Groningen's Corner

Kehangatan Semu sang Mentari

Masa-masa musim dingin sudah hampir berlalu, musim semi mulai mengintai hari. Matahari pun sudah muncul tak malu-malu lagi. Dominasi gelap dalam satu hari pun berkurang, terang semakin berimbang dalam hitungan waktu.

Ternyata setelah melewati empat kali musim dingin dan tiga kali musim semi, saya semakin menyadari bahwa homesick itu bukan datang saat bekunya musim dingin menyerang. Bukan pula karena melihat gelap yang lebih lama dibandingkan terangnya siang. Atau cuaca mendung yang tak henti-henti membayangi hari. Tapi perasaan mellow itu adalah ketika melihat matahari bersinar dengan teriknya, namun panasnya mentari sama sekali tidak terasa di kulit. Rasanya seperti semu yang terasa. Seperti dibohongi. Continue reading “Kehangatan Semu sang Mentari”

Being Indonesian in the Netherlands, Cerita Runa

Buiten Spelen (Welcome Spring, part 2)

Sepertinya hawa-hawa spring sudah datang. Matahari terbit lebih cepat dari biasanya, ga kayak waktu winter ditungguin sampe jam 9 masih aja gelap. Suhu juga rada menghangat, meski kalau keluar rumah masih harus pake jaket tebel dan perlengkapan lengkap. Langit pun didominasi oleh  warna biru dan cerahnya matahari.. ga mendung mengundang lagi. Kuncup-kuncup bunga udah mulai kelihatan muncul malu-malu di rerumputan.

Berasa ada kehidupan dan semangat baru.

Hari Senin, hari saya dan Runa di rumah.. Cuaca bagus, kerjaan ga ada (ada tapi dilupa-lupain), lagi ga sibuk juga.

“Run, kita main ke speeltuin yuuk?” (speeltuin: playground)

“HAYUUU” sambut Runa

Maklum sejak winter kita jarang maen di luar. Setiap ngelewatin speeltuin yang menggoda, Runa pasti pengen main di sana. Tapi saya dan suami selalu beralasan: nanti ya Run, kalo udah ga dingin, udah ga hujan, kalau cuaca bagus Continue reading “Buiten Spelen (Welcome Spring, part 2)”

Being Indonesian in the Netherlands

Salju – Yang Tak Seindah di Foto

Tanggal 4 Januari 2016. Hari pertama orang-orang di Groningen mulai masuk kerja lagi, masuk kuliah lagi, setelah liburan panjang selama 2 minggu. Libur natal dan tahun baru. Hari pertama masuk kampus lagi disambut oleh dinginnya salju yang turun. Di satu sisi saya seneng.. Horeee kebagian salju ey di winter ini, di satu sisi lagi.. Hii.. tiris pisann.

Groningen memang bisa dibilang cukup beruntung (err.. beruntung atau malah buntung ya) karena sering kebagian salju setiap winter. Ga semua kota di Belanda turun salju soalnya, adapun turun salju cuma rintik-rintik dan ga numpuk. Saljupun turun dan menumpuk ga lama-lama, tahun lalu di Groningen hanya 1 hari bertahan salju tebelnya. Di kota-kota lain terutama Belanda yang ke arah Selatan malah cuma dapet seucrit salju. Continue reading “Salju – Yang Tak Seindah di Foto”

Being Indonesian in the Netherlands, Mommy's Abroad

Apa yang Susah?

Suatu ketika dalam pembicaraan skype dengan mama, mama nanya: “Tinggal di sana apa yang susah?”

saya: “Maksudnya susah apa ma?”

Mama: “Yaa.. misalnya kalau di Indonesia susahnya tu, macet di mana-mana, di rumah ga ada pembantu yang bisa ngurangin kerjaan rumah tangga, atau apa gitu?”

Hmmm… Apa yaa.. pertanyaan simpel dari mama membuat saya jadi mikir. Iya-ya apa ya yang jadi big problem selama saya hampir setahun tinggal di sini. Mungkin si mama khawatir, anak tengahnya ini yang ga pernah hidup jauh-jauh dari ortu (paling jauh juga cuma di Jakarta) sekarang tinggal bertiga aja sama suami anak di belahan dunia lain yang jauhnya hampir 15.000 km.

