Just Learning, review buku

Review Buku Peak, Secrets from the New Science of Expertise – Anders Ericsson dan Robert Pool

Saya mencatat apa-apa yang penting dari buku ini di blog, supaya saya gak lupa. Bahwa semangat saya terpantik setelah membaca buku ini. Jadi bismillah, semoga bisa bermanfaat.

Kadang kita suka bertanya-tanya kalau melihat ada orang yang kok kayanya berbakat banget dalam suatu hal: ada orang yang kelihatannya dengan sedikit effott tapi kok bisa mengerjakan sesuatu dengan maksimal. Misal ada teman yang kelihatannya gak belajar banyak Matematika, tapi tiap ujian nilainya paling tinggi, bahkan bisa sampai ikut olimpiade Matematika. Wah ini pasti otaknya encer, dan kita yang lemot dalam urusan logika dan angka. Lalu ada orang yang jago banget nih olah raganya, padahal latihannya kayaknya sama-sama aja. Ada orang yang sepertinya gifted dalam hal seni, main gitar bisa, piano jago, sementara kita kok bersin aja fals.

Pertanyaanya, apakah benar kalau orang-orang tersebut memang terlahir dengan sesuatu yang exceptional, yang kita sebut bakat, atau kelebihan di bidang tertentu? Buku ini menjawab rahasia tersebut, dari sisi ilmiah, dari riset, studi literatur, dan data-data sejarah. Boring dong? Sama sekali enggak, serius. Bacanya kayak lagi diceritakan suatu rahasia dari kemampuan manusia, yang kadang kita anggap gak mungkin atau gak penting.

Buku ini bermula dari cerita sang Maestro Musik, Mozart, yang terkenal sangat jenius, memiliki perfect pitch, yaitu keahlian mengidentifikasi nada dari instrumen musik, manapun. Mozart bisa secara langsung membedakan mana A-sharp di oktaf kedua, atau E-flat di bawah middle C, dst.. (Saya juga ga terbayang, haha). Semua orang percaya bahwa Mozart lahir dengan bakat musik yang luar biasa, udah dari sononya gitu. Tapi benarkah begitu? Hal ini kemudian dibahas detail di buku ini. Bagaimana potensi manusia itu sebenarnya luar biasa, even we can create our potential. Yang jadi masalah adalah, kita sendiri yang suka membatasi diri, kalau: “Saya mah gak bisa”, “Saya gak bakat”, “Otak saya cuma segini-gininya”, “Emang dari sananya kemampuan aku gini aja”, WRONG!

Kemampuan manusia yang luar biasa ini bisa dibentuk, dilatih, dan dikembangkan, dengan yang namanya DELIBERATE PRACTICE.

Apa itu deliberate practice? Ini bukan proses biasa, tetapi memiliki TUJUAN yang jelas dengan POLA tertentu. A purposeful practice has well-defined specific goal, more thoughtful, and focus/full attention. 

Continue reading “Review Buku Peak, Secrets from the New Science of Expertise – Anders Ericsson dan Robert Pool”
Just Learning, Love..

Potensi setelah Menikah

Ketika sudah menikah, tentu kita jadi masing-masing lebih tahu kelebihan dan kekurangan pasangan. Bahkan kita juga jadi lebih mengerti kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Tapi dengan seperti itu malah membuat kita jadi semakin dekat dan semakin “bergantung” pada pasangan.

Ini yang saya rasakan setelah 5 tahun menikah. Mengenai potensi diri dan kebergantungan pada suami (dan sebaliknya).

Layaknya wanita pada umumnya yang instingnya kurang jalan untuk melihat peta, meghafal jalan, bahkan untuk mengendarai kendaraan, saya pun seperti itu. Tapi, dulu sebelum menikah, saya merasa kekurangan saya yang itu tidak boleh menghambat saya dalam beraktivitas. Walaupun saya memang suka nyasar kalau ke tempat baru, suka ga ngeh sama arah, dan ga terlalu mahir berkendaraan, tapi saya rasa saya mengatasi semuanya dengan baik. Saya berhasil lulus SIM A dengan tes murni, saya biasa menempuh kemacetan kopo dengan si Abang Muntam (KariMUN hiTAM), mobil mama jaman dulu, bahkan saya lebih duluan bisa nyetir daripada suami, serius. Waktu saya baru lulus kuliah dan suka ikut wawancara kerja di Jakarta, saya biasa ngegoogle di mana si tempat itu, liat peta, dan sampe dengan selamat. Waktu kerja di Jakarta (udah nikah sih, tapi masih suka ditinggal-tinggal ke site), saya biasa jalan-jalan muterin Jakarta (emang Jakarta lapangan lari kok diputerin) Transjak, metromini, kopaja, dll. Jaraaang saya ngandelin suami untuk nanya arah, nanya kendaraan umum yang harus dipake, atau sekedar liat peta Jakarta. Continue reading “Potensi setelah Menikah”