Just Learning

Mengeluarkan Keutamaan

Beberapa hari yang lalu saya menonton kajian youtub mengenai Al Majmu, Bekal Nabi bagi Penuntut Ilmu, oleh Ust Adi Hidayat. Saya dapat linknya dari teman saya yang memang rajin mengaji, Insya Allah paham banyak ilmu agama. Nilai-nilai yang disampaikannya saya rasa sangat baik, tidak mengandung bid’ah atau membid’ahkan sesuatu. Semuanya Ia sampaikan berdasarkan Al Qur’an dan Hadits. Wallahu a’lam. Apalah saya ini yang belajar ilmu agama bukan dari pesantren, kyai, syekh, atau ustadz langsung. Saya cuma mengambil manfaat dari yang beliau sampaikan di kajian tersebut.

Pas banget yang beliau sampaikan di kajian tersebut, mengenai pesan-pesan Rasulullah pada semua penuntut ilmu. Pas ketika saya juga mencari motivasi di balik semua kegiatan dan rutinitas saya.

Menurut petunjuk-petunjuk dari Rasulullah yang terangkum dalam hadits adalah: bila kita diminta untuk menekuni sesuatu, atau kita ingin mempraktekkan sesuatu (dalam ibadah), itu tidak langsung serta-merta dipraktekan. Tapi kita diminta untuk mengeluarkan dulu KEUTAMAAN dari aktivitas yang akan kita kerjakan. Mengapa? 1. Agar menjadi motivasi bagi kita, 2. Mengetahui janji positif yang Allah siapkan bagi hambaNya yang mengerjakannya. Continue reading “Mengeluarkan Keutamaan”

Just Learning, Tentang Menulis

KulWap #ODOP99days with Dee Lestari

Apaaah Dee Lestari mau kulwap di ODOP? Ah becandaaaa..

dee-books

Seriusann cuuy!

Thanks to Teh Shanty, yang lagi-lagi sukses menjembatani mastah-mastah ke grup kita. Horee.. Alhamdulillah.

Kalau tentang Dee, pastinya hampir semua orang sudah tahu ya. Penulis Supernova, vokalis RSD, penulis skenario film. Yang paling booming tentu novel Supernova-nya. Saya baca Supernova yang pertama waktu SMP. Rasanya magis aja gitu tulisannya. Meskipun saya ga ngikutin Supernova-nya sampai sekarang. Terhenti di Petir. Saya mulai agak lemot mencerna isinya, haha.. Tapi saya menikmati cerpen-cerpen Dee di Filosofi Kopi dan Rectoverso. Madre juga bagus, soalnya tokohnya unik (pas diperanin sama Vino Bastian, cocok yak). Perahu Kertas adalah karya Dee yang agak beda dibanding yang lainnya, lebih chic dan bernuansa segar, tapi tetap menarik.

So, this is the resume!

Kini mari kita masuk ke sesi tanya-jawab: Continue reading “KulWap #ODOP99days with Dee Lestari”

Catatan Haji 1437 Hijriyah, Serba-serbi Haji

Di Mana Air Zam-zam?

Ini salah satu yang bikin penasaran banyak orang karena keberadaannya. Ya, betul air zam-zam, sang mata air surga.

Kebanyakan orang yang belum pernah ke Mekah atau Madinah berpikir bahwa meminum air zam-zam di Mekah itu langsung dari sumurnya, sehingga pertanyaan yang muncul adalah:

“Jadi sumur air zamzam itu di mananya Ka’bah?”

“Kalau lagi di Madinah gak bisa menikmati air zam-zam dong, kan sumurnya hanya ada di Mekah?”

“Pasti ngantri dong ya pas mau minum air zam-zam, harus ngambil dari sumur?” –> karena yang terbayang adalah sumur dan timba seperti yang ada di desa-desa di Indonesia.

