Pharmacisthings

Deprescribing pada pasien diabetes tipe-2

Bismillah.

Saya mencoba memaparkan sedikit pendahuluan dari riset kami mengenai deprescribing pada terapi diabetes tipe-2 secara sederhana, dalam bahasa Indonesia. Mudah-mudahan para pembaca bisa lebih mendapatkan informasi mengenai topik ini. Untuk paper lengkapnya bisa dibaca di tautan berikut: https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/dme.14408 (Published: 23 September 2020, open access).

Deprescribing adalah sebuah proses terencana yang meliputi penurunan dosis, penghentian, atau pengubahan terapi obat. Tujuan dari proses tersebut adalah mengurangi risiko terapi (seperti efek samping obat), juga untuk meningkatkan hasil terapi sesuai dengan tujuan terapi dan preferensi pasien. Proses ini biasanya ditujukan untuk mencegah polifarmasi dan potensi pengobatan yang tidak tepat (polypharmacy and potentially inappropriate medication). Istilah deprescribing ini mungkin belum umum dikenal dalam bahasa Indonesia, belum ada padanan kata yang tersedia untuk kata ini. Sederhananya deprescribing mungkin lebih dikenal dengan proses de-eskalasi (de-escalation), de-intensifikasi (de-intensification), titrasi dosis (titration/tapering), atau penghentian obat (cessation/discontinuation).

Istilah deprescribing pertama kali dalam bahasa Inggris di tahun 2003, di salah satu artikel penelitian dari farmasi rumah sakit di Australia. Tahun 2014, sebuah systematic review menyimpulkan istilah deprescribing agar istilah ini diakui secara internasional, dan ada kesepakatan definisi.

Deprescribing is the process of withdrawal of an inappropriate medication, supervised by a health care professional with the goal of managing polypharmacy and improving outcomes’. (Reeve, 2014). Continue reading “Deprescribing pada pasien diabetes tipe-2”

Mommy's Abroad

“Dirijek, dirijek, dirijek aja”

Beberapa pekan lalu saya mengerjakan review manuskrip yang disupervisi oleh supevisor saya. Jadi dalam hal ini saya bertindak selaku reviewer yang diamanahi sebuah jurnal untuk mengecek “kepantasan” suatu manuskrip untuk layak terbit atau tidak. Jurnal tersebut lumayan ternama, masih Q1 di area medicine, edpidemiology, dan pharmacology.

Merupakan pengalaman yang menarik, sebab saya harus mengkritisi isi paper tersebut. Biasanya kan saya, sebagai PhD student, yang selalu kena kritik. Tentu ketajaman saya mengkritik masih selow, dibandingkan dengan si Ibuk supervisor. Dia bisa melihat dari sisi depan-belakang-kiri-kanan kekurangan dan kelebihan paper tersebut. Di beberapa tempat, si Ibuk juga sepakat pada poin-poin strong and weakness poin yang saya tuliskan di review. Sebagai reviewer, kita hanya berhak memberikan penilaian, tapi pertimbangan untuk rejection dan acceptance itu dari pihak editor jurnal. Jadi ya serah editornya. Editor akan menimbang dari kesimpulan major and minor concern dari beberapa reviewer yang dia tunjuk.

Baru kemarin ternyata saya diforwardkan email dari editor tersebut, bahwa paper tersebut bernasib malang. Ah sayang sekali paper tersebut kena reject. Padahal saya sangat mengapresiasi kerja keras authors dalam menuangkan risetnya ke paper tersebut. Saya membayangkan juga bagaimana dia bisa menghasilkan paper tersebut dengan banyak results, figures, dan tables. Pasti sang PhD tersebut pontang-panting menyelesaikannya (ngaca sendiri). Selain daripada dia juga menyitasi paper saya, ehem.. saya sebenarnya berharap papernya di-accept oleh jurnal tersebut. Menurut pandangan editor, dari dua reviewers, kesimpulannya ada major points yang harus diselesaikan dan nampaknya untuk sekarang mereka menolak dulu. Continue reading ““Dirijek, dirijek, dirijek aja””

