Info for Motion, Journey, Just Learning, Life is Beautiful, Project

Djarie Class – Mengorek Mimpi Masa Kecil

Nah, ini salah satu aktivitas yang bikin Monik lebih “hidup”. Jadi selama si Ayah balik lagi ke Duri (untuk ke-3 kalinya), saya memutuskan untuk nyari kegiatan positif yang produktif sekaligus bisa ngusir bete. Kepikiran eh.. apa ikut kelas broadcasting ya.. Trus nanya-nanya ke temen yang pernah ikut. Ada yang bilang biasa aja dan ga terlalu menarik, ada yang bilang seru, dan bahkan ada temen jebolan kursus ini udah jadi penyiar di salah satu radio ternama di Bandung. Ah cobi-cobi ahh… Akhirnya setelah dapat izin suami, saya pun daftar. Untuk awal, saya daftar kelas Minggu, seminggu sekali selama 10 pertemuan (lebih sih, karena suka ada bonus kelas tambahan).

Jadi jadi jadi.. dengan bayar Rp 650.000 dan Rp. 100.000 untuk pendaftaran daku resmi deh jadi muridnya Djarieschool. Entah sebenernya mahal atau ga, tapi worthy kata aku mah.

Kenapa monik ikutan kelas ini? Serius saya sendiri gatau kalau Djarie ini udah ada lama banget berdiri, sekolah announcer gitu (walaupun banyak skill-skill lainnya yang dipelajari di sini).  Kalau tau ya, dari dulu saya ikutannnn.. Bisa diliat di postingan saya dulu tentang ingin jadi penyiar radio. Alasannya masih sesimple dulu: pengen jadi penyiar radio. Walaupun kayanya jauh bisa ke sana, dan ngeliat usia pun, apa ga telat yah? Mana udah emak-emak lagi.

Pas ikutan pertemuan pertama, saya minder deh.. Emang yang ikutannya masih pada mude-mude, ada yang masih kuliah, ada yang baru lulus dan lagi jadi jobseeker, bahkan ada yang masih SMP dan SMA, meeen.. dan saya pikir yang ikutan ini pada anak-anak gaul yang songong, tapi engga, saya salah besar, ternyata kelas saya IHT-39, anaknya asik-asik dan bodor.

Akhirnya kesampean juga deh bisa belajar mixing, cuap-cuap di mic ala penyiar radio, sambil muterin lagu, wkwkwkwk.. ini satu bucket list bisa dicentang deh.

1396150196751Pertemuan Kedua sama Mas Arie, belajar tentang on beat, speaking natural, sama bawain rekues program.  dari Kiri: Ceu Windi, Ulfah, Yufi, Dekky, Mike, (lupa namanya cuma ketemu hari itu doang), Sherly, Me, Barried, Ratna, Coy. (di depan: Putri, Anna). Ada Anggitha, Astrie, ama Ibob tapi lagi ke mana ya tu anak betiga. Btw, sayah paling kolot di antara mereka smuaaa (Mas Arie sih paling kolot, haha), tapi ga keliatan kan, kaan, kaaaan?? (todong pake keris)

Continue reading “Djarie Class – Mengorek Mimpi Masa Kecil”

Journey, Just Learning, Life is Beautiful

Selalu Ada Jawaban

Pernah ga mengalami hal kayak gini: Keseeeel banget sama suatu kondisi yang terjadi sama kita dan bahkan cenderung kurang bisa menerima kondisi tersebut, tapi kemudian ketika hati sudah mulai melunak dan menerima, eh muncul banyak sisi baik dari kondisi tersebut.

That happened to me during this 3 months. 3 months with many unexpected changes, which I really really HATE IT at the first time,  then still denied it for the next following days and months, but then I realized that actually everything was not too bad, even I got a kind of ‘break’ from this situation.

Singkat cerita, selama bulan Januari-April ini saya dan keluarga mengalami beberapa perubahan kondisi dan detour, di Bekasi-Bandung-Duri. Di saat saya dan keluarga lagi nyaman-nyamannya nih dengan kondisi saat itu, eh jengjeng ada yang harus berubah. Di apartmen bertiga, ga pake bibik ga masalah. Runa walaupun lagi lasak tapi saya udah mulai kebiasa, olshop lagi lancar, punya geng sosialita di apartmen, lagi mulai mo ngisi rumah yang di komplek dan rencana pindah ke sana. Everything was going well.

Tiba-tiba nih, kita (harus) mengalami pergeseran dari zona nyaman kita ini. Ini yang sebenernya bikin saya empet selama hampir 2-3 bulanan ini. Panjaaaaang deh mo diceritain, bisa-bisa esmosi deh aing (tuh kan). Waktu itu saya pikir sebenernya kami masih bisa punya pilihan untuk menolak “hal itu” tapi dikarenakan “oknum-oknum” yang menyebalkan jadi semuanya kaya ketimpaan ke saya dan Runa tentunya. Si Ayah jadi “kambing hitam” untuk jadi engineer yang ditransfer ke Duri, padahal aslinya bukan dia yang harusnya ke sana, sekali lagi karena perbuatan si “oknum” tersebut jadilah sudah.. Saya pengen nolak ya gimana ga punya kuasa, mo nurut ya jadi sakit hati.. Apalagi waktu itu si Ayah sampai melewatkan momen ultah pertamanya Runa.

Continue reading “Selalu Ada Jawaban”