Papa.
Ga banyak kata dan cerita tentang sosok seorang papa, sama seperti orangnya, yang juga ga banyak berkata-kata. Bahkan untuk orang yang ga kenal papa, orang berasumsi kalo papa orang yang galak dan dingin. (Mungkin dari situ ya sifat pendiam saya mengalir –what monik pendiam? Ahahaha).
Papa seperti layaknya sosok bapak-bapak kebanyakan: tenang, diam, lebih banyak bekerja daripada bicara. Kalau digambarkan dalam cerita, papa pas seperti ayahnya si Ikal dalam Laskar Pelangi. Dia kecewa atau dia senang, kelihatannya sama. Sama-sama tetap sayang sama anak-anaknya.
Papa adalah penyeimbang mama dalam segala hal. Mama blak-blakan, papa memendam. Mama banyak cerita, papa mendengarkan. Mama banyak mengomeli anak-anaknya supaya nurut, papa cukup diam sudah bisa membuat kami terdiam. Mama berhemat, papa suka ngasih uang jajan lebih (hahaha). Dan masih banyak lagi.
Kadang-kadang saya juga bingung, kenapa papa saya unik begini.. rasanya pengen punya hubungan ayah-anak yang romantis, seperti di pelem-pelem barat itu looh.. hubungan ayah-anak perempuannya itu kan katanya sangat spesial. Seorang ayah yang ingin selalu melindungi putrinya. Tapi memang, mungkin pendekatan hubungan antara saya dan papa berbeda dengan yang saya lihat di film-film tersebut. Namanya juga sifat orang beda-beda ya.
Papa memang jarang (ato ga pernah ya? err..) bilang ‘i love you’ sama anak-anaknya, juga ga mengungkapkan lewat pelukan dan ciuman kebapakan, juga bukan tempat curhat yang baik. Mungkin kasih sayangnya memang tidak disalurkannya melalui hal-hal menye kaya gitu..
Tapi selalu ada hal-hal yang membuat saya yakin walaupun papa bukan tipe romantic father, but he truly loves me.
Ada 1 hal yang unik
Dari sejak saya SD sampai kuliah, kalau berangkat pagi saya selalu diantar papa. Pulang pun kalau sore/malam dijemput papa. Setiap saya semobil dengan papa, saya PASTI SELALU TIDUR di mobil, mau pagi, sore, malem, mau duduk di sebelah papa atau di bangku belakang, pasti saya ketiduran. Yah, mungkin suasana mobil yang sepi, seperti biasa si papa ga banyak ngomong, paling cuma nanya: “gimana ujiannya tadi?” atau karena suara radio elshinta yang isinya berita bikin daku ngantuk, heuheu.. Saya tidur dari awal naik mobil sampai nyampe tujuan. Tapii.. walaupun saya tertidur, di sebelah papa, papa engga pernah sekalipun membangunkan saya atau protes berasa dianggep sopir gitu, ditinggal tidur. Si papa pasti membiarkan saya yang masih ngantuk karena berangkat pagi, atau udah cape karena pulang malem. Padahal papa kan juga cape, terus saya tidur, papa nyetir? Memang anak tida tau diuntung, hahaha.. He never wakes me up, until we arrive to the destination.
Itu aja udah cukup bagi saya untuk menandakan bahwa papa sayang anaknya.
Sifat lain papa yang saya suka adalah. Papa itu orangnya bersih dan apik. Walaupun laki-laki papa ga pernah gengsi buat nyuci piring, nyuci baju, nyapu, ngepel, bahkan masak. Papa melakukan contohnya dengan tindakan, bukan dengan kata-kata (dan itulah sebaik-baiknya teladan). Sifat perfeksionisnya dalam bebersih ini yang nurun ke saya, alhamdulillah karena liat papa pembersih jadi alam bawah sadar saya pun mengikuti polanya.
Nah, sekarang saya punya anak perempuan yang cantik.. I wondering, how my husband will be a father for my daughter? I bet they will be have a special-unique relationship too 🙂
Good luck ayah, for becoming her superdaddy..
“A father has to be a provider, a teacher, a role model, but most importantly, a distant authority figure who can never be pleased. Otherwise, how will children ever understand the concept of God?”
― Stephen Colbert
