dateng*

Agustus 2013: Masih meraba-raba beli makanan apa aja di sini yg cocok, yang halal, dan apa yang bagus buat Runa. Agustus 2014: Mau beli apa? makanan halal, roti, susu, sayur, daging, bumbu asia? Semua udah hapal deh. Tinggal mikir mau belanja ke mana hari ini? Continue reading “A year in Groningen”