Alhamdulillah selama tinggal di Groningen saya belum merasakan kesulitan yang bikin give up banget. Walopun ga ada ART (manaa adaaa), semua dikerjain sendiri, harus bagi waktu sana sini, but i still keep my sanity.  Padahal dulu tu ya, pe-er banget rasanya ga punya bibik (baca tentang bibik di postingan saya dulu), kayanya seharian habis ngurus bayi dan rumah terus malemnya cape banget. Lha kok sampe di sini peran bibik ga berasa? saya adalah bibik-ibu-istri-sekaligus student. Apa mungkin Runa juga udah beranjak agak besar jadi ga repot ya..Engga juga sih, malah rumah lebih sering berantakan dan belepotan macem-macem.  Continue reading “Apa yang Susah?”

Being Indonesian in the Netherlands, Groningen's Corner, Mommy's Abroad

Seminggu Pertama di Groningen

Ini Monik sebenernya mau nulis rutin dan up to date gitu, tiap ada kejadian baru, pengalaman baru, atau ide baru pengennya langsung ditulis.. Tapi apa daya kadang mood susah ditegakkan dan waktu juga ga mendukung, huu.. Akhirnya semua tulisan jadinya latepost deh, udah basi yak.. Judulnya Seminggu Pertama di Groningen, padahal di sini udah hampir 3 bulan, wkwkwk.. Postingannya udah buluk nih. Tapi gapapalah ya, mumpung masih inget samar-samar.

Oke, Groningen. Kota pelajar, kota sepeda, kota galau (cuacanya moody banget). Saya harus banyak beradaptasi dengan hal-hal baru: Continue reading “Seminggu Pertama di Groningen”

Journey, Mommy's Abroad

Welkom bij Nederlands

24 Agustus 2014. Saya ga akan pernah melupakan hari pertama saya menjejakkan kaki di tanah penjajah kita, Belanda. Bersama keluarga, kayak mimpi. Mimpi dari tahun 5 tahun yang lalu, yang baru bisa dirasakan sekarang, Alhamdulillah. Nikmat Allah begitu besar.

Saya bukan orang yang suka menceritakan mimpi-mimpi besar saya, bahkan pada orang terdekat sekalipun. Bukan seperti Andrea Hirata yang selalu menuliskan mimpinya akan mengenyam pendidikan di Eropa. Bahkan menulis di buku harian pun tidak, saya terlalu malu dan pesimis akan mimpi-mimpi besar saya. Untunglah Allah mengirimkan saya suami yang punya sifat kebalikan dari saya. Suami: “Mimpi itu harus diucapkan, dituliskan, dikasihtau ke banyak orang, biar orang lain ikut ngedoain”.

Saya: Kalo saya, “malu dong bilang-bilang ke orang, nanti kalau gagal gimana?”

Suami: “Itu urusan nanti”

Yah, btw, walaupun kesempatan ini datang setelah 5 tahun lamanya, saya tidak merasa ini terlambat sama sekali. Justru ini adalah timing yang tepat.

IMG-20141004-WA0001Mendarat di Schipol, Amsterdam, pukul 09.40. Disambut dingin dan hujan rintik-rintik

Setelah sampai Schipol, kami bertemu Nada, yang dengan baik hati menyengajakan diri bertemu kami, makasih Nada! Lalu kami ngobrol dan melanjutkan perjalanan ke Groningen dengan kereta. Butuh waktu sekitar 3-4 jam sampai di Groningen. Itu rempongnya bukan mainnnn.. karena kita bawa segambereng koper seberat 82 kg! Full weight mameeeen! Ada 3 koper besar, 1 koper kecil, dan gembolan tas Runa, serta 2 ransel. Kebayang ngangkut-ngangkut barang ke keretanya itu lho. Untung Bandara sama statsiunnya kan nyatu, jadi ga terlalu ribet. Yang susahnya waktu pindah kereta di Ameersfort ke Groningen. Apalagi cuacanya lagi dinggggiiiinn.. *mungkin karena saya newbie jadi kerasanya dingin pisan*. Akhirnya Sekitar jam 3 kita sampai di Groningen, dijemput Chaca.. karena rempong sama barang akhirnya kita pake taksi menuju ke Lewenborg, Kajuit, tempat tinggal baru kita 🙂 Alhamdulillah.

20140824_160216Depan statsiun Groningen

So, this is me. Going back to school, with full scholarship, with my lovely family, and with new spirit also new challenge! Just wish me luck and keep istiqomah in this way.

Thank you for all the support from you, family, friends, relatives. 🙂