Catatan Haji 1437 Hijriyah, Diary Perjalanan Haji

Diary Haji 2016 – Manasik Haji part 1

Jumat, 9 September 2016

Setelah ibadah umrah yang lumayan menguras tenaga kemarin, hari Jumat dijalani dengan lebih santai. Kami tidak menyangka ternyata tawaf dan sa’i membutuhkan stamina yang besar. Manasik haji tentu tantangannya lebih besar. Saya menyarankan pada para calon jamaah haji, setidaknya melakukan latihan fisik yang kontinyu agar tidak gampang capek. Jalan dan lari bagus untuk melatih kekuatan kaki.Sekali lagi selama di Aziziyah pihak Euromuslim tidak menyediakan konsumsi, jadi kita harus berusaha sendiri. Di penginapan Aziziyah tersedia dispenser dan ada air panasnya. Lumayan untuk menyeduh kopi, teh, atau popmie. Nyetok popmie beli di warung aja, jaga-jaga kalau sudah lapar dan belum sempat beli ke luar. Malah ada kawan saya yang membawa rice cooker kecil dan lauk yang simpel seperti abon, kering tempe, bumbu pecel. Buat yang gak tahan kalau gak ketemu nasi, bawa rice cooker adalah jadi opsi bagus. Saya sih gak bawa, jadi saya dan suami selalu jajan di luar, kadang kami beli Al Baik (tapi gak ada nasi, cuma ada roti dan kentang untuk karbonya), kadang kami beli burger, atau lauk dari warung Indonesia. Baiknya kawan saya itu, sepasang suami istri,  ia sering mengundang ke kamarnya untuk makan bersama. Ia membagi nasinya dengan kita-kita yang gak bawa nasi, Alhamdulillah.

Pagi itu saya dapat rezeki, belum sempat jajan sarapan eh malah kawan sekamar saya, Mbak Vicka, membelikan saya bakso dari warung Indonesia. Lumayan untuk ganjel perut. Alhamdulillah. Sehabis sarapan, saya dan suami keluar penginapan, mau cari perbekalan untuk siang, sebelum jum’atan tiba. Eh ternyata di sekitaran jalan besar Aziziyah itu ada yang lagi bagi-bagi makanan kotakan. Ada antrian orang-orang untuk dapat makanan. Katanya itu ada orang kaya yang sedang sedekah di hari juma’at.

Continue reading “Diary Haji 2016 – Manasik Haji part 1”

Catatan Haji 1437 Hijriyah, Diary Perjalanan Haji

Diary Haji 2016 – Umrah

Setelah berada di Madinah selama lima hari (postingan sebelumnya di sini dan di sini), perjalanan umrah dan haji dilanjutkan ke Makkah. Kami bersiap untuk melangsungkan ibadah yang ditunggu-tunggu.

Kamis, 8 September 2016

Rombongan kami sampai di penginapan Aziziyah pukul 02.00 dini hari. Perjalanan dari Madinah ke Aziziyah rasanya memakan waktu cukup lama, dari siang sampai gelap tiba. Rasanya badan pegal juga. Tapi kami harus segera istirahat, sebab paginya kami akan melaksanakan umrah. Kenapa kami menginap di Aziziyah, tidak di Makkah? Jadi pertimbangan dari biro haji kami adalah mencari tempat singgah antara Makkah dan Mina. Ketika kami melakukan prosesi haji di Mina, kami tidak menyimpan semua barang di tenda Mina. Kebayang rempong kan kalau begitu. Space di tenda Mina kan terbatas dan seluruh rombongan berada dalam satu tenda. Koper besar rombongan haji disimpan di Aziziyah, dan kami akan PP Mina-Aziziyah. Aziziyah akan menjadi tempat istirahat di siang hari, sebelum sorenya kami bermalam di Mina. Enaknya di Aziziyah kami masih bisa mencuci pakaian dan menjemurnya di atap apartemen. Penginapan di Aziziyah tidak sebagus di Madinah, bukan hotel, lebih tepatnya seperti apartemen. Meski begitu, kamarnya tetap nyaman. Kami tetap sekamar dengan rekan sebelumnya (berempat dalam satu kamar).

