Alhamdulillah ini adalah Ramadhan pertama saya di Belanda, pertama jauh dari keluarga besar, pertama puasa 19 jam di summer, pertama ga makan masakan khas mama. Antara rada sedih dan excited. Sedih karena ga bisa kumpul sama mama, papa, kakak, adek, ibu, bapak, dan tante-om semua, terutama nanti kalau lebaran (karena ga ada rencana pulang kampung juga sih pas lebaran), sedih karena ga bisa nyicipin makanan pembuka khas Indonesia (kok malah makanannn). Excited juga merasakan tantangan shaum di negara yang mayoritas non-muslim dan tantangan puasa yang leeeubih puanjangggg. Katanya sih selama 35 tahun di Belanda, summer ini adalah yang terpanjang, yang mana juga membuat maghrib datang lebih lambat, huhuks.. Saat orang-orang bule sini udah mulai bergelimpangan di taman-taman kota pakai bikini en makan eskrim, kita pengen ngadem aje di rumah sambil selimutan, haha.
Continue reading “Catatan Ramadhan 1436: Menjadi Jiwa yang Pemaaf”