Cerita Apartment, Only a Story, Project

Cerita Apartment (4) – Runa dan Double Alya

Runa punya 2 teman sepantaran yang namanaya sama2 Alya di apartement. Saya bahkan ga apal nama lengkap kedua Alya itu, hehe.. Nanti deh saya tanyain ke mama2nya. Alya pertama lahir Bulan Agustus 2013 dan Alya kedua lahir Bulan September 2013. Mangkanya yang satu dibilang Alya besar yang satu lagi Alya kecil. Tapi kalo dari perawakan mah si Alya kecil ini malah lebih gede daripada Alya Besar.

Runa seneng main sama mereka. Untunglah Runa ga termasuk anak yang berulah, kalo ada temen malah dia seneng banget.. “Ayaaa..” itu panggil Runa sama mereka berdua. Continue reading “Cerita Apartment (4) – Runa dan Double Alya”

Love.., Motherhood

Repost – About IRT – dari Ust. Felix Siauw

1. saya masih ingat beberapa tahun lalu sebelum Muslim | papi sempat menasihati saya perihal “Ibu Rumah Tangga”

2. “lix, selama papimu masih bisa mencukupi keluarga, mamimu tugasnya di rumah” | tegas papi berpendapat soal IRT

3. padahal saat itu isu feminisme sedang santer | wacana wanita karir sedang panas-panasnya | arus genderisme mewabah

4. tapi papi tenang aja lalu menyampaikan | bahwa dia ingin yang terbaik bagi anak-anaknya | dan itu berarti perhatian full dari ibu mereka

5. hidup kala itu tidak mudah, dan akal lebih mudah seandainya mami bekerja | tapi papi sudah mengambil pilihan, dan itulah yang ia jalani

6. karena semua manusia punya pilihan | apa yang didapat dan apa yang dikorbankan | semua selalu tentang pilihan

7. sebelum Muslim pun saya tumbuh dengan memahami | lelaki dan wanita tidaklah sama | mereka punya kelebihan di bidang masing-masing

8. posisi ibu dalam dunia anak itu tidak tergantikan | perhatian seorang ibu pada anaknya takkan terbeli sebanyak apapun harta

9. dan posisi ibu itu tidak bisa diulang kembali | karena umur anak takkan bisa diputar lagi

10. maka ketika memilih calon ibu dari anak-anak kami syaratkan | “maukah engkau menjadi fulltime-mother bagi anak-anak?”

11. “saya nggak mau ketika anak dewasa lalu bermaksiat, kita menyesal ‘mengapa dulu tidak habiskan lebih banyak waktu bersamanya?!'”

12. itu pemahaman sebelum Muslim | saat sudah mengenal Islam | kami memahami betul Islam paling memuliakan wanita

13. feminisme menjadikan materi sebagai standar sukses | wajar bila mereka merasa dunia tidak adil | karena materi jadi penanda sukses

14. feminisme menganggap waniat modern harus lebih mirip lelaki | bahwa bila wanita tidak bekerja maka wanita akan direndahkan

15. feminisme sukses mendidik wanita melihat kesuksesan sebagai | punya penghasilan tinggi, gelar seabrek, mobil mewah, buka aurat dll

16. wajar hasilnya di negara-negara asal feminisme | wanita jadi lebih malas berkeluarga apalagi memiliki anak | kerja lebih asyik

17. menurut pandangan feminis | IRT itu perendahan martabat perempuan, tidak modern, perbudakan terhadap wanita

18. wajar di negara-negara yang vokal feminisme | perceraian pun memuncak | karena tidak ada satu pemimpin dalam keluarga

19. US misalnya yang jadi kampiun feminisme | angka perceraian mencapai 50% per 2012 sila rujuk http://t.co/OUvEkdUY8L

20. “nearly 80% cited financial problems as the leading cause of the marital demise” (Carr, 2003, p.10) | http://t.co/zQFsyYQuqe

21. feminisme mangaburkan fungsi ayah dan ibu dalam rumah tangga | hanya semata-mata demi mendapat lebih banyak materi

22. akhirnya meningkatlah angka single parents http://t.co/k9eNybXtq7 | dan jelas broken home http://t.co/yUvU499gT9 http://t.co/qAjjFfHBQJ

23. banyak juga studi-studi yang menperingatkan | sangat sulit untuk memadukan ibu dan karir sekaligus | http://t.co/mu5t6N2u3m

24. sebagai tambahan, US yang melahirkan gerakan feminisme saja | sudah banyak bermunculan gerakan anti-feminisme sebagai gantinya

25. di US, sudah banyak wanita sadar bahwa feminisme mengorbankan keluarga | mereka ingin kembali menjalankan peran ibu rumah tangga

26. karena seberapa banyak waktu pun yang didedikasikan untuk mendidik anak | tiada pernah akan ada waktu yang cukup untuknya

27. “saya ibu sekaligus karyawan, anak saya baik-baik saja” | di-sambi aja sudah baik, apalagi bila fulltime-mother? tentu sangat baik 😀

28. lalu pertanyaan prinsipil | “apakah Islam melarang wanita bekerja?” | “apakah wanita tidak boleh berpendidikan tinggi?”

