Part 1 bisa dibaca di sini, part 2 bisa dibaca di sini
Senin, 12 September 2016
HARI IDUL ADHA – 10 Dzulhijjah
(Rangkuman) Amalan-amalan di hari Idul Adha
- Setelah salat Subuh di Muzdalifah dan langit terang, bersiaplah untuk berangkat ke Mina sambil bertalbiyah dan berzikir
- Melempar jumratul ‘aqabah dengan tujuh batu kerikil. Melempar kerikil dengan bertakbir: Allahu Akbar!
- Setelah selesai melempar jumrah, berhenti bertalbiyah
- Setelah selesai jumratul ‘aqabah, kenakanlah pakaian biasa dan minyak wangi. Semua larangan ihram sudah halal kecuali berhubungan suami istri
- Menyembelih hadyu di Mina (sudah diurus oleh pihak Euromuslim dan Diwan)
- Tahallul, untuk perempuan cukup menggunting seruas jari. Untuk laki-laki baiknya mencukur habis rambut. Rasulullah SAW mendoakan orang yang mencukur gundul rambutnya saat tahallul akhir.
- Menuju Makkah untuk tawaf ifadhah dan sa’i (tidak harus hari yang sama sih, pasti kan lelah ya setelah sebelumnya berada di Mina-Arafah-Muzdalifah). Banyak yang mengakhirkan tawaf ifadhah setelah menyelesaikan ibadah lempar jumrah di hari terakhir. Sementara saya, suami, dan beberapa rekan lainnya melaksanakan tawaf ifadhah di hari tasyriq.
… sambungan
Ketika muslim di seluruh dunia sedang merayakan Idul Adha, salat Id, makan ketupat dan opor, berkumpul dengan keluarga, dan siangnya memotong kurban. Ternyata di belahan bumi lain, di tanah suci, di padang pasir jazirah Arab, ada hampir dua juta jamaah haji sedang berjuang untuk menyelesaikan ibadah haji.
Saya terbangun-bangun malam itu sampai subuh. Badan terasa sakit-sakit. Tentunya hal ini gak ada apa-apanya. Terbayang orang yang gak punya rumah, setiap hari tidur tanpa kasur, di tempat terbuka. Ini cuma sehari aja, rasanya berat ya, Masya Allah. Subuh menjelang. Teringat kerikil untuk lempar jumrah, kami pun akhirnya menyempatkan diri memunguti kerikil-kerikil di sekitar. Mudah saja, banyak kok stoknya.
Kami siap-siap salat Subuh. Tapi akses ke kamar mandi atau tempat wudhu agak sulit. Memang ada WC/kamar mandi portable gitu, tapi hanya sedikit (atau mungkin di sekitar tempat kami tidak terlihat banyak). Kan kebayang ya WC terbatas dan dipakai sejuta umat. Untung saja saya gak kebelet pipis. Akhirnya wudu kami lakukan dengan air dari botol. Note: bawa botol air untuk wudu di Muzdalifah, takutnya tidak ada akses ke kamar mandi. Continue reading “Diary Haji 2016 – Manasik Haji part 3” →