Being Indonesian in the Netherlands, Groningen's Corner

Cerita Kraamzorg (Maternity Care) di Belanda

Salah satu benefit yang saya rasakan besar manfaatkan ketika melahirkan di Belanda adalah adanya pelayanan maternity care, yang dalam bahasa belanda dikenal dengan nama kraamzorg. Kraamzorg adalah fasilitas kesehatan pasca melahirkan yang dikelola oleh suatu badan independen, namun dibayar oleh kita melalui premi asuransi per bulan. Setiap wanita yang melahirkan di Belanda hampir wajib mendapatkan pelayanan kraamzorg, dengan durasi kerja yang telah ditentukan sebelumnya. Pelayanan kraamzorg ini cukup unik dan katanya sih Belanda adalah satu-satunya negara yang menyediakan fasilitas istimewa ini.

Support dari kraamzorg ini tentunya sangat membantu bagi keluarga yang baru memiliki bayi, khususnya bagi kami para perantau yang tinggal di Belanda dan tidak ada keluarga dekat yang bisa mendampingi dan membantu di rumah pasca kelahiran bayi. List semua organisasi kraamzorg yang ada di Belanda bisa ditemukan di sini. Continue reading “Cerita Kraamzorg (Maternity Care) di Belanda”

Being Indonesian in the Netherlands, Groningen's Corner, Informatie, tips & trucs

What to Do after Giving Birth in Netherlands (2)

Setelah bayi lahir, selain mengurus bermacam-macam yang berkaitan dengan administrasi dan kesehatan anak, ada juga hal-hal di luar itu yang perlu diurus. Seperti syukuran kelahiran bayi, aqiqah, juga memberi kabar pada sanak keluarga dan kawan-kawan. Kalau di Indonesia, mengurus aqiqah sangatlah mudah. Tinggal menghubungi badan tertentu yang mengurus aqiqah, kita tinggal bayar dan duduk manis. Semua urusan mulai dari mencari kambing, memotong kambing, bahkan sampai mengepaknya di kotak-kotak makanan lalu mengantarnya ke rumah.

Dulu waktu kelahiran anak pertama saya juga seperti itu mudahnya. Kami tinggal membagi-bagikan daging kambing yang sudah dipaketkan dengan nasi dan (bahkan sayurnya juga) ke tetangga-tetangga dan masyarakat sekitar yang membutuhkan. Tapi kami tidak mengadakan syukuran khusus, dalam islam gak wajib juga. Kami cuma mencukur rambut bayi dan menimbangnya untuk disedekahkan setara gram emas. Simpel sih. Namun, beda-beda tradisi di tiap daerah, ada yang mengadakan pengajian sekaligus aqiqah, ada yang mengadakan syukuran berapa bulanan, dan lain-lain. Continue reading “What to Do after Giving Birth in Netherlands (2)”

Cerita Apartment, Cerita Runa, Lifestyle, Only a Story

Geng Sosialita Runa

Sebagai makhluk sosial tentunya kita  perlu yg namanya begawl *hazek*. Di setiap lingkungan dan habitatnya pasti manusia bakal menemukan individu2 lainnya sbg sarana menyalurkan kebutuhan sosialnya.

Begitupun bayi. Walaupun katanya bayi blm ngerti apa2, tp dia juga manusia lho *ya eyalah..*. Jgn mentang2 dia kecil, imut, dan gemesin jd harus disuaka-kan, ga begitu.. Bayi pun dr kecil butuh bersosialisasi.

Nah, waktu 3 bulan pertama kehidupan Runa kan dihabiskan di rumah Anin-Atuknya di Bandung, selanjutnya dirasa udah rada gedean Runa pun diboyong ke Bekasi, tempat ayah-bundanya. Awal2 rada kurang sreg juga kalau tinggal di apartmen, kasian kayanya bayinya ntar sumpek, geraknya terbatas,  ga kondusif-lah pokonya. Tapi ya rezekinya masih di sini yawes dijalanin dulu.. (Alhamdulillah).

Rada krik-krik juga sih di apato, sendirian, ga kenal tetangga, ga punya temen. Untungnya masih ada tante sih di komplek apatonya dan ada sepupu juga yg ngekos ga jauh dr sini. Jadi sering mengunjungi ke unit. Cuma kalo berdua doang sama Runa kerasalah sunyi sepi sendiriii.. Sahabat setia paling hp, lepi, tv, dan buku2..

