Being a Student Mom, Just Learning

Pengalaman Menjalani Kuliah secara Online

Saya mau sharing sedikit pengalaman selama mengikuti kuliah online di masa pandemi ini. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, mayoritas kegiatan perkuliahan di universitas dilangsungkan secara online. Ada juga yang menggunakan metode  hybrid katanya. Semacam kombinasi aa tatap muka juga, ada online-nya juga. Untuk meminimalisasi adanya kerumunan massa, dan juga untuk tetap memfasilitasi kegiatan perkuliahan yang efektif. Yaa.. tau kan gimana tantangannya kuliah melalui layar laptop. Bagaimanapun tatap muka dan pertemuan fisik tidak bisa digantikan dengan tatap virtual. Banyaklah kekurangan dan kesulitannya.                                                     

1. Koneksi

Namanya koneksi suka stabil dan enggak, tergantung rezeki. Namanya juga semua orang lagi wfh, ya bisa aja satu hari koneksi pet pet pet gitu. Video macet, suara ilang-ilang. Gak cuma dari saya aja, kadang dari dosennya, kadang peserta lain. Kalau udah kayak gitu, apa lagi yang bisa dilakukan coba? Emang pas kebetulan aja gak hoki.

2. Komunikasi satu arah

Dosennya kayak ngomong sendiri ke layar gitu. Dia juga merasa desperate sebenarnya. Kayaknya aneh, dan ga ada aktif interaksi. Dia gak bisa melihat apa muridnya memperhatikan apa enggak, mengerti apa enggak. Ya sama, murid juga merasa gitu. Mau nanya ya kagok juga motong omongan dosen pas lagi ngomong. Ada sih pilihan raise hand (tunjuk tangan) kalau mau “nyela” tiba-tiba nanya. Tapi tetep we kagok. Bisa juga nanya lewat kolom chat. Tapi ya ngetik kadang males, atau bingung memformulasikan ke tulisan.

Continue reading “Pengalaman Menjalani Kuliah secara Online”
Being Indonesian in the Netherlands

Berbahasa untuk Berkomunikasi

Pernah gak terpikir tentang kok saya sudah belajar Bahasa Inggris dari kecil tapi ketika ngomong pakai Bahasa Inggris balelol (terbata-bata) minta ampun?

Gambar dari sini
Gambar dari sini

Saya pernah. Saya merasa sudah cukup banyak mengenyam dan menelan pendidikan Bahasa Inggris sejak SD sampai kuliah. Sudah ikut toefl dan ielts beberapa kali, sudah menghafal struktur grammar dan punya banyak koleksi vocabulary, tapi begitu saya dihadapkan untuk bercakap-cakap atau presentasi dalam Bahasa Inggris, kok rasanya kemampuan speaking saya malah jongkok, ditambah gak pede untuk ngomong. Padahal dalam hati saya sebenarnya yakin, saya bisa lebih dari itu.

Ternyata akar masalahnya apa? Saya baru sadar, saya menggunakan bahasa bukan untuk berkomunikasi dengan benar, tapi saya lebih memikirkan apakah yang saya sampaikan ini kalimatnya benar atau salah? Apakah saya pakai simple present tense atau pakai past tense, atau pakai future tense. Apakah saya menggunakan vocab yang tepat atau tidak? Dari sanalah saya jadi malah makin lama untuk berbicara dan makin sulit mengutarakan yang saya maksud. Continue reading “Berbahasa untuk Berkomunikasi”

Lifestyle, Random Things

Dari Jarkom ke Group WhatsApp

Coba hitung ada berapa grup whatsapp yang ada di smartphone kamu? 10, 20, 30? Katanya sih makin banyak group WA makin menunjukkan tingkat keaktifan seseorang. Saya sendiri punya kira-kira lebih dari 20 grup WA, tapi yang aktif saya ikuti atau yang aktif berbunyi paling hanya sekitar 6-10. Mulai dari grup whatsapp keluarga, saudara, teman kampus, tetangga, alumni SD, angkatan farmasi, genggong pas kuliah, awardee, komunitas blogger, komunitas di Groningen, sampai grup whatsapp sementara, yang terbentuk untuk janjian bikin acara, kepantiaan, atau iuran kado. Kreatif dan praktis banget generasi zaman Y dan Z ini. Gak ribet mau komunikasi atau memberi informasi di antara kumpulan orang, tinggal bikin grup, ngobrol di grup, jadi deh.