Itu juga yang saya pikirkan sebelum tiba di Madinah dan Mekah. Aslinya memang sih zaman dahulu zam-zam ini berupa sumur yang ada timbanya. Di Museum 2 mesjid (Exhibition Two Holy Mosque) ada replikanya.

sumber
sumber dari sini

Tapi kenyataannya di zaman sekarang ini:

Air zam-zam itu melimpah ruah dan mudah sekali didapatkan. Tidak perlu menimba dulu untuk mendapatkan air. Air zam-zam tersedia di sekitaran komplek Masjid Nabawi, di dalam Masjidil Haram, dan di sekitaran komplek Al Haram. Kapan saja dan berapa banyaknya mau diambil bisa saja. Continue reading “Di Mana Air Zam-zam?”

Catatan Haji 1437 Hijriyah, Diary Perjalanan Haji

Pengalaman Berkesan saat Haji

Jika ditanya pengalaman apa yang paling berkesan ketika haji?

Saya tidak bisa menjawab dengan hanya satu dua kalimat saja. Bisa jadi satu buku saya habiskan untuk bercerita. Saya juga tipe orang yang tidak terlalu pandai bercerita dengan lisan. Padahal banyak sekali yang ingin saya sharing. Tentu pengalaman tiap individu saat haji akan berbeda, pun pengalaman saya dan suami tidak sama meski kami sering bersama-sama ketika menjalankan ibadah haji. Spiritual dan perasaan yang tercipta hanya melibatkan makhluk tersebut dan Rabb-nya, romantis bukan?

Kalau dikupas satu-satu mungkin ini yang saya pribadi rasakan selama 3 minggu berada di Madinah dan Mekah Continue reading “Pengalaman Berkesan saat Haji”

Europe, etc, Travelling time!

Trip to Italy? Choose the cities first

Sudah lama gak nulis tentang trip atau jalan-jalan ala Monik and Family. Masih ngutang Trip to Spain (Malaga and Granada), Trip to Bremen (yang udah ketiga kalinya saya ke sana), dan tentunya spiritual trip to Mekah dan Madinah. Deuh utangnya banyak cuy, kenapa saya anggap hutang? Karena menurut saya pengalaman tersebut harus dituliskan, supaya saya pribadi punya kenangan yang bisa dibaca dan dibuka kapan saja, ganjel aja gitu kalau ga dituliskan. Selain itu juga untuk sharing ke orang lain yang mungkin punya rencana trip yang sama dengan saya, jadi memudahkan juga toh.

Okeh, mumpung yang ini masih agak fresh, saya cicil cerita trip saya.

Jadi Trip to Italy ini adalah the first buat saya dan Runa jalan-jalan tanpa Si Ayah. Saya dan Runa “bertugas” menemani Mama dan Papa jalan-jalan ke tanah kelahiran Leonardo da Vinci tersebut, Negara di bagian Eropa Selatan. Suami memang lagi gak bisa nemenin karena cutinya udah tipis, dipakai untuk haji kemarin. Alasan lain saya mau aja berangkat gak sama suami yaa karena saya sendiri belum pernah menjejakkan kaki ke negara pizza tersebut. Yang kedua, kapan lagi ini anaknya bisa ngajak orang tua pelesir ke negara orang (yang juga belum pernah ke sana), yang katanya penuh dengan karya budaya dan berseni tinggi? Continue reading “Trip to Italy? Choose the cities first”

Catatan Haji 1437 Hijriyah, Persiapan Pra Keberangkatan

Persiapan sebelum Haji, Apa Sajakah?

Beberapa minggu menjelang berangkat haji, hari Jum’at 2 September 2016, banyak pertanyaan yang mampir pada kami,

“Moonnn, udah siap mau berangkat?”

“Udah nyiapin aja nih sebelum haji?”

Begitupun setelah kami pulang haji, hari Sabtu 24 September 2016, pertanyaan serupa ditanyakan beberapa rekan yang tertarik dan berniat haji juga dari Belanda,

“Eh jadi kalau mau berangkat haji apa aja yang harus disiapkan?”