Continue reading “Geng Sosialita Runa”

Cerita Runa, Info for Motion, Life is Beautiful, Love.., Only a Story

Normal vs Caesar

Kalau ada yang berpikir bahwa melahirkan secara caesar (sc) tu gak sakit that’s wrong. Kalau ada yang berpikir bahwa melahirkan sc itu tidak gentle, tidak seutuh dan tidak sesempurna seperti melahirkan normal.. Well ceuk sahaaa?

Habis saya suka gerah dengan pendapat bahwakalau melahirkan sc itu dianggap tidak sakit, tidak alami, tidak “ibu sempurna”, dan menganggap remeh ibu-ibu yang berakhir di meja operasi.

This is my story. I’ve been through the normal process (the first plan), but the it ended on surgery table. How come? Sini saya ceritain. Skalian sharing..

Buat ibu-ibu yang sedang hamil dan akan melahirkan diambil hikmahnya aja yaa.. Jadi selama hamil, alhamdulillah saya ga ada keluhan serius, bahkan pas hamil muda saya terbang ke Hongkong dan pas hamil tua saya terbang ke Bali. That was fine.. Sampailah pada deket-deket hari H. Saya rencana lahiran di RS Hermina Pasteur. Continue reading “Normal vs Caesar”

Cerita Runa, Journey, Project

Opa dan Si Kecil

Waktu masih bayi, sepenuhnya hidup si bayi bergantung pada emaknya (dan Allah tentunya). Makan minum, pipis dan pup, bobo, ganti baju, dan kebutuhan lainnya diurus penuh sama ibunya. Bayi masih belum berdaya melakukan semuanya sendiri (ya iyaaa, serem-lah kalo masih sebulan terus bisa ngulek cabe di dapur). Sampai bayi bisa beranjak besar dan sedikit demi sedikit bisa mengurus dirinya sendiri.

Sadarkah ketika kita sudah tua dan lemah, bahkan mungkin kehilangan banyak daya ingat, kita dapat kembali seperti bayi? Yang segalanya harus diurus? Seperti itulah yang terjadi pada Opa tersayang saat ini.

You know, after we lost Oma last year, everything change.. We really really REALLY miss her. She just, well she was… She… *even I can’t describe in words*. Saya aja sebagai cucunya sangat merasa kehilangan, apalagi Opa, yang menjadi belahan jiwanya sampai 50 tahun, I can’t imagine his feeling. Setelah Oma duluan pergi, kondisi Opa bener-bener menurun drastis. Opa udah lama mengidap diabetes, saat ini penyakit gulanya membuatnya susah bergerak, sulit berjalan, dan sulit mengingat.

Opa sekarang di Bandung, kadang di rumah Kopo, kadang di Antapani rumah adik mama. Bergantian mengurus Opa. Bisa dibilang Opa kembali lagi seperti anak bayi, yang harus diurus makannya, minumnya, sampai urusan ke belakangnya. Aktivitas Opa pun kebanyakan hanya tidur aja, kadang nonton tivi, kadang saat bicara pun tidak tau apa yang dimaksudnya. Kalau diajak solat berjamaah, kadang ikut saja sambil duduk/tidur. Kadang bertanya kapan bisa pulang ke Padang lagi, kadang nanya ke mana Oma, kadang nanya ke mana anak-anak, apa sudah pulang sekolah, kadang marah kalau ada sesuatu yang ga sesuai hatinya.

Saat ada Opa dan si Kecil di rumah, sama repot mengurusnya. Bedanya kita tidak tahu apa yang bayi inginkan, kalau lapar dia nangis, kalau ngantuk dan cape, dia nangis, begitupun kalau pipis dan pup. Opa sebaliknya, kita bisa gampang bertanya, apa Opa mau makan sekarang, apa Opa mau mandi pagi dulu, apa Opa mau buang air kecil.

Dan bedanya lagi.. Walaupun repotnya mengurus bayi, hati kita terhibur melihat wajahnya, senyumnya, melihat jari-jarinya yang kueccciil, bahkan melihat nangisnya pun kita bahagia. Kalau Opa.. Seeing him like that, really eats my heart from the edge, it tears my feeling. Sedih lihatnya, tapi ga bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa berdoa semoga Allah memberikan yang terbaik baginya.

Nantipun kalau orangtua kita beranjak semakin tua, inget.. Siapa dulu yang mengurus kita waktu bayi, waktu kita ga mampu apa-apa, sampai sekarang bisa lulus kuliah dan kerja? Ga akan bisa terbalas jasa orangtua. Jadi, jika terjadi apa-apa pada orangtua kita, tanpa merasa beban pun kita harus mengurusnya, sama seperti dulu kita diurus beliau-beliau saat bayi.

Mengurus bayi dan mengurus orangtua.. persamaannya lagi adalah.. Sama ikhlasnya, Lillahita’ala.