Journey

Perjalanan Keluarga

Road trip keluarga di musim panas kali ini ke Switzerland merupakan road trip terpanjang dan terlama bagi keluarga kami. Alasan kami road trip karena masih dalam rangka covid, jadi kalau mau jalan-jalan memang aman pakai kendaraan sendiri, meminimilasisasi kontak dengan orang. Oiya dan juga lebih irit, kalau jumlah keluarga sudah semakin banyak. Plus bisa bawa barang banyak, makanan, dll, tanpa ada batasan bagasi. Sekitar 3000 km mungkin kami tempuh pulang pergi. Perjalanan darat dengan mobil membawa anak-anak ada tantangannya tersendiri. Mulai dari persiapan, perbekalan, hiburan biar anak-anak gak bosen (buku, boneka, mainan, and of course gadget to the rescue, hehe..). Gadget jadi jalan keluar, bukan cuma pas anak-anak rungsing, tapi pas ortunya juga lieur.

Entah mengapa perjalanan seperti ini saya rasakan dapat merekatkan keluarga. Sebab kita jadi lebih mengenal diri kita sendiri, suami, anak-anak, dan sebaliknya. Bagaimana kita jadi lebih sabar menghadapi anak-anak, lebih telaten untuk mengurus segala rupa, lebih berani mengambil risiko. Tentu diperlukan kerjasama juga antar suami-istri.

Teirngat saya perjalanan panjang saya di masa kecil ketika papa dan mama selalu mengajak kami road trip pulang kampung ke Padang, setiap menjelang lebaran. Mungkin alasan ngirit juga jadi alasan utama ya ketika itu. Sekitar tahun 1990-2000an keluarga kami tiap tahun masih rutin pulang kampung ke Padang. Soalnya keluarga Mama tinggal di Padang, keluarga Papa di Bukittinggi, kami juga masih punya kampung di Payakumbuh. Kami merayakan Idul Fitri di kampung halaman Mama dan Papa.

Banyak cerita soal pulang kampung ini. Meski saya masih kanak-kanak, tapi ingatan itu masih begitu terasa. Mungkin karena berkesan ya. Perjalanan dari Bandung ke Pelabuhan Merak, menyebrang dengan feri, lalu ke Pelabuhan Bakauheuni di Lampung, disambung jalan darat sampai ke Padang. Biasanya perjalanan menghabiskan dua hari. Kami berangkat malam hari, nyebrang lautan di subuh hari (Cipularang belom ada ya, jadi ke arah Jakarta juga jauh rasanya). Pagi hari sudah sampai di Bakauheuni. Terus menyusuri Lampung ke Bengkulu/Palembang, ada beberapa rute yang bisa dipilih, lalu ke Jambi, dan sampai di Sumatera Barat. Dalam perjalanan kami akan berhenti-berhenti tentunya untuk istirahat dan salat, untuk istirahat dan tidur sejenak, khususnya buat supir, dan untuk mandi-ganti baju-makan. Tempat pemberhentian pun rupa-rupa, ada warung kopi/warung makan yang malam hari cuma sedia popmie/indomie dan kopi, restoran makan padang (tentunya akan mudah ditemui sepanjang jalan perjalanan), bisa juga di pom bensin. Kami akan bertemu dengan para musafir lainnya yang juga akan pulang kampung, bus-bus, juga truk. Segala rupa.

Perjalanan kami tidak sendiri, tapi kami berombongan, minimal 3 mobil (3 keluarga). Biasanya dalam keluarga tersebut ada om, atau kerabat yang ikut juga, jadi supir ganti selama perjalanan. Ternyata kalau dipikir-pikir sekarang Masya Allah yaaa.. luar biasa. Kami biasanya punya alat komunikasi berupa ‘brik-brik’, apa sih namanya? Saya kok lupa.. yang radio dengan frekuensi itu lho. Jadi di mobil kami bisa saling memantau, memberi kabar, kalau mau berhenti, dll. Kan dulu ga ada hapeee..

Seru rasanya. Ingin saya bikin tulisan lengkap perjalanan keluarga dulu. Tapi nanti deh, ini buat pengingat aja kalau saya akan nulis ini.