 “Mau dong tips-tipsnya untuk berhaji?”

Berbekal dari persiapan kami sebelum berangkat dan berkaca dari pengalaman selama 3 minggu di sana, saya ingin merangkumkan hal-hal tersebut agar mudah diinformasikan kembali.

Tidak seperti jamaah haji dari Indonesia yang mungkin persiapannya sangat lengkap, mulai dari kain ihram dan mukena bahkan seragam batik disediakan. Pasti dari agen hajinya sudah diberikan list apa saja yang harus dibawa, pengalaman mereka tentu sudah banyak. Kami yang berangkat dari Belanda tidak diberi perbekalan khusus, semua harus kami cari sediakan sendiri dan cari tahu sendiri, termasuk barang apa saja yang harus dibawa. Terlebih lagi tidak semua barang mudah didapatkan di Belanda (dan tidak murah). Saya sendiri satu bulan sebelum berangkat haji sempat pulang ke Indonesia untuk mengantar Runa. Untunglah kesempatan tersebut sekalian saya gunakan untuk membeli barang-barang perlengkapan haji, di Pasar Baru Bandung lantai 4 banyak toko yang menjual perlengkapan haji, lengkap dan cukup murah. Continue reading “Persiapan sebelum Haji, Apa Sajakah?”

Berhaji dari Belanda, Catatan Haji 1437 Hijriyah

Berhaji dari Belanda, Kenapa Tidak?

Fajar dan Monik pergi haji dari Belanda pakai paspor apa?” Begitu pertanyaan yang terlontar dari Ibu di beberapa minggu sebelum kami berangkat haji.

Ya, pakai paspor Indonesia, Bu. Kita belom ganti kewarganegaraan kok, hehe..” Canda suami menjawab pertanyaan ibu.

Belakangan saya baru sadar, oh Ibu bertanya seperti itu bukan tanpa sebab. Ternyata ada kasus bahwa sekian ratus jemaah haji asal Indonesia berangkat dari Filipina, menggunakan paspor palsu. Apakah mereka ditipu oleh agen atau memang mereka mengambil risiko berangkat dengan “mengambil” kuota Filipina saya juga tidak membaca beritanya lebih lanjut. Yang pasti mereka dijanjikan untuk berangkat haji pada tahun itu juga setelah mendaftar melalui agen tersebut.

Mungkin Ibu saya agak cemas, apakah kami menggunakan “jalan pintas” untuk berangkat haji. Lha iya, kok bisa berangkat haji di tahun itu juga, padahal kami baru mendaftar sebelum bulan Ramadhan, sekitar tiga bulan sebelumnya. Di Indonesia saja jika ingin berangkat haji tahun depan, paling kurang tahun ini harus mendaftar, itupun dengan biaya yang cukup mahal, ikut ONH plus plus plus. Continue reading “Berhaji dari Belanda, Kenapa Tidak?”

Catatan Haji 1437 Hijriyah, Journey, Persiapan Pra Keberangkatan

Wasiat

Kalau ditanya, apa saja persiapan mau berangkat haji? Sudah siap mau haji?

Ya, Insya Allah siap. Meskipun hati masih ketar-ketir sekaligus excited juga setiap mengingat akan menjejakkan langkah di tanah suci, akan menunaikan rukun islam ke-5.

Dari seluruh persiapan yang kami upayakan, seperti persiapan jasmani, materi, perlengkapan, rohani, dan ilmu mengenai manasik haji, Alhamdulillah kami bisa menyelesaikannya setahap demi setahap. Namun ada satu hal yang menurut saya paling berat dalam persiapan ini.

Hal-hal penting yang harus diselesaikan sebelum berangkat haji adalah hutang, berwasiat, berpamitan, meminta maaf pada keluarga, kerabat, sahabat, terutama juga memastikan keluarga (dalam hal ini Runa) yang ditinggalkan terjamin segala sesuatunya.

