Being Indonesian in the Netherlands, Catatan Hati, [GJ] – Groningen’s Journal

Berserah pada Jalan Allah

Bagaimana Kabar Ramadan?

Ramadan sudah berlalu dua pertiga jalan, tinggal sepertiga lagi akan kita tempuh Insya Allah. Lalu bagaimana Ramadanmu? Ada rasa mellow juga mengingat Ramadan ini sudah mau habis, tapi rasanya belum banyak yang dilakukan dengan maksimal. Masih ada missed-nya, masih ada kekurangannya, masih belum kenceng doanya. Ya Allah, manusia memang tempatnya salah dan penuh nafsu. Tapi semoga momentum Ramadan ini menjadi momen kita bisa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya. Saya percaya, pasti ada hal-hal baik yang “nyangkut” dari Ramadan kali ini untuk dibawa jalan ke depan. Meski tertatih, tapi kita tahu kita ada di jalan yang benar, Insya Allah di jalan yang diridoi Allah, aamiin.

Manusia memang lemah. Bahkan untuk mengurus hidupnya sendiri manusia itu tidak mampu, Allahlah yang membimbing dan menunjukkan jalan. Seperti nasihat Rasulullah SAW kepada putrinya Fatimah RA untuk senantiasa berdoa pada setiap pagi dan petang. Sebuah nasihat indah yang membuat saya tertegun. Terkadang diri ini merasa sombong, merasa tahu mau melakukan apa-apa, merasa mengerti ini itu, padahal tak ada satupun hal yang kita mampu dan ketahui tanpa bimbingan Allah SWT.

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ! أَصْلِحْ لِي شَأْنِيَ كُلَّهُ، وَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ

Artinya: Wahai (Dzat) yang Maha Hidup dan Maha Berdiri! Dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Perbaikilah urusanku seluruhnya, dan jangan Engkau serahkan aku kepada diriku walau hanya sekejap mata. (HR Imam An-Nasai, Imam Al-Hakim).

Continue reading “Berserah pada Jalan Allah”
Being Indonesian in the Netherlands, Life is Beautiful

Ideal, Beruntung, dan Berkah

Banyak yang bilang bahwa kondisi keluarga kami saat ini adalah ideal. Di mana saya berkuliah dengan full scholarship di Belanda, suami bekerja dengan pekerjaan yang sama di Indonesia, dan Runa sekolah dan berada di tangan yang terpercaya. Semuanya seperti terencana dengan rapi. Ada juga yang bilang bahwa kami sangat beruntung, saya bisa keterima S2 tanpa biaya yang memberatkan suami, suamipun bisa melanjutkan kerjanya di sini, yang katanya untuk bisa bekerja di Belanda itu sulit karena kita memang harus punya skill yang spesifik dan terutama fasih berbahasa Belanda, tidak cuma Inggris.

Apapun yang orang bilang dan pandang dari luar. Setiap mereka bilang, saya hanya bisa megucap syukur dalam-dalam. Alhamdulillah atas nikmat yang telah Allah berikan. Saya dan suami seringkali merenung, betapa cara Allah untuk membuat kami dalam kondisi sekarang ini adalah luar biasa. Saya dan suami tidak pernah merencanakan sejauh ini. Saat itu cita-cita saya cuma satu, kembali ke sekolah setelah Runa sudah cukup besar. Ternyata setelah melalui proses yang cukup panjang dan dramatis *lebay*, sampailah kami di sini. Continue reading “Ideal, Beruntung, dan Berkah”