Pharmacisthings, Tentang Menulis

Apoteker Bercerita

Suatu kali teman saya yang dosen di farmasi me-mention saya di fesbuk. Mahasiswanya ada yang bikin status seperti ini (maaf ya Dek saya upload di sini statusnya, tenang kan nama disamarkan, hehe). Antara pengen ngakak dan juga seneng masih ada yang baca blog kami di apotekerbercerita. Ngakak karena saya disebut-sebut sebagai ‘lulusan FKK di masa lalu’, berasa saya berasal dari zaman batu saking tuanya, haha.. padahal saya masih seangkatan pula sama temen saya yang dosen muda itu. Saya angkatan pertama FKK, tahun 2006.. jarak ke angkatan FKK paling muda sekarang 2014, cuma juga 8 tahun *cumaa Moon.. cumaa.. itu kalo anak udah SD kelas dua*. Seneng karena ternyata dari tulisan saya bisa ternyata mengena untuk si anak FKK tersebut, dia bisa merasakan apa yang saya tulis berarti. (oiya saya nyebut ‘saya’ doang tanpa Tim Apotekerbercerita lainnya karena saya satu-satunya FKK di dalam tim, lainnya anak STF, dan Sang Ilustrator tentu, hehe).

"Lulusan FKK di masa lalu..."
“Lulusan FKK di masa lalu…”

Continue reading “Apoteker Bercerita”

Pharmacisthings, School stuff

Tanya Jurusan (Schooltalk PPI Belanda) – FARMASI

Beberapa hari yang lalu, saya diajak temen untuk ikut ngisi Schooltalk bersama PPI Belanda. Jadi PPI Belanda memfasilitasi mahsiswa Indonesia yang ingin bertanya lebih lanjut mengenai jurusan di univ Belanda. Hampir semua jurusan ada.. Saya dan teman saya di Utrecht akan sharing mengenai perkuliahan S2 Farmasi.

Formatnya berupa live chat di whatsapp. Peserta mendaftar dulu lewat panitia PPI Belanda, pertanyaan dikumpulkan. Kemudian kami menyiapkan dulu jawabannya beberapa hari sebelum live chat. Setelah sesi penjabaran tanya jawab, peserta boleh melemparkan pertanyaan kembali tetapi melalui moderator.

Berikut pertanyaan dan jawaban yang sudah dirangkum oleh Widya dan Cita dari Drug Innovation-Pharmaceutical Sciences, Utrecht University, saya dan Laras (dari jurusan yg sama dengan saya, tapi memilih free track dengan research di dept berbeda). Semoga yang kemarin ga sempat ikutan acara ini bisa tetep terinfokan.

 Sesi Pertama.

Pertanyaan:

1. Apa jurusan master yang Anda ambil? Bagaimana sistem perkuliahannya? Continue reading “Tanya Jurusan (Schooltalk PPI Belanda) – FARMASI”

Life is Beautiful, Pharmacisthings, School stuff

Farmasiku Dulu dan Kini

Rasanya saya dulu pernah bikin tulisan ini. Tapi saya cari-cari di ‘perpus’ blog saya kok gak ada ya. Yowes, karena foto-fotonya masih ada ya saya bikin lagi aja deh tulisannya. Itung-itung sambil mengobati rasa kangen saya pada kampus dan fakultas/prodi saya, hehe..

2006-2016 Udah hampir 10 tahun berarti saya punya keluarga di Sekolah Farmasi ITB 2006 dan 9 tahun kebersamaan saya dengan FKK (Farmasi Klinik dan Komunitas), si prodi muda farmasi. Penjurusan di FKK memang dimulai di tahun kedua kuliah. Tahun di mana saya menemukan keluarga kedua saya dan akhirnya saya bisa menemukan kenyamanan belajar farmasi.

Saya kangen 33 saudara saya di FKK. Kami si anak sulung yang banyak melewati trial dan error. Kenapa anak sulung? Iyah FKK itu baru ada pas angkatan saya dan baru diakreditasi setelah kami lulus. Mangkanya itu kami merasa lebih deket karena kami melewatinya bareng-bareng. Saya salut pada dosen-dosen farmasi ITB yang percaya bahwa prodi FKK itu penting dan perlu, bahwa farmasi ga melulu soal formulasi dan industri. Saya salut pada semua saudara sesulung saya yang berani mengambil pilihan menjadi si anak pertama. Tahu sendiri jadi anak pertama ga gampang toh? Jadi ortu aja ngedidik anak pertama banyak trial error-nya, gimana ngedidik prodi yang baru didirikan? Saya salut pada kepercayaan Bapak Sigit (alm.) dan dosen-dosen yang memperjuangkan FKK, karena merekalah kami ada dan bisa berkarya sampai sekarang. Ah, pak Sigit, andai Bapak ngeliat anak-anak sulung Bapak sekarang.. Continue reading “Farmasiku Dulu dan Kini”

Informatie, tips & trucs, Pharmacisthings, School stuff

About MSc. Medical Pharmaceutical Sciences

Beberapa teman dan kenalan yang mengetahui kalau saya lanjut kuliah S2 Farmasi di University of Groningen mengontak saya dan bertanya: Monik kuliah farmasi apa di sana? Cakupannya apa saja? Mata kuliahnya apa saja? Researchnya seperti apa? Nyambung tidak dengan pekerjaan atau latar belakang saya sebelumnya?