Hutang, pamit, meminta maaf, dan memastikan Runa dalam keadaan yang Insya Allah baik selama kami pergi sudah dijalankan (Insya Allah tidak ada yang tertinggal). Satu lagi yang lama saya siapkan berupa wasiat. Antara enggan, berat dan juga takut dalam menyelesaikannya. Bagaimana jika memang wasiat tersebut harus dijalankan karena kami tidak kembali?

Karena kami tinggal di Belanda dan keluarga di Indonesia, tentu ada beberapa hal yang perlu kami wasiatkan, baik pada keluarga kami di Indonesia maupun pada kerabat terdekat kami di Belanda. Kami percayakan urusan kami di Groningen pada tetangga-tetangga kami, jikalau ada yang harus diurus, keluarga kami bisa menghubungi mereka. Sebaliknya juga di Indonesia, ada mama papa, kakak, adik, ibu bapak, keluarga besar yang senantiasa siap membantu. Wasiat tersebut kami sampaikan secara lisan maupun tulisan namun tidak secara resmi, hanya berupa pesan ini itu. Hal ini lebih kepada urusan teknis.

Oiya, menyambung sedikit ada yang sering menyamakan wasiat sebagai warisan. Kedua hal ini berbeda, warisan berkaitan dengan harta benda yang ditinggalkan, sedangkan wasiat lebih kepada pesan, yang di dalamnya bisa jadi menyinggung masalah warisan. Untuk masalah warisan Insya Allah kami tidak bingung, Al Qur’an dan sunah sudah mengatur semuanya dengan jelas.

Wasiat utama lain yang kami persiapkan adalah benar-benar surat wasiat untuk Runa. Yang awalnya saya pikir, ya sudahlah apa yang harus ditulis? Kenapa harus? Ya kenapa tidak? Siapa yang tahu urusan di depan. Jika memang kami tidak kembali, bukankah Runa setidaknya mendapatkan sedikit pesan dari kami, dengan tujuan untuk menguatkan jiwa dan melembutkan hatinya kelak. Beberapa pesan yang kami tulis ada yang kami ambil dari pesan Luqman pada anaknya, di surat Luqman. Pesan-pesan Luqman mengandung hikmah yang dalam untuk pegangan hidup di dunia.

Wasiat sederhana itu akhirnya selesai juga, saya dan suami tanda tangan dan kami kirimkan melalui email pada kakak saya, orang yang saya percayai. Kalau dikirim ke orang tua saya, takutnya malah mama sama papa kepikiran dan jadi cemas, heuheu. Saya bilang pada kakak, jika kami tidak kembali, silahkan suratnya dibuka dan dibacakan pada Runa (meski mungkin dia akan mengerti saat sudah dewasa). Kakak saya bilang: sebegitu seriusnya kah kalau mau haji?

Iya, betul. Terutama karena kami sudah punya tanggungan utama, Runa. Memang semua harus dipersiapkan seperti itu. Beberapa hari inipun saya selalu berpikir tentang kematian. Terutama bekal apa yang sudah saya punya untuk menghadap Allah, rasanya takut, takut sekali. Kenapa harus memikirkan mengenai hal ini?

Namun, saya sadar, mungkin ini adalah salah satu proses dalam perjalanan haji. Allah ingin membuat saya mengerti hakikat hidup di dunia ini. Menyadarkan saya bahwa hidup itu sementara, kita ini bukan siapa-siapa tanpa Allah, dan kita tidak memiliki apa-apa dan tidak akan membawa apa-apa ketika meninggal, tidak harta, ilmu, keluarga, hanya amal saja yang bisa kita bawa sebagai bekal.