Pukul 07.00 pagi kami sudah dibangunkan lagi, bus sudah menunggu di depan penginapan. Kami, masih dengan pakaian ihram, bersiap menunggu giliran naik bus. Rombongan Diwan cukup banyak, ada 180 orang, jadi kami harus bersabar menunggu giliran bus. Untuk rombongan Euromuslim, ada dua orang ustadz yang akan memandu kami, sama seperti waktu di Madinah. Rombongan orang Indonesia yang berjumlah 37 orang akan dibagi menjadi tiga kelompok, satu rombongan bersama Ustadz Irwan, rombongan lain bersama Ustadz Rolly, dan kelompok lain bersama Pak Said. Ketiganya yang akan memandu kami selama di Masjidil Haram, melakukan tawaf, salat, dan sa’i.

Ketika memasuki Masjidil Haram, saya mulai deg-degan … Ya Allah, saya akan melihat rumahmu, mengunjungi bangunan suci yang diletakkan oleh Nabi Ibrahim, menyaksikan kiblat yang dirindukan oleh Rasulullah selama hijrah di Madinah. Perasaan saya campur aduk. Apalagi ada yang bilang: “Hati-hati lho ada yang gak bisa lihat Ka’bah”, karena bermacam alasan. Intinya mungkin karena Allah tidak mengizinkan mereka untuk melihat Ka’bah. Ya Allah, jangan sampai… Semoga diri yang penuh dosa ini masih diizinkan melihat rumahmu. Continue reading “Diary Haji 2016 – Umrah”

Catatan Haji 1437 Hijriyah, Diary Perjalanan Haji

Diary Haji 2016 – Lima Hari di Madinah (part 2)

Panjang lebar juga menuliskan pengalaman lima hari di Madinah, makanya saya bagi menjadi dua part. Part 1 bisa dilihat di sini

Selasa, 6 September 2016

Aktivitas di Madinah tidak terlalu melelahkan, hanya seputar hotel ke Masjid Nabawi dan sekitarnya. Kadang kami pergi berbelanja ke Bin Dawood (supermarketnya Saudi), ke toko-toko sekitaran hotel, juga belanja kurma di pasar kurma (jaraknya dekat juga, cuma 10 menit jalan kaki dari Masjid Nabawi). Hanya cuaca yang panas menyengat yang membuat kami senantiasa haus dan lemas. Biasa di Belanda cuaca gak lebih dari 30 derajat celcius saat summer, ini bisa sampai 40 derajat celcius lebih.

Ngadem di mall yang berada di sekitaran Masjid Nabawi. Soalnya cuaca panas, begitu masuk mall ada AC-nya, hehe

Subuh ini saya berencana ke Raudhah lagi, tapi karena sudah tahu medan, saya akan lebih santai. Pukul 06.00 setelah subuh, saya balik dulu ke hotel untuk sarapan. Pengalaman sebelumnya, saya baru bisa keluar dari Raudhah pukul 09.00. Perut terasa melilit banget setelah berdesakan di Raudhah. Lumayan sudah ada tenaga nih, pukul 07.00 kami sudah kembali lagi ke Nabawi. Lewat gate Ali bin Abi Thalib saya dan beberapa teman saya masuk. Sudah agak sepi. Saya masuk saja, tanpa grasak-gurusuk saya mengikuti arahan askar. Berbaris di antara orang-orang Indonesia lainnya.

Continue reading “Diary Haji 2016 – Lima Hari di Madinah (part 2)”

Catatan Haji 1437 Hijriyah, Diary Perjalanan Haji

Diary Haji 2016

Dear readers! Di section Diary Haji 2016 ini, saya akan menuangkan lebih rinci aktivitas selama menunaikan ibadah haji dalam tiga minggu lamanya.

