Cerita Runa, Random Things

Imajinasi Anak Kecil

Pernah gak ngerasa kalau imajinasi anak itu luasss banget gak terbatas? Kalau belum mengalami sama anak sendiri, paling ga dulu waktu kita kecil pernah dong kita punya imajinasi yang orisinil, bebas, lepas, ga merasa takut, dan yang penting kita suka?

Saya perhatikan Runa juga seperti anak kecil lainnya yang suka berkhayal dan berimajinasi ketika bermain. Contohnya ketika dia bermain dengan boneka-bonekanya dia akan bercakap-cakap sesukanya, kadang dengan bahasa Indonesia, kadang dengan bahasa Belanda, kadang bahasa campuran Indo-Belanda-sebagian lagi ngasal. Atau ketika Runa bermain dengan Lego-nya, Runa akan membangun sendiri rumah untuk orang-orangannya. “Ini Papanya, ini mamanya, ini anaknya“, begitu kata Runa. Masing-masing orangya dibikinin pesawat sama Runa, bahkan ada si beruang peliharan keluarga lego itu juga punya pesawat sendiri.

Kadang Runa juga suka mengarang-ngarang lagu sendiri dan berdendang sesuka dia, dengan nada buatan dia sendiri. “Kitaa.. mensahalanya.. kita bermaiin.. bersama-samaa.. kitaa..” Apa deh lanjutannya gak jelas. Begitu juga kalau menggambar, Runa akan menggambar sesukanya. Saya ikutan menggambar juga sih sama Runa, tapi saya gak mencontohkan Runa harus gambar apa (alaaah bilang aja emang ga bisa gambar). Biasanya Runa cuma corat-coret ala benang kusut yang kemudian gambar tersebut dia namakan ‘celaka yang lari‘. Maksudnya apaa Run? saya tanya. Ya itu, celaka yang lari ini sama ada dinosaurusnya.  Saya cuma ngangguk-ngangguk aja. Continue reading “Imajinasi Anak Kecil”

Info for Motion, Just Learning, Life is Beautiful

Repost: Kala wanita memilih untuk tidak bercerita pada wanita

Izin repost dari artikel sebelah

Kala wanita memilih untuk tidak bercerita pada wanita
Diposkan oleh Linda Studiyanti

Saya melihat beberapa fenomena yang terjadi belakangan ini. Dimana wanita sudah tak senyaman itu bercerita pada sesama wanita. Mereka bilang, tak mendapatkan tempat yang tepat untuk sekedar menemukan rasa aman dan nyaman, hingga akhirnya memilih pria sebagai teman curhat.

Secara psikologis, wanita memang berkebutuhan untuk bicara banyak dan banyak bicara setiap harinya. Apa saja; dimulai dari keluh kesah, kegembiraan, cerita pengalaman, bahkan sampai gosip yang antah barantah kebenarannya. Dua orang wanita yang saling bercerita : Keduanya heboh, menceritakan cerita masing-masing, tak mau kalah satu sama lain. Bersahutan, namun sama sekali tidak berkorelasi. Contohnya begini,

A : “Eh, kemarin aku galau banget nih, kerjaan ga beres, semuanya kacau dari pagi sampe sore….blablabla..”
B : “Iya, tau ngga ada diskon kerudung di… blablabla…”

Bersahutan-namun tak berkorelasi. Ya, itu realita. Coba saja perhatikan.
Di sisi lain, pria memiliki kecenderungan untuk mendengar. Kecuali pada orang-orang tertentu yang memang memiliki kebutuhan untuk banyak bicara. Pria dan wanita, dua kepribadian yang berbeda itu akan saling melengkapi sekali. Itulah kenapa fitrahnya jadi klop.

Lho, tapi kan wanita itu ingin dimengerti bukan? Banyak sekali hal yang tidak pria mengerti, diantaranya saat wanita itu merasa kasihan pada anak kecil di jalanan, saat wanita terharu menonton sinetron, dan saat wanita tidak mengerti harus berbuat apa. Semua itu mestinya hanya bisa dimengerti oleh wanita lagi bukan? Hal yang saya sebutkan tersebut bukan (sepenuhnya) diri saya, ini hanyalah sebuah hasil observasi. Jadi, kenapa sekarang ini banyak wanita yang justru memilih pria sebagai tempatnya menyimpan rahasia?

Melalui hasil observasi bersama klien-klien curhat saya, berikut inilah jawaban yang saya dapatkan. Kenapa beberapa orang wanita malah memilih pria sebagai teman curhat,
1. Sibuk
Ada seorang wanita yang sedang benar-benar butuh tempat cerita. Butuh banget, tapi ia hanya bisa cerita ke beberapa orang sahabat wanita yang ia percayai saja. Sayangnya, sahabat-sahabatnya tersebut adalah tipe-tipe sahabat efektif efisien. Saat si wanita yang pertama merasa butuh sekali untuk bercerita, si kedua—karena merasa bahwa masih banyak hal yang harus dikerjakan—berkata, “Duh, maaf banget ya, mungkin lain kali bisa cerita. Tapi aku masih ada yang harus dikerjain”. Pupuslah sudah keinginan wanita pertama untuk bercerita.

Continue reading “Repost: Kala wanita memilih untuk tidak bercerita pada wanita”