Saya senang bisa bantu menjawab rasa penasaran teman-teman sekalian. Oleh karena itu saya juga akan rangkumkan garis besar si jurusan S2 yang saya tempuh sekarang ini. Walaupun memang di website RuG sudah cukup lengkap, mungkin penjelasan saya akan membantu.

1. Jurusan apa aja sih yang bisa apply untuk MSc Medical Pharmaceutical Sciences (MPS) ?

In sya Allah background bachelor yang berlatar belakang farmasi sangat terbuka chance-nya untuk apply MPS. Tapi ternyata ga cuma farmasi, related research fields yang berhubungan dengan molecular and cellular biology, kimia organik, biokmia, juga bisa kok.

2. Intinya si MPS ini mengarah ke mana sih?

MPS ini fokus pada studi patofisiologi dan intervensi obat. Cakupan programnya cukup luas, jadi mulai dari mempelajari penyakit, sampai drug development, dari mulai basic farmasetik, farmakologi molekular, analisis farmasi, toksikologi, farmasi klinik, farmakoterapi, sampai studi post marketing surveillance. Tapi kita ga akan mempelajari semuanya secara dalam. Kita cukup memilih akan berfokus pada bidang yang mana, terutama untuk research. Continue reading “About MSc. Medical Pharmaceutical Sciences”

Info for Motion, Informatie, tips & trucs, School stuff

Monik lagi S2 di Belanda? Boleh Nanya-nanya ga?

Boleh bangeeeet.

Ini bukannya saya sok-sokan eksis ada yang nanya-nanya segala. Tapi memang beberapa orang teman nanya ke saya, bagaimana saya akhirnya bisa S2? beasiswanya apa? persiapannya apa? dan lain-lain. Saya seneng kok kalau bisa ikut bantu jawab pertanyaan temen-temen yang penasaran gimana caranya S2 di luar negeri dengan beasiswa. Saya juga soalnya dulu suka nanya-nanya, dan saya bersyukur kalau tiap saya nanya, orang merespon dengan hangat dan sabar. Jadiiii.. yaa apa salahnya saya rangkum jawaban saya di sini. Nanti kalo ada yang nanya, saya bisa langsung share link, dan kalo ada yang bingung bisa nanya lagi.

Monik sekarang S2, kok bisa??

Hahaha.. heran gitu ya? Kayak kok aku ga meyakinkan buat bisa lanjut S2 *becandaaa*. Iya, Alhamdulillah, Monik S2, bisa.. dengan pertolongan Allah, hehe..

Monik S2 jurusan apa, di mana?

Monik ambil jurusan farmasi juga, tepatnya MSc. Medical Pharmaceutical Science, di University of Groningen (Rijkuniversitet Groningen/RuG), Belanda. Nih kalau mau tau apa aja fakultas dan jurusan yang tersedia di RuG http://www.rug.nl/masters/by-faculty

Gimana bisa nemu jurusan dan universitas yang cocok sama kita?

Kalau untuk master, mau ga mau kita emang harus banyak cari informasi sendiri, bisa lewat education fair, googling, dan liat web universitasnya. Emang butuh effort untuk memilah-milah mana universitas mana yang jurusannya ada dan sesuai dengan minat dan background kita. Lalu juga memilah-milah negara mana yang kira-kira cocok untuk kita. Filter sebanyak-banyaknya opsi yang diinginkan, jangan cuma mentok sama satu pilihan aja. Saya pilih Belanda dan RuG sebenarnya karena beberapa faktor: Continue reading “Monik lagi S2 di Belanda? Boleh Nanya-nanya ga?”

Journey, Just Learning, Life is Beautiful

Selalu Ada Jawaban

Pernah ga mengalami hal kayak gini: Keseeeel banget sama suatu kondisi yang terjadi sama kita dan bahkan cenderung kurang bisa menerima kondisi tersebut, tapi kemudian ketika hati sudah mulai melunak dan menerima, eh muncul banyak sisi baik dari kondisi tersebut.

That happened to me during this 3 months. 3 months with many unexpected changes, which I really really HATE IT at the first time,  then still denied it for the next following days and months, but then I realized that actually everything was not too bad, even I got a kind of ‘break’ from this situation.