Saya bagi tiga minggu tersebut dalam beberapa bagian:

  1. Lima hari di Madinah part 1 dan part 2
  2. Umrah
  3. Manasik Haji, part 1, part 2, part 3
  4. Minggu terakhir di Makkah

Kalau saya pribadi, sebelum berangkat haji memang senang baca kisah-kisah dan pengalaman haji orang lain (selain baca panduan dan tata cara haji tentunya). Tapi tetap saja walaupun saya banyak baca dari pengalaman orang-orang, hal yang terjadi dan saya alami di luar bayangan saya. Ketika saya baca, saya mengandalkan imajinasi saya, saya googling juga gambaran Mina seperti apa, jamarat kayak gimana, dan sebagainya. Beruntung saya menemukan blog kawan kuliah saya, Ega, yang berdomisili di Jepang. Ia menunaikan haji dari Jepang. Catatan perjalanan hajinya super luengkaapppp banget! Saya baca semuanya. Bahkan ada hari saat saya sibuk membaca blognya, menghabiskan satu siang, yang harusnya saya pakai untuk mengerjakan master report (Alhamdulillah saya masih taat deadline). Berikut Diary Haji punya Ega: https://egadioniputri.wordpress.com/2017/08/08/daftar-tulisan-seri-diary-haji/

Saya kagum Ega menuliskannya sangat detail. Saya sih tidak sedetail itu, kadang ingatan saya di tahun 2016 saat haji dulu ada yang sudah agak lupa. Ega bahkan berangkat haji tahun 2013 dan masih berusaha menyelesaikan diary haji-nya sampai tahun 2017, haha..  Ternyata bukan saya saja yang struggling menuangkan catatan haji di blog. Dua tahun setelahnya saya masih mencoba menuliskan pengalaman saya dengan lengkap.

Ada juga kisah berhaji dari Spanyol, dari blognya Mbak Riana dan Mas Ibrahim. Mbak Riana bahkan berhaji ketika hamil lima bulan kalau tidak salah. Saya sampai terkagum dan terharu dibuatnya. Berikut linknya:

Hamil dan berhaji, Berhaji dari Eropa dengan paspor Indonesia, Lengkung Madinah dan CordobaBerhaji dari EropaCerita Haramain

Berkaca dari tulisan Ega dan Mbak Riana di blognya, yang sangat bermanfaat untuk saya, saya juga ingin memberikan gambaran bagi rekan-rekan yang hendak melaksanakan haji. Selain itu juga sebagai pengingat bagi saya. Memori manusia terbatas, hidup manusia tidak panjang. Melalui tulisan setidaknya saya bisa memperpanjang umur. Semoga menjadi amal jariyah. Bismillahirrahmanirrahim, saya coba.

Silakan klik link di atas dan selamat menikmati!

 

Catatan Haji 1437 Hijriyah, Serba-serbi Haji

Dialah Askar

“Hajjah! Hajjah!” sosok berpakaian-berjilbab-bercadar hitam itu melambai-lambaikan tangannya, menandakan tanda maju untuk para jamaah haji wanita.

Saat itu saya dan beberapa kawan hendak memasuki Masjid Nabawi, saya membawa tas besar, berisi air minum, ponsel, dan Al-Qur’an. Wanita dengan pakaian serba hitam itu mencegat saya dan teman-teman di depan pintu gerbang Utsman bin Affan. Rupanya ia ingin memeriksa isi tas saya. Dengan sigap ia mencek barang-barang yang saya bawa. Aman, ia pun mempersilakan saya masuk. Memang jamaah tidak diperbolehkan masuk masjid jika membawa barang-barang berikut: kamera, notebook, handycam, makanan. Katanya terkadang handphone berkamera juga tidak boleh dibawa masuk ke masjid. Tetapi waktu jaman saya haji, tahun 2016, boleh-boleh saja ternyata.

“Ibu, ibu, masuk!” lho, rupanya wanita dengan sorot mata tajam di balik cadar tersebut bisa sedikit berbahasa Melayu/Indonesia yang kaku. Ia tahu saya berasal dari Indonesia. Mungkin ia sudah hapal rupa dan khasnya jamaah-jamaah berbagai negara dan ras berbeda. Continue reading “Dialah Askar”

Catatan Haji 1437 Hijriyah, Pesona Madinah Al Munawarah

Raudhah -Sang Taman Surga- dan Makam Rasulullah SAW

Ada dua pesan utama yang saya ingat dari pembimbing haji kami, Pak Aziz Balbaid, mengenai ziarah ke Raudhah dan makam Rasulullah:

Satu, kalau ziarah dan berdoa untuk Rasulullah dan sahabat, hendaknya tetap menghadap kiblat, bukan menghadap makam. Ditakutkan nanti malah musyrik.