Tidak ada yang pasti di dunia ini kecuali kematian. Tidak hanya orang yang akan pergi haji saja yang akan meninggal toh? Orang tidur saja tiba-tiba bisa Allah panggil. Tua, muda, bayi, sehat, sakit. Setiap pergi ke kantor, ke kampus, holiday trip, kapan saja kita bisa dipanggil. Tentu kita berharap akan dipanggil dalam keadaan khusnul khotimah.. Aamiin.

Setidaknya setelah berwasiat, hati kami menjadi lapang, Insya Allah kami siap melaksanakan perintah Allah dan menjalankan sunah Rasulullah di tanah suci.

Insya Allah besok kami akan bertolak ke tanah suci, melaksanakan ibadah umroh dan haji 2 September-24 September 2016. Untuk yang belum saya pamiti secara pribadi, saya dan suami sekali lagi mohon maaf atas segala kesalahan, jika ada hutang-hutang yg belum lunas segera diinformasikan saja pada keluarga (karena saya mungkin tidak sempat melunasi jika sudah berada di Mekah), kalaupun ada dan lupa mohon diikhlaskan. Mohon doa agar haji kami mabrur, bisa kembali dengan sehat, selamat dan berkumpul dengan keluarga lagi.

Wallahu A’lam Bishawab (Hanya Allah yang Maha Mengetahui)

Groningen's Corner

So Long, Tetangga Tersayang!

*latepost*: To Keluarga Pak Taufiq, Mbak Tina, Mas Rayyan & Mbak Mayya

Tinggal di LN, pastinya kadang dilanda rasa kesepian karena jauh dari keluarga, kerabat, dan sahabat. Tentu cemas juga, siapa yang bisa diandalkan di sini kalau tetangga pun bukan orang terdekat? Tapi tidak begitu di Groningen, Alhamdulillah sejak menginjakkan kaki di Groningen, saya selalu dipertemukan oleh saudara tidak sedarah yang menyenangkan. Kami punya perkumpulan pelajar, ada juga halaqah pengajian, juga tetangga setia yang ringan tangan.

Salah satu keluarga istimewa yang saya temui di Groningen adalah keluarga Mbak Tina dan Pak Taufiq. Rumahnya persis di depan rumah saya. Kalau Mbak Tina lagi masak dan buka jendela, bau masakan yang wangi aja tercium. Kalau Rayyan dan Mayya, anak-anaknya, lagi main di luar pasti suaranya sampai kedengeran ke rumah. Terus Runa pasti akan bilang: “Bun, Runa denger suara.. itu pasti Mas Rayyan dan Mbak Mayya!” Selanjutnya Runa pasti minta ikut keluar rumah buat main. Continue reading “So Long, Tetangga Tersayang!”

Being Indonesian in the Netherlands, Europe, etc, Groningen's Corner, Travelling time!

One Day Trip to Bourtange

Menyambut weekend minggu kemarin, saya diajak Mbak Frita jalan-jalan ke Bourtange, salah satu obyek wisata di Provinsi Groningen. Letaknya sebenarnya cukup jauh dari pusat Kota Groningen, hampir ke perbatasan Jerman, ke arah selatannya Groningen. Saya yang lagi lowong pun mengiyakan saja, lumayan bisa sekalian cek lokasi kalau nanti mau ke sana lagi ngajak Mama dan Runa.

Ada beberapa cara untuk bisa sampai ke Bourtange. Kami memilih untuk naik bus. Kebetulan saat zomer vakantie ini ada promo dari Qbuzz Groningen, dagkaart 10€ (untuk 2 orang), bisa naik bus ke seluruh wilayah Provinsi Groningen seharian! Murah banget itu mah namanya. Kebetulan kami memang ber-4 (saya, Mbak Frita, Mbak Esmi, dan Laras), jadi pas beli tiketnya. Oiya ditambah Muti, anaknya Mbak Frita, tapi anak-anak sih masih gratis bayar transportasinya. Continue reading “One Day Trip to Bourtange”