Singkat cerita, selama bulan Januari-April ini saya dan keluarga mengalami beberapa perubahan kondisi dan detour, di Bekasi-Bandung-Duri. Di saat saya dan keluarga lagi nyaman-nyamannya nih dengan kondisi saat itu, eh jengjeng ada yang harus berubah. Di apartmen bertiga, ga pake bibik ga masalah. Runa walaupun lagi lasak tapi saya udah mulai kebiasa, olshop lagi lancar, punya geng sosialita di apartmen, lagi mulai mo ngisi rumah yang di komplek dan rencana pindah ke sana. Everything was going well.

Tiba-tiba nih, kita (harus) mengalami pergeseran dari zona nyaman kita ini. Ini yang sebenernya bikin saya empet selama hampir 2-3 bulanan ini. Panjaaaaang deh mo diceritain, bisa-bisa esmosi deh aing (tuh kan). Waktu itu saya pikir sebenernya kami masih bisa punya pilihan untuk menolak “hal itu” tapi dikarenakan “oknum-oknum” yang menyebalkan jadi semuanya kaya ketimpaan ke saya dan Runa tentunya. Si Ayah jadi “kambing hitam” untuk jadi engineer yang ditransfer ke Duri, padahal aslinya bukan dia yang harusnya ke sana, sekali lagi karena perbuatan si “oknum” tersebut jadilah sudah.. Saya pengen nolak ya gimana ga punya kuasa, mo nurut ya jadi sakit hati.. Apalagi waktu itu si Ayah sampai melewatkan momen ultah pertamanya Runa.

Continue reading “Selalu Ada Jawaban”

Journey, Pharmacisthings

Goodbye Dear Sir..

Ironis. Baru kemaren ngepost tentang kematian saat tidur yang dialami mahasiswa ITB, Minggu 29 Des 2013 ini dapet kabar duka dari Farmasi ITB. Dosen tercinta kami, Bapak Joseph I. Sigit dipanggil menghadapNya, saat tidur. Berita yang saya dapat, Minggu pagi beliau sudah gak ada, pas dibangunkan sudah gak bisa, katanya serangan jantung.

Berita duka ini bener-bener bikin shock, tiba-tiba banget, gak ada yang menyangka karena Alm. sebelum2nya masih sehat dan gak ada tanda-tanda sakit. Beliau memang berperawakan gemuk dan beliau sendiri yang sering bilang (sambil nada bercanda) pas lagi kuliah: “Orang kayak saya ini yang kadar trigliserida-nya tinggi”. Yap, beliau mengajar Farmakologi, khususnya tentang jantung, dengan patologi utama yang berkaitan itu hiperkolesterol dan hipertensi. Berulang-ulang beliau selalu menekankan tentang kolesterol tinggi yang bisa menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, dan kalau terjadi di pembuluh darah jantung… , begitulah.

Hmmmph.. masih belum pengen rasanya beliau pergi. It’s too sooner.. Tapi Allah pasti punya rencana lain, dan manusia hanya punya sedikit pengetahuan tentang itu.

Continue reading “Goodbye Dear Sir..”

Journey, Only a Story, Pharmacisthings

PCE 2013

Sabtu kmrn sy habiskan di bandung, di itb tepatnya, spesifiknya di farmasi. HMF (Himpunan Mahasiswa Farmasi) lg ngadain acara yg rutin tiap taun digelar, PCE namanya.. Patient Counseling Event. Seminar ttg dunia kefarmasian terkini dan ada kompetisi konseling pasien utk mahasiswa&(calon)apoteker.

Danternyata, ga kerasa saya udah melalui 6x PCE selama ini..
1. Wkt tingkat 2, th 2008, pas masih cupu ga ngerti konseling apa.. Cuma ikutan seminarnya doang, dan yg parahnya yg paling remarkable dr PCE th 2008 itu adlh kejadian keracunan makanan dr nasi kotak konsumsinya >_<  sy dan bbrp temen (bahkan peserta dari univ lain) ikut jd korban keracunan. Malu oge sih sbnrnya sbg tuan rumah ada skandal jepit ky gt.

2. Wkt tingkat 3, th 2009, pengen sih ikutan lomba konselingnya. Tp ga punya nyalii. Akhirnya ada 2 org tmn dr FKK ikut utk level beginner. Ga disangka langsung juaraa donngg.. *prok2 Kamel, proud to be ur friend*. Ini bkin kita jd makin terpacu balajar farkot-farmol dan tentunya teknik konselingnya.

Continue reading “PCE 2013”