Kedua, ketika mendapat kesempatan untuk berdoa di Raudhah, berdoalah sesuai kondisi, tidak perlu memaksakan. Jangan sampai kita memaksakan sholat di tengah keramaian orang dengan risiko terinjak-injak. Ada juga rombongan jemaah haji dari salah satu ras tertentu, mereka membuat lingkaran di tengah-tengah karpet hijau Raudhah. Lalu di antara mereka bergantian shalat di dalam lingkaran, sedang yang lain berjaga supaya tidak ada yang lewat di depan teman yang sholat tersebut. Tapi itu kan mengganggu orang lain yang juga akan melewati Raudhah. Apalagi jamaah yang ke Raudhah itu banyak, sedangkan Raudhah tidak terlalu luas. Akhirnya malah mendzalimi orang lain yang lain.

Poin pertama saya mengerti dengan baik. Poin kedua, saya agak bingung, maksudnya gimana sih? gak kebayang. Memang saya baru mengerti maksud dari Pak Aziz itu setelah saya menginjakkan kaki saya ke Raudhah.

Continue reading “Raudhah -Sang Taman Surga- dan Makam Rasulullah SAW”

Catatan Haji 1437 Hijriyah, Pesona Madinah Al Munawarah

Keutamaan Madinah Al Mukarammah

Banyak sekali keutamaan Madinah sehingga dijadikan kota suci yang diharamkan selain muslim masuk ke dalamnya. Jika kita mengetahui keutamaan sesuatu, niscaya kita akan semakin mencintainya. Begitu juga jika kita mengetahui apa saja keutamaan kota Madinah.

1. Rasulullah banyak mendoakan Madinah

Madinah adalah kota yang penuh dengan keberkahan. Sampai Rasulullah SAW berdoa agar dapat mencintai Madinah seperti Mekah, atau lebih dari itu.

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata, “Kami tiba di Madinah, kota tersebut adalah tempat bersarangnya penyakit. Lalu Rasulullah SAW berdoa: “Ya Allah, jadikanlah kami cinta kepada Madinah sebagaimana Engkau berikan kecintaa pada Mekah, atau lebih dari itu. Bersihkanlah lingkungannya, berkatilah kepada kami dalam makanan dan bekalnya, dan gantilah wabah penyakitnya dengan juhfah.” (Shaih Bukhari, Shahih Muslim).

2. Dajjal tidak akan Masuk ke Madinah

Di akhir zaman, akan muncul Dajjal, yang akan menyebarkan fitnah dan kemungkaran. Namun, hanya ada dua kota yang tidak akan bisa dimasuki oleh Dajjal, yaitu Mekah dan Madinah. Malaikat senantiasa menjaga kesucian kedua tempat tersebut.

Dari Anas bin Malik RA, Nabi SAW bersabda, “Tidak ada suatu negeri pun yang tidak akan dimasuki Dajjal kecuali Mekah dan Madinah, kerana tidak ada satu pintu masuk pun dari pintu-pintu gerbangnya kecuali ada para malaikat yang berbaris menjaganya. Kemudian Madinah akan bergoncang sebanyak tiga kali sehingga Allah mengeluarkan orang-orang kafir dan munafik daripadanya” (Shahih Bukhari)

3. Keutamaan meninggal di Madinah

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mampu untuk mati di Madinah maka lakukanlah. Sesungguhnya aku akan bersaksi bagi mereka.” (Ibn Majah 3112)

4. Madinah dekat dengan keimanan

Madinah juga disebut dengan kota iman. Penduduk Madinah adalah orang-orang Anshar yang menyambut Rasulullah dan kaum Muhajirin

Kota ini disebut juga kota iman, karena penduduknya adalah orang-orang yang mau menerima ajakan untuk beriman kepada Allah SWT. Penduduk madiahlah yang menerima dan melindungi orang-orang mukmin dari kejahatan-kejahatan orang kafir ketika mereka hijrah ke madinah. sebagaimana firman Allah SWT. Dalam al-Qur’an surat al-Hasyr; 9 :

“dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung.”