29. dalam Islam hukum wanita bekerja itu mubah (boleh) | sedangkan menjadi “ibu dan pengelola rumah tangga” itu kewajiban

30. jadi sah-sah saja wanita memilih bekerja | namun beres juga kewajibannya | tentu bila dia lebih memilih yang wajib, itu yang utama

31. hidup memang perkara pilihan | dan Islam memerintahkan untuk memaksimalkan waktu ibu untuk anak-anaknya | urusan uang biar ayahnya

32. bagaimana dengan wanita yang ditinggal suami apapun alasannya | maka bekerja menafkahi anak tentu amal pahala besar baginya 🙂

33. maka karir terbaik wanita | adalah menjadi ibu sepenuhnya

34. tentang pendidikan? | tidak bosan-bosan saya sampaikan | bahwa seorang ibu HARUS terdidik sempurna, tinggi dan luasnya

35. bahkan wanita Muslimah WAJIB lebih terdidik daripada lelaki | karena ialah madrasatul ula (pendidikan pertama dan utama) anak-anaknya

36. maka jangan tanya “untuk apa pendidikan tinggi bila hanya jadi IRT?” | jadi IRT justru perlu pendidikan tinggi

37. karena di tangan kaum ibu generasi Muslim berada | bukan di tangan ayah generasi Muslim dibentuk

38. banyak wanita yang sebetulnya bisa menggapai dunia lebih dari lelaki | tapi mereka mengorbankan segalanya demi anaknya | MULIA

39. dari ibunda MULIA semisal itulah | menjadilah Imam Syafi’i, Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad

40. rata-rata ulama besar menghabiskan masa kecil dalam yatim | ibu merekalah yang mendidik dan mendaras Al-Qur’an setiap waktu

41. sembah sujud kami pada Allah yang selalu menjaga dunia dengan para ibunda MULIA | yang mau mengorbankan semua buat kami anak-anaknya

42. hormat khidmat kami padamu wahai ibu | yang gadaikan semua waktu tanpa sesal dan keluh | membina kami jadi yang terbaik dalam agama

43. pada para bunda MULIA doa kami | “Wahai Tuhanku, kasihilah keduanya, sebagaimana keduanya TELAH MENDIDIK AKU WAKTU KECIL” (QS 17:24)

44. kembali lagi semua masalah pilihan | part-time mother or full-time mother? | you decide 😀

Motherhood, Project, Trash = Relieved

Seminggu Sekali

Huwaaahh..

Gapapa sih cuma pengen huwah aja, hehehe.

Baru baca ‘Madre’nya Dee. Ceritanya unik, hebat Dee yaa.. bisaan bikin cerita dengan tema yang biasa menjadi luar biasa. Dari cerita tentang roti aja bisa dibikin semenarik itu, bahkan dijadiin film. Pengen nonton filmnya (ada Vino Bastian gituhh :-*), apa daya buntutnya belom bisa diajak ke bioskop, hehe.. Jadi untuk sementara cukup terhibur dengan adanya tv kabel sama buku-buku aja.

Di dalam cerita Madre itu, tokoh utamanya bernama Tansen punya kehidupan yang bebas, tidak terikat, suka-suka, ga berutinitas. Dipikir enak bener yah hidupnya, santeeey gitu, tanpa pressure. Yang saya suka dari kebiasaan Tansen ini, walaupun dia ini hidupnya serabutan dan ga punya jadwal rutin tapi dia punya satu-satunya kebiasaan yang dia pelihara dengan baik, nulis blog!

Yep si Tansen ini setia mengupdate blognya walaupun hanya seminggu sekali. Katanya itulah rutinitas satu-satunya yang dia pelihara. Kalau serabutan adalah penyakit, maka blog ini adalah obatnya -begitu dia bilang.

Dari kalimat tersebut saya jadi tergelitik. Dan kebiasaan Tansen itu bikin saya jadi termotivasi. Bener sih. Selama ini saya nulis buat apa? buat terapi.. Terapi dari penyakit kejiawaan akut saya. Tapi terapinya ga saya jalankan dengan baik, pantes saya ga sembuh-sembuh, hahaha.. Selayaknya minum obat yang harusnya diminum teratur, pas ga dikonsumsi teratur malah makin sakit.

Oke, saya sih yang selalu banyak beralasan pada diri sendiri dengan berkata dalam hati. Ah capek hari ini seharian sama Runa ga bisa buka lepi, ah pegel cucian lagi banyak, ah hari ini udah masak ga sempet nulis, ah koneksi internet odong-odong jadi susah buka wp.

Sebaiknya saya sudahi saja beralasan ini dan mulai menjalankan terapi terbengkalai ini. Dan memulai proyek penataan diri yang dimulai dengan seminggu sekali. Toh waktu itu saya menetapkan target untuk menulis straight 12 hari bisa terlaksana juga.

Mungkin memang ga banyak yang bisa saya sharing. Mungkin cerita saya juga ga menarik dan menantang, seperti berlayar ke Raja Ampat pake rakit, memanjat menara eiffel, atau berski di pegunungan alpen dengan baju renang. Cuma kehidupan ibu rumah tangga yang baru resign dan merasakan seharian di rumah ngurus bayi, masak, beberes, sambil ngejalanin bisnis online yang lagi bertumbuh. You bet my life is so boring, right? But whatsoever.. I kinda enjoy it. And it’s time for me to have a simple and healing routinity once a week. Blogging!

Just wish me luck!