Saya jadi inget zaman saya SMA dan kuliah dulu. Mana ada grup whatsapp untuk woro-woro ngasih pengumuman. Yang ada itu adalah JARKOM, alias jaringan komunikasi. Masih inget gak? Continue reading “Dari Jarkom ke Group WhatsApp”

Info for Motion, Journey, Just Learning, Life is Beautiful, Project

Djarie Class – Mengorek Mimpi Masa Kecil

Nah, ini salah satu aktivitas yang bikin Monik lebih “hidup”. Jadi selama si Ayah balik lagi ke Duri (untuk ke-3 kalinya), saya memutuskan untuk nyari kegiatan positif yang produktif sekaligus bisa ngusir bete. Kepikiran eh.. apa ikut kelas broadcasting ya.. Trus nanya-nanya ke temen yang pernah ikut. Ada yang bilang biasa aja dan ga terlalu menarik, ada yang bilang seru, dan bahkan ada temen jebolan kursus ini udah jadi penyiar di salah satu radio ternama di Bandung. Ah cobi-cobi ahh… Akhirnya setelah dapat izin suami, saya pun daftar. Untuk awal, saya daftar kelas Minggu, seminggu sekali selama 10 pertemuan (lebih sih, karena suka ada bonus kelas tambahan).

Jadi jadi jadi.. dengan bayar Rp 650.000 dan Rp. 100.000 untuk pendaftaran daku resmi deh jadi muridnya Djarieschool. Entah sebenernya mahal atau ga, tapi worthy kata aku mah.

Kenapa monik ikutan kelas ini? Serius saya sendiri gatau kalau Djarie ini udah ada lama banget berdiri, sekolah announcer gitu (walaupun banyak skill-skill lainnya yang dipelajari di sini).  Kalau tau ya, dari dulu saya ikutannnn.. Bisa diliat di postingan saya dulu tentang ingin jadi penyiar radio. Alasannya masih sesimple dulu: pengen jadi penyiar radio. Walaupun kayanya jauh bisa ke sana, dan ngeliat usia pun, apa ga telat yah? Mana udah emak-emak lagi.

Pas ikutan pertemuan pertama, saya minder deh.. Emang yang ikutannya masih pada mude-mude, ada yang masih kuliah, ada yang baru lulus dan lagi jadi jobseeker, bahkan ada yang masih SMP dan SMA, meeen.. dan saya pikir yang ikutan ini pada anak-anak gaul yang songong, tapi engga, saya salah besar, ternyata kelas saya IHT-39, anaknya asik-asik dan bodor.

Akhirnya kesampean juga deh bisa belajar mixing, cuap-cuap di mic ala penyiar radio, sambil muterin lagu, wkwkwkwk.. ini satu bucket list bisa dicentang deh.

1396150196751Pertemuan Kedua sama Mas Arie, belajar tentang on beat, speaking natural, sama bawain rekues program.  dari Kiri: Ceu Windi, Ulfah, Yufi, Dekky, Mike, (lupa namanya cuma ketemu hari itu doang), Sherly, Me, Barried, Ratna, Coy. (di depan: Putri, Anna). Ada Anggitha, Astrie, ama Ibob tapi lagi ke mana ya tu anak betiga. Btw, sayah paling kolot di antara mereka smuaaa (Mas Arie sih paling kolot, haha), tapi ga keliatan kan, kaan, kaaaan?? (todong pake keris)

Continue reading “Djarie Class – Mengorek Mimpi Masa Kecil”