5. Tempat Rasullullah SAW hijrah, tinggal, dan wafat.

Rasulullah SAW hijrah di tahun ke-14 kenabian bersama para sahabat. Hijrah yang bertahap dan tentunya menguras harta, fisik, dan mental. Rasulullah SAW menetap di Madinah selama 10 tahun. Membangun Masjid Nabawi, membangun peradaban dan pemerintahan umat muslim, serta mengatur kehidupan beragama yang harmonis di dalamnya. Di Madinah pula Rasulullah menyusun rencana perang, melakukan peperangan, sampai kehilangan banyak sahabat di medan perang. Madinah menjadi tempat berpijak bagi dien Allah yang kemudian berkembang sampai ke seluruh Jaziarah Arab, daratan Eropa dan Afrika, sampai seluruh dunia. Di Madinah pula Rasulullah wafat. Dimakamkan di dekat rumahnya, yang saat ini sudah menjadi bagian dari masjid Nabawi. Rasulullah SAW dimakamkan di bersebelahan dengan Abu Bakar RA dan Umar bin Khattan RA.

Sebenarnya masih banyak lagi keutamaan Madinah. Tidak perlu disebutkan satu-persatu pun Madinah sudah memancarkan keutamannya sendiri. Rindu sekali dengan suasana Madinah dan Masjid Nabawi-nya.. Semoga masih ada kesempatan untuk ke sana atau bahkan menetap di sana. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin

Catatan Haji 1437 Hijriyah, Pesona Madinah Al Munawarah

Madinah yang Penuh Kedamaian

Sejak pertama kali saya menjejakkan kaki di Madinah dan melihat Masjid Nabawi, saya langsung terpukau. Tidak henti-hentinya mengucapkan Subhanallah dan Masya Allah. Ini lho Kota Nabi, kota suci tempat hijrah Rasulullah SAW. Tempat di mana Rasulullah SAW meletakkan dasar-dasar pemerintahan Islam dan membangun masyarakat madani. Setiap sudut Kota Madinah sepertinya memancarkan kedamaian. Meskipun hawa panas luar biasa terasa (ya iya atuh daerah gurun), saat kami ke sana masih dalam musim panas.

Mayoritas muslimin yang melaksanakan ibadah haji dan umroh ke tanah suci Mekah pasti akan menyempatkan diri untuk mengunjungi Madinah, berziarah dan beribadah di Masjid Nabawi. Meskipun ziarah dan ibadah di Masjid Nabawi bukan termasuk rukun dan syarat sah haji dan umroh. Seperti rombongan haji reguler dari Indonesia biasanya akan menghabiskan waktu sekitar 8 hari di Madinah, untuk mengejar shalat arba’in (shalat 40 waktu), meskipun menurut sumber yang saya baca haditsnya dhaif, tapi poin pentingnya maksudnya beribadahnya tho. Rombongan kami Euromuslim dari Belanda menghabiskan 5 hari 4 malam di Madinah. Lalu setelahnya baru melaksanakan umroh dan haji di Mekah. Opsi yang menurut saya cukup baik karena kami bisa menikmati Madinah dulu sebelum melakukan prosesi haji yang cukup melelahkan.

Kalau sekarang setiap melihat foto-foto Masjid Nabawi, membaca Sirah Nabawiyah saat Rasulullah SAW di Madinah, terbayang-bayang suasana di sana. Ingin rasanya bisa menghabiskan hidup di Kota Suci tersebut. Mimpi gitu ya bisa kuliah di University of Madinah. Mimpi dulu mah gapapalah ya..

Banyak sekali spot-spot yang menarik di Madinah, utamanya tentu Masjid Nabawi yang terletak sangat strategis di tengah-tengah Madinah.

Madinah Al Munawwarah

Saat Rasulullah SAW hijrah di tahun ke-14 kenabian, Madinah masih bernama Yastrib. Dalam piagam Madinah yang dibuat Rasulullah SAW, nama Madinah belum muncul. Yastrib-lah yang masih tercantum di dalamnya. Rasulullah  SAW mengganti Yastrib menjadi Madinah karena arti kata Yastrib sendiri yang kurang baik. Yastrib berasal dari kata tatsrib (celaan/makian) atau tsarab (hancur). Maka Rasulullah SAW menggantinya dengan nama Madinah (Ibnu Hisyam dan Ibnu Majah) (1). Madinah pun terkenal sebagai Madinatun Nabi (Kota Sang Nabi) dan Madinah Al Munawarah yang artinya kota yang bercahaya. Selain itu Madinah juga memiliki nama thabah (yang baik) atau thayyibah (yang suci) (2). Continue reading “Madinah yang Penuh Kedamaian”

Catatan Haji 1437 Hijriyah, Pesona Madinah Al Munawarah

Masjid Nabawi, Pilar Kota Madinah

Madinah di awal bulan September, di penghujung musim panas. Hawa panas sangat menyengat siang itu, mencapai 48 derajat celcius. Mustahil rasanya berjalan di bawah teriknya matahari tanpa pelindung kepala atau tanpa memicingkan mata karena silau. Topi, sorban, maupun kacamata hitam selalu menemani langkah kami menantang panasnya Madinah. Kami yang biasanya hanya merasakan maksimal 30 derajat celcius di daratan Belanda tentu merasa kelabakan. Bahkan, panasnya tanah ini melebihi teriknya Jakarta di siang hari. Dengan cepat kami melangkah menuju Sang Pilar Kota Madinah, Masjid Nabawi, untuk melaksanakan shalat zuhur. Dari jauh kami sudah ingin merasakan sejuknya lantai mesjid dan terpaan AC. Tapi ternyata kami masih harus bersaing dengan jamaah lain untuk mendapatkan tempat di dalam mesjid, jika tidak ingin shalat di pelataran mesjid.

Kami tiba di Madinah seminggu sebelum prosesi Haji, Kebetulan pada saat-saat itu banyak jamaah haji yang sudah berangkat ke Mekah untuk persiapan haji, terutama jemaah haji ONH dari Indonesia, semuanya sudah berada di Mekah. Hanya tersisa beberapa jamaah dari Afrika, BIP (Bangladesh, India, Pakistan), Turki, dan Eropa. Kata Pak Said, pemimpin rombongan kami, Madinah pada saat itu termasuk sepi. Meskipun Mesjid Nabawi selalu ramai diisi oleh Jemaah. Kami harus tetap datang ke Mesjid jauh jauh sebelum adzan berkumandang jika ingin mendapatkan posisi strategis.

Ah Masjid Nabawi, setiap saya mengingatnya, rasanya masih terbayang kesan yang begitu kuat, begitu tenang, begitu syahdu di setiap tempatnya, pelatarannya, pintu besarnya, raudhah, makam Rasulullah, payung-payung indahnya, kubahnya, suara merdu adzannya, tentramnya shalat berjamaah di sana. Masya Allah, semoga kami masih diberi kesempatan untuk berkunjung ke Masjid Rasulullah tersebut. Aamiin.

Siang hari di Madinah
Menjelang siang hari di Madinah. Pemandangan dari depan gerbang Masjid Nabawi

Continue reading “Masjid Nabawi, Pilar Kota Madinah”

Catatan Haji 1437 Hijriyah, Serba-serbi Haji

Di Mana Air Zam-zam?

Ini salah satu yang bikin penasaran banyak orang karena keberadaannya. Ya, betul air zam-zam, sang mata air surga.

Kebanyakan orang yang belum pernah ke Mekah atau Madinah berpikir bahwa meminum air zam-zam di Mekah itu langsung dari sumurnya, sehingga pertanyaan yang muncul adalah:

“Jadi sumur air zamzam itu di mananya Ka’bah?”

“Kalau lagi di Madinah gak bisa menikmati air zam-zam dong, kan sumurnya hanya ada di Mekah?”

“Pasti ngantri dong ya pas mau minum air zam-zam, harus ngambil dari sumur?” –> karena yang terbayang adalah sumur dan timba seperti yang ada di desa-desa di Indonesia.

Itu juga yang saya pikirkan sebelum tiba di Madinah dan Mekah. Aslinya memang sih zaman dahulu zam-zam ini berupa sumur yang ada timbanya. Di Museum 2 mesjid (Exhibition Two Holy Mosque) ada replikanya.

sumber
sumber dari sini

Tapi kenyataannya di zaman sekarang ini:

Air zam-zam itu melimpah ruah dan mudah sekali didapatkan. Tidak perlu menimba dulu untuk mendapatkan air. Air zam-zam tersedia di sekitaran komplek Masjid Nabawi, di dalam Masjidil Haram, dan di sekitaran komplek Al Haram. Kapan saja dan berapa banyaknya mau diambil bisa saja. Continue reading “Di Mana Air Zam-zam?”